Demam

1.1K 53 4
                                    

P'Mew terbaring di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

P'Mew terbaring di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya terpejam. Aku meletakkan kain kompres yang dingin diatas dahinya yang hangat. Berharap suhu tubuhnya menurun.

Perlahan sepasang matanya kembali membuka

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Perlahan sepasang matanya kembali membuka.

Art : "Ada apa, Phi? Kau butuh sesuatu?"

Ia menatap ku. Aku hanya diam menunggu jawaban. Sepasang matanya kemudian berkaca-kaca.

"Sudahlah, Phi," aku mengelus-elus kepalanya. "Jangan sedih terus. Sampai kapan kau akan seperti ini?"

P'Mew berusaha untuk tegar, walau airmata nya masih mengalir.

Art : "Oiya, Phi kau pasti belum makan?"

Mew : "Aku nggak ingat kapan terakhir kali aku makan."


Art : "Ya Tuhan. Oke lah, ini aku sudah siapkan bubur dan teh hangat untukmu."

Aku membantu P'Mew untuk duduk diranjang. Bantal ku letakkan di belakang punggung nya agar ia bisa bersandar.

Aku mulai menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya. Untunglah dia mau makan, aku berharap keadaan nya membaik.

Art : "Aku nggak ngerti deh sama kamu, Phi. Dikhianati pacar aja, kamu sampai kayak begini? Padahal aku putus dengan mantan-mantan ku ya biasa aja."

Mew : "Entahlah, Art. Aku memang sejak kecil sangat kesepian dan kurang kasih sayang. Aku kalau udah cinta sama orang, hatiku terikat banget sama orang itu."

Art : "Oh begitu. By the way, aku punya teman orang Indonesia. Kau tau, mereka menyebut apa orang seperti mu?"

Mew : "Apa?"

Art : "Budak Cinta! Hei? Kau mau jadi budak?"

P'Mew tersenyum. Lega rasanya melihat senyumnya.

Secret of MewDonde viven las historias. Descúbrelo ahora