06 - Ngenes

5.2K 858 112
                                    

Kalo 45 vote hari ini aku up langsung, komen yang banyak juga

Pagi-pagi Jisoo sudah siap dengan pakaian kantornya. Kemeja putih dengan celana hitam panjang. Beserta kalung nama yang melingkari lehernya. Hari ini Yuta tak bisa menjemput, ia dan Bona ditugaskan pergi ke gudang untuk mengecek stok barang. Hal itu seharusnya dilakukan oleh Jisoo. Tetapi karena Yuta meminta bertukar posisi, jadinya Yuta yang pergi.

Jisoo biasanya memilih menaiki angkutan umum atau kalau tidak memesan ojek online. Namun, hari ini beda. Ia akan dijemput oleh Sehun. Mereka tidak akan pergi ke kantor, pagi ini mereka berdua akan mengecek beberapa tempat untuk mendistribusikan produknya.

Di tangan kanan Jisoo ada tas kecil bertuliskan tupperware. Ibunya sengaja memberikan pada Jisoo. Semalam saat pulang dari kantor. Maagnya kambuh, bahkan sampai sekarang masih sedikit sakit. Ibu Jisoo berinisiatif membawakan anaknya bekal.

"Jis, udah ada yang jemput." Jisoo segera berdiri saat mendengar teriakan ibunya diiringi klakson mobil yang membuat Jisoo sedikit merasa kesal. Bosnya memang tak punya aturan. Datang ke rumah orang tanpa sopan santun, setidaknya beri ibu Jisoo salam.

"Loh, Bos, kenapa turun?" Jisoo sedikit mundur ke belakang, matanya melihat Sehun keluar sedang meraih tangan ibunya lalu memberi hormat. Seketika Jisoo malu, apalagi saat mobil yang dari tadi membuat bising bukan dari mobil Sehun. Tetapi dari mobil tetangga sebelah.

Jisoo mencuri pandang ke arah Sehun. Laki-laki itu mengenakan kemeja biru langit tanpa jas, juga celana hitam. Jika dilihat sekilas memang seperti tidak ada yang salah dengan baju Sehun. Namun, jika dilihat lebih pasat, baju Sehun nampak kusut-sedikit lecek. Jisoo jadi bertanya-tanya dalam hati, apa bosnya ini semenyedihkan itu sampai tidak menyetrika baju?

Jisoo melirik keluar jendela setelah cukup lama memandang Sehun. Laki-laki itu jelas tahu bahwa Jisoo dari tadi memperhatikannya.

Lama hanya rumah-rumah yang dilihat sampai Jisoo melihat ada taman. "Pak, berhenti!"

Sehun segera berhenti, ia juga menatap heran ke arah Jisoo. "Kenapa?"

"Kita turun dulu sarapan." Jisoo melepaskan sabuk pengaman tanpa mau mendengarkan ocehan Sehun yang tertahan.

"Kita harus pergi ke lokasi, Jis." Walau sambil menggerutu, laki-laki itu tetap keluar, mengikuti seorang wanita dengan tas kecil tupperware.

"Sarapan dulu." Jisoo duduk, membuka makanan yang sudah disiapkan ibunya. Jisoo memang lapar, tapi alasannya berhenti karena Sehun. Pria itu nampak mengenaskan dengan mata yang cekung seperti tidak tidur dan Jisoo berani bertaruh, Sehun belum sarapan.

"Saya sudah sarapan."

Jisoo tahu Sehun sedang menahan kelaparan. Ia bahkan melirik beberapa lauk yang sudah Jisoo sediakan. "Makan dululah, Pak. Saya juga belum makan. Lagi pula ... " Saya gak tega lihat bapak menahan lapar sambil memegang perut, pikirnya. Jisoo tentunya hanya dapat mengatakan itu dalam hati. Ia tahu bosnya sedang lapar. Karena pria itu memegang perutnya di mobil lalu terdengar sekilas suara perut minta diisi.

"Kalau kamu maksa saya makan. Saya mau." Jisoo terkekeh.

Sehun duduk dihadapan Jisoo. "Ini masakan kamu?" tanyanya pada Jisoo yang sedang mengunyah potongan ayam.

"Bukan, masakan Ibu. Saya gak sempet masak pagi-pagi."

"Alah, palingan kamu gak bisa masak," cibir Sehun sembari meraih sayur bayam, tapi tangannya dicekal oleh Jisoo. Juga diberikan pukulan kecil.

"Bapak tu gak pernah cobain masakan saya."

Iya, Jisoo suka memasak. Bahkan sebelum bekerja seperti sekarang ia sempat mengambil kelas masak. Kata ibunya perempuan harus pintar masak. Dan Jisoo setuju akan hal itu. Yuta adalah salah satu orang yang sering mencicipi masakan Jisoo selain adiknya-Doyoung-dan ibu.

"Kalau gitu sekali-kali kamu bisa buatin saya makanan. Biar saya percaya."

Jisoo menahan tawa. Memang siapa Sehun dengan angkuhnya meminta Jisoo membuat makanan?

"Besok, deh, saya buatin makanan guguk buat bapak."

***

Jisoo berjalan tertatih-tatih menuju salah satu bangunan yang akan menjadi tempat menjual barang-barang mereka. Tadi di jalan saat mereka mengunjungi mall yang akan menjadi target jualan, tumit heels Jisoo lepas tanpa sepengetahuan Sehun.

Karena jika tahu, Jisoo bisa membayangkan bagaimana laki-laki itu akan mengatainya tidak profesional dalam bekerja? Dan mungkin lebih parahnya mengatainya tidak punya uang untuk membeli heels baru.

Setelah berjalan cukup jauh dan sangat lama berkeliling mencari bangunan yang di maksud, mereka sampai dengan Jisoo yang segera mengambil posisi berjongkok karena tak tahan lagi berdiri. Kakinya pedih. Untung Jisoo menggunakan celana panjang. Saat Jisoo melirik ke bawah, benar saja kakinya memerah.

Sehun baru sadar, memandang sesaat ke arah kaki Jisoo. Siap-siap Jisoo akan kena semprot. "Jis, kamu tu kerja di perusahaan buat sepatu, masa heels jelek kayak gini aja gak kamu ganti,"-Sehun mengangkat kaki Jisoo, mengelusnya pelan-"ini bisa jadi motivasi buat tim desain untuk ngedesain ulang heels yang tahan lama dan awet."

Jisoo hampir mau memecahkan tawanya. Sehun gila, jelas saja heels ini bagian bawahnya sudah copot, karena Jisoo sudah mengenakannya sangat lama. Dan sudah waktunya diganti baru. Tetapi karena ini heels kesayangannya. Ia tak tega menggunakan yang lain.

"Udah, Pak. Saya udah gak papa."

Sehun menatap Jisoo lama. "Serius gak papa?"

Jisoo mengiyakan. "Oh, iya, btw, kamu jangan baper dengan perlakuan saya barusan, saya cuman khawatir aja sebagai atasan." Nada suaranya berubah angkuh. Jisoo mendelik kesal. Siapa juga yang baper? Sehun bukan tipe Jisoo.

Jisoo risih dengan pakaian Sehun hari ini, terlalu kusut, tidak rapih. Jisoo tidak suka. Jisoo suka orang-orang yang rapih dan terawat. Melihat Sehun yang biasanya tampil rapih, membuat Jisoo heran, apa ada sesuatu dengan laki-laki ini?

"Ni, pake sendal saya." Sehun mencari sendal yang biasanya ia bawa di mobil untuk berjaga-jaga di kala hujan, takut sepatunya kotor. Jisoo mengenakannya. Terlihat sangat besar di kaki kecilnya.

"Pak, saya boleh ngomong serius?" tanya Jisoo hati-hati. Sehun mengangkat satu alisnya. "Bapak sengenes itu ya? Sampe baju aja gak di setrika." Tunjuk Jisoo ke arah dada Sehun.

TBC

Kalo jomblo sih gak masalah ya bajunya kusut, kalo punya pacar....

Maksudnya pacar bukan untuk dibabuin ya, setidaknya bantuin dikitlah

Btw, ada yang penasaran kenapa bapak Sehun yang tadinya sll jaga penampilan jadi gini?

Division | Jisoo • Sehun [✔] Where stories live. Discover now