02 - Galak

7.2K 976 44
                                    

Semua yang ada di situ seketika menatap Jisoo, mereka sebagian mengatakan 'sabar' karena Jisoo baru saja dibentak oleh bos baru dan sebagian lagi mengatakan 'rasain'.

Bona yang datang dengan Lisa mendekati Jisoo. "Udah lo masuk sana, dia, kan manggil lo tadi." Lisa menyerahkan berkas yang sedari tadi Jisoo pusingkan bersama Yuta.

"Gue bisa gak, ya?" tanya Jisoo pada mereka. Mereka hanya tersenyum, dan mengangkat tangan yang sudah mengepal tanda menyemangati.

Tok Tok

Jisoo masuk, ruangan Sehun masih kosong; belum terisi apa-apa. Dia juga tak mengalihkan perhatian dari kaca besar tersebut saat gadis itu masuk, hanya mengisyaratkan menggunakan lengannya supaya Jisoo segera duduk dan memberikan berkasnya.

Dia mengambil, semenit kemudian membuka. Sekali-kali dia meringis kecil. Apa laporan ini terlalu hancur di matanya?

Brak

Karena asik melamun Jisoo baru sadar bahwa Sehun melemparkan berkas itu ke atas meja.

Lisa, Yuta dan Bona yang memang sengaja mengintip dari luar juga ikut terkejut dan kembali ke kubikel masing-masing.

"Ini yang kamu sebut laporan?" Dia bertanya dengan nada ketus. "Gak benar ni, kamu bisa kerja gak?"

Jisoo hanya diam. Jujur, baru kali ini Jisoo dibentak oleh atasan sendiri. Dulu Seulgi termasuk bos yang baik, jika ada kesalahan sedikit akan mereka diskusikan bersama-sama.

Dia menatap Jisoo lalu menghembuskan napas kasar. "Kamu udah gak bisa pakai mesin fotokopi, sekarang gak bisa buat laporan?"

Sehun meremehkan Jisoo, gadis ini ingin sekali menampar mulutnya yang asal bicara. Jisoo bisa memakai mesin fotokopi cuman tadi memang sedikit macet. Dan sekarang dia mengejek tak bisa membuat laporan? Bahkan laporan Jisoo selalu diterima oleh Seulgi saat mereka sedang diskusi.

"Kerjain ulang!" Dia melempar berkas itu lagi ke arah Jisoo.

Jisoo keluar dengan tampang cengo, sedikit ingin menangis dan sedikit ada kemarahan. Mereka semua menatap Jisoo serius. Lalu kembali bekerja saat Sehun ternyata juga keluar dari ruangannya. Sebelum melangkah menjauh, Sehun melirik Jisoo sekilas. Bahkan rasanya ingin Jisoo dorong pria itu dari belakang agar terjatuh.

"Kenapa, Mbak?" Lisa mendekat, mungkin cuman dia yang paham bagaimana rasanya dibentak. Sebab pekerjaan dia sering salah, Yuta adalah orang yang sering kali membentaknya.

"Gak papa." Jisoo berjalan ke kubikelnya.

"Dia marah, Jis?" tanya Yuta.

"Iya, Yut. Katanya gak benar." Jisoo duduk dan kembali membuka laptop.

"Masa, sih? Yang kayak gitu udah sering loh kita buat sampai ke atasan juga jarang dapat revisi."

"Udah, Jis. Kerjain aja lagi. Gue sama Lisa mau survei toko dulu." Bona berdiri lalu meraih tasnya, disusul Lisa.

"Semangat, Mbak."

***

Selepas kepergian mereka, Jisoo berpikir, apa bisa ini diselesaikan sebelum jam makan siang? Jisoo melirik jam di dinding, rupanya sudah jam setengah 9. Ini tidak bisa diselesaikan sebelum jam makan siang.

Tangan Jisoo lihai mengetik, otak Jisoo apalagi, ia juga ikut berpikir, sesekali Jisoo kembali bertanya kepada Yuta. Memastikan pekerjaannya, yang seharusnya tidak ada kesalahan lagi.

Pintu ruangan terbuka ternyata Sehun yang masuk, ngomong-ngomong saat dimarahi Sehun tadi Jisoo sama sekali tidak tahu nama pria itu. Ia baru mengetahuinya setelah bertanya kepada Yuta.

Jisoo sudah mengantisipasi saat ia berjalan ke arah kubikel gadis itu. Takut-takut nanti ia kembali menyeprot Jisoo. "Sudah siap laporannya?" tanyanya.

Jisoo mengangkat kepala. Bagaimana bisa ini selesai dalam waktu pengerjaan tiga jam? Dia bos gila.

"Belum, Pak." Jisoo berujar sopan, bagaimanapun dia atasan. Sedongkol apapun pada dia. Jisoo harus tetap menghormatinya. Jisoo kembali ingin mengetik.

"Ya, sudah, pakai laporan yang lama saja."

Mata Jisoo mengerjap beberapa kali- memastikan bahwa dia benar-benar mengatakan hal itu. Yuta yang duduknya sedikit jauh rupanya sama terkejutnya. Bagaimana tidak terkejut? Dia yang tadi marah-marah minta direvisi ulang laporan. Tetapi sekarang dengan entengnya berbicara seperti itu.

Selepas berbicara hal itu, ia pergi ke ruangannya kembali. Jisoo menjambak rambutnya frustrasi. Yuta hanya menggeleng. "Udah, Jis. Nanti lo malah botak."

Lisa dan Bona yang baru saja datang membawa makanan ringan juga terkejut dengan suasana yang berubah, tidak seperti saat mereka pergi tadi.

"Loh, kenapa, nih?" tanya Lisa bingung.

"Kita ketinggalan apa?" tanyanya lalu melirik Bona. Bona hanya mengangkat bahu.

"Paling Jisoo baru dapat tunjangan. Iya, gak, Jis?" Yuta tertawa, Bona memang aneh.

"Tunjangan, Mbahmu. Sehun sudah gila," kata Jisoo sedikit berbisik, takut juga yang di dalam mendengar.

"Hei, Mbak. Gak boleh ngomong kayak gitu. Bos Sehun itu satu tahun di atas Mbak." Jisoo melirik Lisa yang sedang membuka makanan ringan dengan kedua tangannya.

"Iya, gimana? Gue kesel."

"Btw, yang akan ketemu sama tim lain siapa, ya? Pak Sehun atau lo?"

Bona kembali mengingatkan Jisoo tentang rapat. Iya juga, awalnya Jisoo yang disuruh masuk ruang rapat. Kali ini sudah ada Bos, siapa yang akan pergi?

"Ya, Boslah."

Cklek

Sehun keluar, kali ini membawa beberapa kertas. Lalu melirik semua orang yang nampaknya tidak mengerjakan apa-apa kecuali Yuta yang pura pura membuka laptop padahal dalam keadaan mati. Melihat itu Sehun menggeleng. "Kamu sudah ngerumpinya? Laporan sudah?"

"Kata bapak pakai yang awal."

"Iya saya bilang gitu, kalo sudah kamu ikut saya ke ruang rapat." Dia mengambil laporan tadi di atas meja.

Lisa dan Bona sudah diam membeku. Sedangkan Yuta spontan berdiri.

"Tapi kalo rapat, ketua tim jarang bawa bawahan, Pak." Ini Jisoo yang menyela.

"Itu, kan dulu. Sekarang ketua tim kamu siapa? Saya 'kan?" Nada suaranya sombong, ia kemudian menuju lift.

"Memang sinting!"

***

Selama rapat, Jisoo hanya diam, mendengarkan tim desain yang berdebat dengan tim mereka, lebih tepatnya ketua tim desain yang berdebat dengan Sehun.

Apalagi saat tim desain menunjukkan rancangannya. Sehun semakin menjadi-jadi dengan menolak rancangan dari tim desain. Padahal direktur dan manajer toko sudah setuju. Tapi Sehun keras mengatakan bahwa desain seperti itu tidak menarik di pasaran. Ia pun mengusulkan desain lain yang lebih simpel.

"Jisoo menurut lo gimana?" Mbak Yoona adalah ketua tim desain, dia yang dari tadi berdebat dengan Sehun. Semua mata menuju kepada Jisoo, tak terkecuali Sehun, yang juga menanti jawabannya.

"Biasanya pilihan lo tepat, Jis. Dulu Seulgi juga minta pendapatnya sama Jisoo," sindir Mbak Yoona ke arah Sehun.

Jisoo jadi bingung, kalau dari segi pemasaran pilihan Sehun memang lebih tepat, model itu banyak digandrungi, jika melihat dari segi desain, punya mbak Yoona sangat bagus.

"Kayaknya gue ngikut kata Pak Sehun, deh, Mbak."

Sehun merasa menang. Yoona merasa kesal.

"Kalo ngikutin model punya, Mbak. Material yang diperluin juga mahal dan susah."

Selepas rapat, Sehun memberi pesan kepada Jisoo untuk tidak pulang dulu. Yuta, Lisa dan Bona juga. Katanya ada yang ingin dibicarakan.

TBC

Pendapat kalian tentang Sehun? Butuh pendapat, pengen juga bertukar pikiran sama readers hunsoo

Division | Jisoo • Sehun [✔] Where stories live. Discover now