8 (Maaf)

480 75 3
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

Seongwoo masih menikmati posisinya yang berada di pangkuan Daniel, menyandarkan tubuhnya pada dada bidang laki-laki berumur 36 tahun itu. Kedua lengannya juga masih melingkari leher si tampan.

''Kala, aku pulang dulu ya, udah jam empat sore nih,'' perkataan Daniel entah mengapa membuatnya mendadak kesal. Dia menjauhkan tubuhnya dari tubuh laki-laki yang memangkunya.

''Buru-buru banget mau kemana?'', tanyanya dengan nada kesal. Bibir tipisnya sudah mengerucut lucu, jari-jarinya memegangi sisi jas Daniel, seolah menahan kepergian laki-laki bertubuh besar yang kini sedang tersenyum lebar berkat tingkah si manis.

''Ada acara jam tujuh malem, aku harus siap-siap.''

''Oh—jadi kamu balik cepet karena ada acara bukan karena aku?,'' tanya si manis dengan nada marah. Dia langsung turun dari pangkuan Daniel dan berdiri di hadapan laki-laki yang lebih tua darinya.

''Balik sana,'' perintah Seongwoo galak yang membuat laki-laki yang masih duduk itu tertawa kencang. Dia menikmati sekali segala tingkah laku Seongwoo sedari tadi. Dari mulai si manis yang tiba-tiba menangis lalu dia yang kini marah padanya.

''Oh—jadi aku di usir nih. Awas loh nanti kangen.'' Daniel menimpali perkataan Seongwoo dengan santai dan menggoda.

''Ngga akan, buruan sana pulanggg,'' Seongwoo menarik lengan Daniel dan memaksanya berdiri. Namun tenaganya yang tidak sebanding dengan Daniel justru membuatnya jatuh terduduk kembali di pangkuan laki-laki yang sering dia sebut ''mesum'' itu. Ternyata tadi, Daniel menariknya lumayan kencang.

Yang lebih tua tentu tidak melewatkan kesempatan ini, dia langsung mendekap si manis. Menyandarkan kepalanya di bahu sempit itu. ''Jangan galak-galak dong, tambah lucu tahu. Nanti kalo aku khilaf di sini gimana?''

Mendengar perkataan Daniel membuat Seongwoo merinding, dia merasakan aura yang berbeda dari laki-laki yang tengah mendekapnya. Bibir si manis terkatup rapat dan tubuhnya menegang.

''Kala, rileks dong jangan tegang.'' Daniel masih berbicara dengan nada yang sama seperti tadi dan sukses membuat jantung Seongwoo berdetak sangat cepat.

''Kala—Sayang, kok diem?'' Daniel menegakkan tubuhnya untuk menatap Seongwoo.

Begitu Daniel melihat raut wajah Seongwoo yang menegang membuatnya kembali tertawa.

''Hahahaha, lucu banget sih mukamu, ya ampun, kan jadi beneran pingin khilaf, duh gimana nih?'' Daniel menaik-turunkan alisnya dan mengusap dagu Seongwoo membuat si empunya kembali tersadar.

''Dasar bapak-bapak mesum''

Seongwoo kembali kesal dan menundukkan wajahnya sedih. Daniel melihatnya dengan jelas, dia mendongakkan wajah laki-laki yang berusia 26 tahun itu lalu menangkup kedua pipinya. Menempelkan bibir tebalnya pada bibir tipis Seongwoo—lama, membuat si manis merasa tenang dan nyaman.

''Kala, dengerin,'' ucapnya pelan dan lembut setelah menjauhkan sedikit wajahnya dari si manis. Menatap tepat di mata sipit laki-laki yang berada di hadapannya.

''Aku balik cepet karena kangen kamu, bukan karena acara malem nanti. Aku aja baru di kasih undangannya tadi pas aku di jalan mau ke café kamu,'' Daniel berkata sembari menggenggam kedua tangan si manis dan mengusapnya pelan.

Si manis diam, enggan membuka mulutnya untuk berbicara.

''Ngga percaya?,'' Daniel menghela nafas lelah.

''Yaudah kalau ngga percaya, ngga papa.'' Daniel berkata lirih dan mengecup kening Seongwoo lalu menurunkan si manis dari pangkuannya.

''Aku pulang ya, sampai ketemu besok. Jangan lupa makan, nanti sakit.''

Kenalan | OngnielKde žijí příběhy. Začni objevovat