7 (Iya-Iya, Aku Kangen Kamu)

505 76 0
                                    

ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ ᴖᴥᴖ

Ini adalah hari ke lima Seongwoo tidak melihat Daniel secara langsung, hanya melalui layar ponsel tapi cukup membuatnya bahagia. Jadi, semalam Daniel memberanikan diri untuk melakukan panggilan video dengan Seongwoo.

Kalau di ingat-ingat membuat si manis senyum-senyum sendiri. Bagaimana tidak, Daniel semalam tidak seperti Daniel yang biasanya. Yang selalu menggodanya dan membuatnya kesal, ketika melakukan panggilan video, Daniel tampak malu-malu membuat Seongwoo tidak berhenti tersenyum.

Daniel juga menanyakan ingin di bawakan oleh-oleh apa, tapi Seongwoo dengan jahilnya menjawab, ''aku mau kamu aja, ngga mau yang lain.''

Wajah Daniel langsung merona begitu mendengar perkataan Seongwoo. Si manis tentu saja langsung tertawa kencang. Rasanya dia sudah bisa sedikit membalas perlakuan Daniel yang biasanya membuat wajahnya merona.

Mereka melakukan panggilan video sekitar satu jam karena Daniel di Jepang sangat sibuk. Dia harus menemui beberapa investor dan rekan kerjanya yang berada di sana. Juga untuk meninjau lokasi yang akan di gunakan untuk membuka cabang perusahaannya.

Seperti biasa, Seongwoo sedang berada di café. Namun, hari ini berbeda dari hari biasanya. Dia sudah datang ke café sejak pukul sebelas siang. Memantau para pegawainya dan juga ikut membantu mereka menyiapkan beberapa bahan makanan untuk di olah.

Entah mengapa, hari ini dia bersemangat sekali. Mungkin karena semalam sudah melihat wajah tampan laki-laki berumur 36 tahun yang membuat dunianya lebih berwarna. Dia rasa, dia benar-benar sudah move on dari mantan brengseknya.

Kalau kata orang sih, move on itu ketika kita sudah memiliki pasagan baru atau sudah memberikan hati kita untuk orang yang baru—seperti Seongwoo yang sudah memberikan hatinya untuk Daniel, walau belum seluruhnya.

Masih ada ketakutan dalam diri Seongwoo, takut terluka dan takut di sakiti lagi. Mungkin dari awal dia memang salah. Memberikan seluruh hati dan dunianya untuk seorang Eunwoo Darius Sanjaya. Kali ini, dia akan berhati-hati terhadap Daniel. Apalagi, mereka kenal belum terlalu lama, hitungannya adalah ''hari.''

Lagi-lagi memakai alasan ''waktu'' yang katanya terlalu cepat untuk menyatakan kalau dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Daniel.

Dia selalu bepikir, ''bukankah ini terlau cepat untuk menyatakan kalau aku sudah jatuh cinta pada Daniel?''

Si manis tidak tahu, kalau cinta tidak mengenal waktu. Kalau cinta tidak mengenal rupa. Kalau cinta tidak mengenal status sosial, jabatan dan harta? Intinya, cinta itu tidak mengenal ''alasan''. Sederhananya, kalau cinta ya cinta. Sudah—cukup, seperti anak kecil yang mencintai orang tuanya—murni dan tanpa syarat.

Seongwoo menghela nafas lelah ketika dia memikirkan hal ini. Hilang kemana semangat yang menggebu-gebu tadi?

Bukankah luar biasa efeknya? Hanya memikirkan hubungannya dengan Daniel membuatnya sedkit down.

''Mengapa rumit seperti ini?'' Seongwoo bertanya dalam hati. Kemudian dia mencuci tangannya setelah membersihkan beberapa sayuran dan buah-buahan segar. Membuat secangkir cokelat hangat lalu membawanya ke ruangan pribadinya.

.

.

.

Di ruangannya, sedari tadi Seongwoo hanya bermain game. Sesekali membalas pesan atau email dari pegawai hotelnya. Ini sudah sore dan dia belum makan siang, entah, dia tidak merasa lapar.

Bunyi ketukan di pintu membuat dia menghentikan aktivitasnya. ''Sebentar,'' teriaknya dari belakang meja kerjanya.

Dengan malas dia melangkahkan kakinya menuju pintu. Tangan kurusnya memutar knop pintu dan dia terkejut begitu pintu terbuka. Di hadapannya ada seseorang yang berdiri namun wajah dan sebagian tubuhnya tertutupi boneka beruang besar berwarna pink dan sebuket bunga yang di pegang di masing-masing tangannya.

Kenalan | OngnielWhere stories live. Discover now