🍃プロローグ

2K 187 3
                                    

Teras ramai derap larian. Keluhan tidak kunjung henti terlontar. Termasuk erangan kesakitan [Name] menyeret kedua kakinya yang mengenaskan. Kulitnya tidak luput mengucurkan darah, meninggalkan titik merah setiap ia melangkah. Nyeri memar ditahannya. Katana ia genggam, bersiap menebas iblis jahat yang tengah dikejar. Terbilang besar tekadnya untuk tidak pingsan.

"[Name]!" Seseorang memanggilnya.

Sekelompok pemburu utusan Ubuyashiki berlarian ke sana kemari mencari jejak iblis target mereka. Atas perintah ketua, mereka melakukan misi massal di malam hari. Walau nyawa taruhannya.

Tidak jarang [Name] mendengar cerita iblis menyamar, hidup antara kerumunan, berpura-pura akrab, dan memakan manusia di balik kegelapan kota. Salah satunya pastinya Kibutsuji Muzan. Rencana awal menghentikan kekejian Muzan dimulai dari memberantas uppermoon. Berita menghilangnya warga menjadi tanda keberadaan para kizuki, juga secara tidak langsung memberitahu kekuatan setiap iblis. Tentu [Name] tidak membiarkan semuanya berjalan mulus sesuai keinginan pihak jahat.

"Oi, [Name]!" Mendengar namanya terus-menerus disebut, ia menoleh dengan raut kesal. 

"Jangan marah, dong! Kau seharusnya istirahat, atau kau bisa tewas!" Teman [Name], Ozaki menunjuk lukanya yang semakin parah.

Sejenak ia terdiam. "Gak masalah," katanya mengencangkan perban membalut lengan seraya masih aktif melangkah.

Tidak lama fokus mereka beralih ke pertarungan. Ribuan berisik sepatu menulikan gendang telinga. Bau amis menusuk hidung. Paru-paru tertekan saking terlalu memaksakan teknik pernapasan. Gema suara serak sontak memenuhi gedung tradisional, berupa, "Beraninya kalian rendahan mencoba membunuhku... kalian sepantasnya kukirim ke kematian!" Semua pemburu mundur dikejutkan nada menakutkan. Takut, ragu, firasat buruk bercampur satu di benak mereka. Wajar mereka kalah berani.

Hampir separuhnya pun meninggalkan arena. Termasuk teman-teman seperjuangan [Name] lainnya. Contohnya, Ozaki keluar terbirit-birit. Ketimbang ikut pergi, [Name] memilih mengubur kegelisahannya. Gagang pedang ia pegang erat, lalu ukiran nichirin berkilau [Favorite Colour]. Bahkan ia memimpin posisi barisan depan. Sesuai motonya, yaitu--

"Pantang menyerah demi kebaikan kaum manusia."

Serangan kilat melempar [Name] menabrak dinding. Remuk sudah dia. Rumah kemudian hancur setengah bersamaan seragam hitamnya robek. Nampaklah kulit mulusnya yang menggiurkan. Wangi menyerbak seruas ruangan mengundang selera. Uppermoon mendekat, melirik ke arahnya yang terkapar lemas. Kini ia bukan apa pun selain makan malam iblis.

Tanpa ia ketahui, serempak sisanya kabur menyisakan [Name] sendirian. Dalam kondisi pingsan. Seolah belum waktunya menemui Pencipta, netranya kembali terbuka. Mengerjap perlahan, dan ia sedikit pusing berkat benturan sebelumnya. Penglihatan [Name] memburam mengakibatkan ia linglung sekilas. Hal yang tersisa hanyalah meratap nasib.

Sampai [Name] terpikirkan sesuatu. Dirinya tidak menerima kematian. Bilah pedangnya pun naik memotong lutut kanan kizuki di hadapan.

Situasi semakin kacau. "Kenapa? Kau pincang?" Seberapa besar usaha [Name] mengulur waktu, tidak ada yang membantu [Name]. Area pertarungan sudah sepi tanpa hawa keberadaan, kecuali ia yang bersikukuh melawan. [Name] selaku anggota pemburu menyelesaikan perintah Ubuyashiki, dan ia tidak menyangka kali ini akan gagal total. Percuma mengalahkan uppermoon. Buktinya, ia terlupakan selama semua rekan kerjanya pulang mengadu.

"Matilah, makhluk lemah."

Sabetan miring yang lebar menebas atap gedung sekaligus sisi bahu mungilnya. Ornamen berjatuhan menimpa tubuhnya. "Sial!" batinnya mengumpat kesal. Tiang penyangga rumah perlahan roboh, menyisakan [Name] menderita terlebih dahulu. [Name] berusaha lepas. Apa daya ia kehilangan tenaga. Bunyi remuknya mengisi kekosongan. Akhirnya ia membisu kelelahan, berharap pertolongan datang.

Sedangkan sang lawan meninggalkannya. Kehilangan semangat setelah yakin [Name] sudah tewas. Padahal tidak.

Jepang. Masion Ubuyashiki. Pukul delapan malam.

Seorang lelaki menggeser pintu. "Apa anda memanggil saya?" Ucapan khas sopan khusus bagi Ubuyashiki. "Shinasugawa Sanemi hadir." Tamu menghampiri Oyakata sama.

Sinar bulan menyinari mereka. Purnama menyilaukan duo lelaki, lalu Sanemi duduk bersebarangan menatap ketua terhormat. Sunyi menyisakan angin dingin berembus menerpa wajah. Surai putih acak Sanemi pun bergoyang layaknya dedaunan pohon tertiup. "Aku ingin kau menolong pemburu yang terjebak di daerah perkotaan. Gagak kasugai akan mengantarmu." Intonasi lembut memecah keheningan. "Sebaiknya kau bergegas," peringat Ubuyashiki bak perintah.

Awalnya Sanemi hendak menolak. "Jangan lupa tanggung jawabmu sebagai hashira." Sontak hati Sanemi terdorong.

Gagak hitam spesialis perlahan mengepakkan sayap terbang menuntun Sanemi. "Baiklah, saya mengerti..." ucap lelaki penuh bekas luka itu beranjak ke lokasi kejadian.

Di saat yang sama, [Name] berteriak senyaring mungkin. "Tolong aku... tolong!" Nihil. Teriakan pilunya terbawa siulan semilir kencang. Seumur hidup ia pertama kalinya malu dikalahkan. Biasanya ia dihibur lelaki terkasihnya setiap bertempur. "Uhuk uhuk!" Debu bangunan menggelitik tenggorokan. Guna mengurangi dampak, ia mengatur teknik [Breathing Style] miliknya.

Tiba-tiba terdengar balasan. "Oi, bertahanlah!" Lelaki menyeramkan serba cuek kemudian berlutut memperhatikan kondisinya. "Kau--" Seolah Sanemi tahu siapa [Name].

[Name] menunduk sedih. "Maaf. Maafkan aku... aku membiarkannya hidup. Dia pasti berkeliaran memangsa lagi..." ucapnya mengalihkan perhatian. Namun Sanemi tidaklah bodoh. Sudah jelas mereka saling mengenal.

"Bodoh, pentingkah mikirin hal gak penting? Gunakan [Breathing Style]mu, cepat!"

Senyuma tipis mengembang di wajah [Name]. "Tidak terlalu berpengaruh, kan. Terlambat..." Perutnya tertimbun reruntuhan, buatnya sulit menarik menghela napas. "Maaf aku merepotkanmu... saat kau menjemputku, aku malah ingin tidur." Jemari Sanemi mengelus pipinya.

Kepala [Name] seolah berputar. Panca indranya memaksanya terlelap. "Oi, oi! Jangan bilang--" Netra Sanemi bergelinang airmata membayangkan [Name] akan menemui Mahakuasa. Siapa yang rela? Sebelum pasrah, ia mendongak menatap paras Sanemi.

"Arigatou, Sanemi Shinazugawa..."

-To Be Continue-

.

.

.

🍃Author's Note🍃

Note: Ozaki adalah teman [Name] di masa Demon Slayer. Bukan OC, kok. Memang ada karakternya di anime, tapi cuman muncul sekali, doang karena dah mokad :" Kasihan dia-- Mari kita doakan. Hehe. 

Bagi yang gak tau siapa Ozaki, ini dia fotonya:

Menurut cerita aslinya, Kamaboko Squad menemui Ozaki di Natagumo Mountain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menurut cerita aslinya, Kamaboko Squad menemui Ozaki di Natagumo Mountain. Ya, saat ada iblis laba-laba, ges. Kasihan Ozaki, muncul screen time cuman buat mati, tapi kita harapkan aja [Name] bakal ketemu lagi sama dia setelah reinkarnasi, ya~

Relatable Heart Beats | Kimetsu No Yaiba ModernWhere stories live. Discover now