peta untuk pulang

498 123 12
                                    

SETELAH tangisan alam mereda, rembulan kini begitu menawan mengintip di balik awan. pedar cahayanya tipis-tipis, setipis rona jambu di bukit si matahari.

senyum matahari malam ini masih menyala, memberikan afeksi pada awan bagai bintang yang meledak jadi serpihan indah.

“tadi itu menyebangkan bukan?”

“iya, matahari”

harum teh tubruk turut buai rembulan jadi lebih tenang. baru merasakan sunyi yang semerdu ini, damai sekali.

namun warna tebal sehabis hujan kian berkecambuk dibenak awan. rindu yang tersembunyi memberontak ingin bebas. juga, sesuatu yang sulit tertampik.

tentang waktu yang telah berlalu membuat awan meragu perihal perasaan yang tidak bisa instan jadi kemungkinan-kemungkinan nyata.
 

sukmanya bahkan telah bersolek untuk melalui berbagai cerita unik kedepannya, sambil membuka satu persatu lembaran bab yang tertutup rapat, yang awan pikir akan mustahil bila di bagi.



ketika awan bahkan lupa bagaimana esensi mencintai, matahari datang mengajarkan kembali bagaimana cara mengeja rasa tanpa pamrih.



sementara awan di terpa krisis dan terhempas ke tanda tanya dalam lamunan delusi. seutuh muka bumi ini tetap bekerja. matahari masih setia menunggu agar awan berbincang lagi.








“matahari,”

“ada apa—”


“masih banyak bagian dari diriku yang tidak kamu ketahui”


“iya, biarkan saya—”


“tapi.. kamu selalu memberi kejutan setiap harinya”


“awan—”


“bukankah ini waktunya kamu untuk bersuah?”


“hah?”


“matahari, besok antar aku ke jogja ya?”

senyum matahari semakin hangat, “tentu.”







biarkan setiap degup yang pernah tersesat dalam gemanya sekarang menemukan peta pulang.















Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


should i say hi to y'all? hi! semoga kalian masih betah sama cerita ini! semoga pertiwi kelas pulih! stay safe untuk kalian semua ya.

perangai selaksa si matahariWhere stories live. Discover now