Bagian 29

6.6K 620 96
                                    

Hari-hari selanjutnya Gilang lalui dengan perasaan tak menentu. Dia merasa dirinya seperti robot yang diprogram untuk melakukan sesuatu. Seperti sekarang, dia akhirnya menurut saja saat Dewi memintanya menemani Adelia memilih cincin.

"Bagusan yang mana ya, Mas?"

Gilang melirik deretan cincin yang direkomendasi oleh pegawai. Tak ada yang menarik baginya, semua model cincin itu terlihat sama.

"Terserah mau yang mana. Saya ikut aja."

"Mas suka warna apa?"

"Semua warna suka."

"Yang ini?" tunjuk Adelia.

"Terserah."

Adelia menipiskan bibir melihat keengganan Gilang. Matanya tak sengaja melihat raut wajah pegawai yang berdiri dihadapannya. Ada rasa kasihan, membuat Adelia menjadi gusar.

"Mbak, saya mau yang tadi aja."

"Baik, Mbak."

Gilang melirik saat Adelia bicara dengan nada kesal, namun tak berusaha membujuk. Untuk apa? Toh sebagus apapun bentuk cincin yang dia pilih, nyatanya dia tidak akan menikah dengan Melody. Disini tugas Gilang hanya menemani Adelia, bukan berkontribusi memilih model cincin sebab ini bukanlah hal yang diinginkan Gilang.

Jika saja perempuan itu adalah Melody, tentu Gilang akan bersikap lebih terbuka dan tak keberatan terjun langsung mencari model cincin yang sesuai keinginannya.

Setelah menyelesaikan administrasi, Gilang dan Adelia bersisian menuju mobil. Hingga mobil membawa keduanya di jalan raya, Gilang masih tak bersuara. Adelia melirik Gilang.

"Pulang?"

"Iya."

"Nggak mau makan dulu, Mas?"

Gilang tak menjawab. Adelia menghela napas dalam lalu menyandarkan punggung. "Aku tahu Mas terpaksa dengan semua ini. Tapi, nggak ada yang salahkan kalau mencoba dulu?"

"Mencoba sampai kapan?"

"Sampai ada yang berubah."

Gilang menyunggingkan senyum sinis. "Apanya yang berubah? Perasaan?" Gilang melirik Adelia. "Kamu tahu, sesuatu yang dipaksakan nggak akan berakhir baik."

"Bukan dipaksakan, Mas. Tapi berusaha mencoba," bujuk Adelia lembut.

"Saya nggak mau mencoba-coba. Saya ingin sesuatu yang pasti."

"Dan yang pasti itu adalah saya." Gilang mengernyit. "Hubungan yang Mas jalani dengan saya lebih pasti dibanding sebelumnya. Iya kan?"

"Kamu—"

"Saya nggak tahu pasti apa yang terjadi. Tapi, saya tahu Ibu nggak setuju dengan kekasih Mas sebelumnya. Karena kalau memang Ibu setuju, saya nggak akan disini. Iya kan?"

Gilang mendengus tak percaya. dia tersinggung sekarang. Segera Gilang menepikan mobil. "Turun!"

"Mas?" Adelia tercengang.

"Perempuan memang mengerikan. Mereka menjadi egois saat menginginkan sesuatu."

"Apa?"

Gilang menghadap kearah Adelia. "Apa ini diri kamu yang sesungguhnya? Bersikap hangat pada orang-orang tapi sebenarnya obsesif?"

Adelia tercengang. Gilang benar-benar membuatnya tersinggung. Tanpa mengatakan apapun, Adelia segera turun dari mobil.

Gilang langsung menjalankan mobilnya, meninggalkan Adelia yang mulai berkaca-kaca. "Aku cuma jatuh cinta dan berusaha memperjuangkan laki-laki yang aku cintai. Apa itu salah?"

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang