Bagian 26

4K 569 32
                                    

Gilang menutup pintu mobil dengan keras lalu berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Dia langsung menghampiri Dewi yang sedang menyeruput teh bersama Rudi.

"Ibu ngomong apa sama Melody?" tanyanya tanpa basa-basi. Dia memandang Dewi dengan sorot tajam, membuat Ibunya mendengus tak suka.

"Apa-apaan kamu Gilang? Datang-datang bukannya mengucap salam, malah bertanya yang tidak-tidak."

Gilang mendengus tak percaya. Bertanya yang tidak-tidak katanya?

"Bu, berhenti pura-pura nggak tahu! Ibu ngomong apa sama Melody?" ulang Gilang, kali ini nadanya berubah tinggi.

Dewi menyungging senyum tipis. "Kalian sudah putus? Baguslah. Tau diri juga dia."

"Bu!" seru Gilang marah. "Bisa-bisanya Ibu—"

"Lantas kenapa? Harusnya kamu bersyukur Gilang karena sudah dijauhi perempuan seperti itu! Bayangkan dimasa depan, dia melakukan kesalahan yang lebih fatal lagi!" sela Dewi tegas. "Perempuan yang tidak bisa menjaga martabatnya tidak pantas menjadi isterimu!"

Gilang menggelengkan kepala. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana meyakinkan Dewi bahwa Melody bukan perempuan seperti yang diucapkannya! Melody itu terhormat! Dia hanyalah korban dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Namun Gilang juga tak mungkin membeberkan alasan tersebut sebab itu adalah privasi Melody.

"Bu, sudah," kata Rudi menenangkan. Dewi mendelik, namun Rudi mengabaikan. "Kamu Lang, istirahat dulu. Nanti kita bicara lagi."

"Nggak ada pembicaraan lagi. keputusan Ibu bulat. Perempuan itu tidak pantas menjadi isteri Gilang. Ibu tak akan memberi restu. Kalau kamu bersikeras, jangan anggap Ibu ini sebagai Ibumu lagi."

Dewi meletakkan cangkir diatas meja lalu pergi meninggalkan Rudi dan Gilang.

Gilang menghela napas panjang. Tangan kanannya mengacak rambut geram. "Pelan-pelan, Lang. mudah-mudahan, Ibumu nanti luluh."

Gilang memaksakan senyum. "Iya Yah. Gilang ke kamar dulu Yah."

***

Beberapa hari ini, Arvin merasa ada yang disembunyikan Melody. Bukan sekali dua kali, Melody selalu tampak melamun dan ketika Arvin bertanya, Melody mengelak dan segera mengalihkan pembicaraan. Arvin yakin, perubahan sikap Mamanya berkaitan dengan Gilang yang sudah beberapa hari ini tidak berkunjung ke rumah. Jikapun Gilang berkunjung, Melody pasti enggan bertemu.

"Ma."

"Ya?"

"Om Gilang kok nggak kesini ya?"

Melody menegang sesaat. "Lagi sibuk."

"Sibuk apa? Biasanya sesibuk apapun, pasti kesini," kata Arvin namun diabaikan oleh Melody. "Mama berantem sama Om Gilang?"

Melody langsung menatap Arvin. "Bener, Ma?" tanya Arvin lagi, setelah melihat reaksi tak wajar Melody.

Melody menarik napas panjang. "Vin, mulai sekarang om Gilang nggak akan kesini lagi. jangan tanya-tanya dia lagi. oke?" melody beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar.

Arvin termenung. Kalau Gilang tak akan kesini lagi, itu artinya...? Arvin tersentak. Sedikit melompat dari duduknya, Arvin menyusul Melody.

"Mama putus?" tanyanya kaget.

Melody melihat sekilas lantas mengangguk. "Sudah ya, Vin. Mama mau tidur. Malam."

Sadar Melody menghindari topik itu, Arvin akhirnya keluar dari kamar. Punggungnya bersandar ke daun pintu. Sejujurnya Arvin masih kaget, karena benar-benar tak menyangka hubungan Mamanya telah usai. Padahal selama ini Arvin perhatikan Gilang dan Melody baik-baik saja. Hanya satu alasan kuat kenapa dua orang dewasa itu putus.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now