Bagian 10

3.9K 461 5
                                    

Mobil Gilang berhenti di halaman Melvin Catering. Gilang turun, diikuti Melody yang tampak takut padanya.

Jelas saja. Sepanjang perjalanan, Gilang mendiamkannya dan Melody sadar dia telah melakukan kesalahan. Tapi dia terpaksa melakukan itu. Dia belum siap bertemu dengan orang-orang yang berkaitan dengan masa SMA-nya saat dia bersama Gilang.

"Bang?" tanya Melody hati-hati.

Gilang menarik napas panjang lalu berbalik, menatap Melody lekat. "Kamu mau jelasin apa?" tanyanya dengan nada datar.

"Maaf." Kepala Melody tertunduk.

"Kamu tahu kan Mel, saya serius waktu saya bilang saya mau dekat dengan kamu? Tapi kenapa saya ngerasa, Cuma saya sendiri yang berusaha dalam hubungan ini?" tanya Gilang datar. "Kamu nolak waktu saya ingin kenalin ke Ibu saya. Oke, untuk satu itu saya berusaha ngerti. Kamu masih canggung mungkin. Tapi, kenapa kamu ngehindar waktu teman SMA kita mergoki kita? Kamu malu jalan sama saya?"

Melody mendongak. "Nggak, Bang. Bukan gitu, saya—"

"Saya tahu Mel. Saya nggak sepopuler kamu dulu. Nggak sepopuler geng kamu dulu. Tapi saya benar-benar serius sama kamu." Gilang menatap Melody dalam, membuat perempuan itu menggigit bibirnya gusar.

"Bang, biar saya jelasin dulu. Bisa?" pinta Melody memelas. Gilang diam, tampak menimbang lalu akhirnya mengangguk. "Saya minta maaf, saya nggak malu jalan sama Abang. Saya pun serius menjalani hubungan ini. Cuma ada beberapa hal yang... yang ngebuat saya nggak nyaman."

"Contohnya?" Melody diam. Bingung harus menjelaskan apa. "Nggak nyaman karena kamu ketemu sama sahabat mantan pacar kamu pas lagi bareng saya? Iya?" Melody tampak terkejut, namun sesaat kemudian menundukkan kepala. Gilang menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Rasanya dia ingin berteriak marah, namun tak bisa. Gilang tak biasa melampiaskan marah seperti itu. Marahnya Gilang itu diam. Jadi dia akan mendiamkan siapapun orang disekitarnya sampai marahnya hilang.

"Saya antar kamu pulang. Sudah sore."

"Ngg—"

"Saya nganter kamu pun bikin kamu nggak nyaman juga?" Gilang bertanya dengan nada dingin.

Melody menggeleng pelan. "Makasih," gumamnya pelan. Melody berjalan masuk ke dalam Melvin Catering, mengambil kunci mobil pada Bu Rodiah. Tadi dia berpesan agar menitipkan kunci mobil pada Bu Rodiah selama dia pergi bersama Gilang.

Usai mengucapkan terimakasih, Melody keluar dan menghampiri mobilnya. Sesaat dia melirik Gilang, namun laki-laki itu segera masuk ke dalam mobilnya sendiri. Melody menghela napas panjang lalu masuk ke mobilnya sendiri.

Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka tiba. Melody memarkirkan mobilnya didekat garasi. Melody turun, hendak berbicara dengan Gilang, namun laki-laki itu tak keluar dari mobilnya. Gilang hanya menurunkan jendela, menatap Melody datar.

"Saya pulang dulu." Gilang menutup kembali jendela mobilnya, lalu pergi sebelum Melody mengucapkan apapun.

Melody menarik napas panjang. Dia beri Gilang ruang sejenak, nanti akan dia jelaskan semuanya. Semuanya.

***

Gilang Maulana : Saya ada seminar diluar kota. 3 hari. Gk usah antar mkan siang

Melody Maharani: Iya bang. Abang disana hati2

Tidak ada lagi balasan Gilang, hanya dibaca. Melody menarik napas panjang lalu meletakkan ponsel diatas nakas. Sambil berbaring, Melody merenung. Tentu saja selama mereka dekat, Melody ingin mengatakan yang sejujurnya, tentang siapa dirinya. Tapi ada perasaan takut. Takut Gilang akan meninggalkannya. Karena laki-laki sebaik Gilang, pasti menginginkan pendamping yang baik pula. Bukan seperti dirinya.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now