#14

4.4K 556 50
                                    

Rasanya seperti di injak seekor gajah..

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!! "

"Kembali baka, iya aku mencintaimu! Aku mencintaimu!"

"Jadi jangan coba-coba kau meninggalkan ku!"

Basah, sakit, sesak....

Hinata dengan susah payah membuka kelopak matanya, terasa sesuatu yang hangat dan basah jatuh menimpa wajahnya. 'Apa sedang hujan?' pikirnya.

Perlahan ia melihat wajah Sasuke di depan wajahnya, 'kenapa ia menangis?' perlahan tangan Hinata terulur menyentuh helaian rambut panjang Sasuke, ingin memastikan apakah yang berada di depannya adalah kenyataan.

"Hinata?" Sasuke tersentak, ia melihat kelopak mata Hinata bergerak. Pandangan Hinata tak fokus, semua yang di depan matanya terlihat buram.

"Bertahanlah, jangan tutup matamu!!" Hinata mengernyit, dari tadi ia selalu membuka mata tapi kenapa Sasuke berteriak seolah itu adalah hal yang buruk. Apa ini? Rasa ngantuk yang familiar, seakan di kelopak matanya terdapat lem.

Hinata tidak tau berapa lama ia tertidur, tapi saat ia bangun terdapat rasa nyeri yang sangat menyiksa di bagian punggungnya.

"Hinata? Kau bangun?" Sarada berseru lega di sampingnya.

"Thentu shaja, uhuk." Hinata terbatuk karna tenggorokannya kering. Sasuke membantunya duduk dan memberinya segelas air putih. Hinata menghabiskannya dalam beberapa tegukan.

"Nona, bagaimana perasaanmu?" Kabuto bertanya, dan membuat Hinata sadar di ruangannya penuh sekali dengan orang. Hampir semuanya ada di sana, bahkan Karin juga ada.

"Punggungku sakit saat aku menarik napas, dan saat tanganku bergerak." Hinata menjawab pertanyaan Kabuto.

"Ah begitu, itu adalah reaksi yang umum. Anda akan baik-baik saja setelah beberapa hari." Hinata mengangguk meski tak sepenuhnya paham ucapan Kabuto.

"Emmm, apa aku melewatkan sesuatu? Kenapa semua orang ada disini?" Hinata berbisik di telinga Sarada setelah menyadari ekspresi orang-orang yang ada di sana menatapnya dengan pandangan yang sulit ia pahami.

"Kau tidak ingat?" tanya Sarada bingung.

"Ingat apa?" Hinata balik bertanya, sama bingungnya, lalu seperti tersadar oleh sesuatu. "Oh, lukamu, bagaimana lukamu? Saka, Hato kalian baik-baik saja?" tanya Hinata tiba-tiba.

"Kami baik." Saka dan Hato menjawab bersamaan. Hato menunjukkan lengannya yang lukanya sudah sembuh, belum sempurna memang tapi itu jauh lebih baik. Sarada mengangkat sedikit kausnya memperlihatkan perutnya yang kini terdapat sebuah tatto.

"Tatto yang bagus." kata Hinata. "Kenapa luka kalian cepat sekali sembuh." Hinata berseru bingung.

"Ini sudah lewat sebulan sejak hari itu, tentu kami sudah sembuh." kata Sarada  menjawab Hinata, membuat Hinata tampak lebih bingung.

"Lalu, kenapa aku tak tau? Apa yang telah ku lewatkan sebenarnya?"

"Anda tertembak, dan berada dalam keadaan koma. Anda sadar dua hari yang lalu." Hato memberitau karna merasa gemas dengan orang-orang yang begitu bertele-tele.

"Aaah, jadi begitu rasanya tertembak." Hinata menarik napas kasar dan langsung meringis karna punggungnya sakit. "Ternyata sangat sakit."

.

.

.

"Sa-Sasuke-san, be-berhenti menatapku." Hinata berseru lirih tanpa berani menatap Sasuke balik. Ia kini duduk di kasurnya, membuka hadiah dari orang-orang yang menjenguknya dengan Sasuke yang terus mengawasinya dari sudut ruangan.

Love ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang