1. Teringat Kembali

Start from the beginning
                                    

Wajar saja Arkan belum menceritakan kronologis yang sebenarnya semenjak mereka putus. Arkan tidak mau menyakiti hati orang tuanya. Lebih baik ia memendam sendiri daripada orang yang didekat Arkan merasakannya.

Sungguh tidak ingin!

"Gak jadi." jawab Arkan dengan nada ketus.

Iya... Arkan adalah pria paling menyebalkan menurut teman-temannya, walaupun begitu dia memiliki alasan dengan perubahan sikapnya. Arkan akan bersikap manis dengan orang-orang terdekat. Bahkan Arkan sendiri jarang berkumpul dengan keluarga. Jangankan berkumpul, berbicara pada keluarga enggan jika itu bukan perkara penting atau hanya sekedar basa-basi.

Namun, kedua orang tuanya sama sekali tidak keberatan dengan sifat Arkan yang tertutup. Lebih tepatnya membiarkan Arkan menjadi kepribadian yang lebih baik.

"Yaudah kalau gak jadi, sekarang kamu mandi terus turun kebawah." titah Gisella yang sudah beranjak dari tempat tidur.

"Hm." deham Arkan singkat.

"Kamu mau dibikinkan sesuatu?" tanya Gisella saat sudah di ambang pintu kamar.

Arkan terdiam sejenak, kemudian dia menggelengkan kepala.

"Gak perlu."

Gisella mengangguk, meninggalkan kamar Arkan. Setelah Gisella sudah benar-benar pergi. Arkan mengusap wajahnya dengan frustrasi, tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa dan mulai mana.

Dalam diri Arkan sebenarnya tidak mau menyakiti hati kedua orang tuanya dengan sifatnya yang pendiam. Jika cara seperti ini berhasil, maka dia akan rela berkorban untuk merubah sifatnya dari masa lalu, ingin bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Arkan bangkit dari tempat tidur lalu berjalan menuju meja kamar, membuka laci tempat tujuan dimana ia menyimpan foto dengan mantan kekasihnya. Arkan tersenyum tipis melihat foto itu, dimana ada luka dan kenangan yang harus di buang jauh-jauh dari kehidupannya.

"Kenapa lo nyakitin perasaan gue yang semudah itu lo hancurin, hm?" gumam Arkan yang masih menatap foto itu dengan rasa kecewa.

Arkan sebenarnya tidak ingin menangisi hal-hal yang tidak berguna, apalagi harapan yang sudah pupus saat mantan kekasihnya menyakiti kepercayaan sekaligus perasaannya. Sangat disayangkan menangisi seseorang yang sama sekali tidak berarti dalam hidupnya untuk saat ini.

Arkan termenung melihat foto itu untuk kesekian kalinya. Dimana Arkan dengan Thalia tersenyum, saling menatap satu sama lain. Jika di ingat-ingat kembali foto itu diambil saat perayaan aniversary mereka, moment sangat bahagia. Namun, takdir berkata lain. Arkan tidak bisa merubah semuanya sama seperti dulu. Sangat mustahil baginya.

Arkan menggut-manggutkan kepalanya.

"Oke. Gue gak mau ingat tentang lo, semua kenangan termasuk lo. Lo berhak bahagia begitu pun gue."

Arkan langsung merobek foto di tangannya hingga berkeping-keping dan membuangnya ditempat sampah dekat kamar. Sebelum Arkan berjalan menuju kamar mandi ia menghapus air matanya, harus kuat. Dia tidak boleh lemah karena cinta. Setelah dirasa sudah tenang Arkan berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri dan turun kebawah sesuai perintah Gisella---Mamanya.

Kelak kamu akan bertemu seseorang yang menjadi sebuah alasan mengapa hubunganmu di masa lalu tidak berhasil.

_MeLan_

Cerita untuk MeLanWhere stories live. Discover now