Part 1

1.3K 21 7
                                    

Sore itu Aku sedang berada di salah satu Mall yang khusus menjual barang-barang elektronik. Tujuanku berada di sana untuk membeli kartu grafis (VGA) baru karena VGA pada PC ku rusak dan sudah tak bisa diperbaiki.

Setelah berjalan melintasi beberapa toko komputer, Aku tertarik untuk memasuki salah satu toko yang menawarkan VGA dengan harga yang terjangkau untuk ukuran seorang Mahasiswa sepertiku.

"Ko, VGA yang ini stok nya masih ada?" tanyaku dengan menunjuk salah satu series VGA yang tercantum pada brosur yang disediakan toko itu.

"Kayaknya masih ada, tunggu sebentar ya saya cek dulu." jawab si pemilik toko lalu berjalan mendekati salah satu karyawannya.

"Coba kamu cek di gudang, VGA yang ini masih ada gak stoknya! Ada atau tidak ada stoknya langsung hubungi saya dari sana!" perintahnya yang samar-samar kudengar.

"Baik Ko, saya pergi dulu." jawab si karyawan dengan bergegas keluar toko menuju gudang sesuai perintah bosnya.

"Ditunggu ya, saya sudah menyuruh karyawan saya untuk melakukan pengecekan stok VGAnya. Barang lama soalnya, jadi lupa saya stoknya masih ada atau tidak." kata si pemilik toko setelah kembali duduk di depanku.

"Siap Ko, pasti saya tunggu. Btw, kalau stok lama, harga bisa lebih murah dong dari yang tercatat di brosur?" tanyaku sambil tersenyum.

"Gampang, bisa diatur itu." jawab si pemilik toko.

"Sip." kataku sambil mengacungkan jari jempol tangan kanan lalu berdiri dan mulai berjalan melihat barang-barang yang tersedia di toko itu.

Setelah beberapa menit aku kembali ke kursi tempatku tadi duduk ketika berbicara dengan si pemilik toko. Saat aku duduk, kulihat si pemilik toko sedang melamun. Tiba-tiba aku mendapatkan sebuah penglihatan mengenai apa yang si pemilik toko itu lamunkan.

Tanpa kusadari tiba-tiba aku berbicara:

"Jangan dilamunkan saja Ko, cepat jenguk Ayahmu sebelum terlambat. Dahulu mereka kecewa atas apa yang kamu pilih untuk diyakini, tapi itu kan dulu, mungkin saja sekarang sudah berubah. Tak ada ruginya untuk dicoba, bukan begitu Ko?"

Si pemilik toko kaget setelah mendengar semua ucapanku. Lalu dia berkata:

"Bagaimana kamu tahu apa yang sedang aku pikirkan?"

"Maafkan saya, tidak ada maksud untuk mencari tahu apa yang Koko pikirkan tadi, tapi terkadang dengan lancang gambaran itu saya terima dengan sendirinya." jawabku sambil menatap mata si pemilik toko.

"No problem. Btw, nama saya Chandra, tepatnya Chandra Wijaya." Dia menggeser kursinya maju mendekatiku lalu mengulurkan tangan kanannya.

"Saya Aydinlatici, panggil saja Aydin." kataku sambil menerima uluran tangan Chandra.

"Lalu menurutmu apa yang harus saya lakukan sekarang Ay?" tanya Chandra dengan wajah serius.

"Sepengetahuan saya Ayahnya Ko Chandra sedang dirawat di Rumah Sakit. Menurut saya sebaiknya Ko Chandra konfirmasi terlebih dahulu apakah informasi dari saya benar atau tidak. Kalau benar sebaiknya sekarang juga berangkat ke Rumah Sakit. Tutup saja tokonya atau kalau merasa rugi jika toko ditutup, biarkan toko dikelola oleh karyawan yang Ko Chandra nilai bisa dipercaya. Jangan pedulikan ucapan orang-orang yang nanti ditemui di Rumah Sakit, cukup niatkan saja tujuan ke sana untuk menjenguk. Insya Allah hubungan kalian berdua akan membaik begitu pula hubungan dengan saudara Ko Chandra yang lain." jawabku.

Chandra lalu mengambil HP di saku bajunya dan mencoba menghubungi seseorang.

"Ma, ini Chandra. Bagaimana kabar Papa?"

The VisionWhere stories live. Discover now