v. | sebatas teman

348 93 76
                                    

Jam makan siang sudah jatuh beberapa jam yang lalu, namun Arini belum sempat makan karena harus mempelajari tumpukan berkas baru yang diberikan sekretaris pribadi Cahyo

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Jam makan siang sudah jatuh beberapa jam yang lalu, namun Arini belum sempat makan karena harus mempelajari tumpukan berkas baru yang diberikan sekretaris pribadi Cahyo. Ya, Arini berusaha agar cepat terbiasa di tempat kerja barunya ini. Walau rasa rindu akan tempat kerja lamanya masih membuncah di hati.

Biasanya jika sudah jam makan siang, Arkan dengan cepat menghampiri Arini dan mengajaknya makan bersama. Dan bila Arini menolak dengan alasan pekerjaannya masih banyak, maka Arkan tanpa segan menceramahi panjang lebar tentang dampak negatif menunda makan siang. Setelah itu pasti Arini pasrah diajak makan siang oleh Arkan.

Para rekan sekantor sampai heran melihat Arkan dan Arini yang tidak memiliki embel-embel status pacar atau kekasih namun selalu berdua kemana-mana. Tak jarang mereka gemas melihat tingkah Arkan dan Arini lalu mendoakan mereka agar sampai ke pelaminan berdua juga.

Tapi sekarang, sudah tidak ada lagi yang mengingatkan dan mengajaknya makan siang bersama. Tidak ada lagi sorakan dari teman kerjanya saat Arkan mencubit pipi Arini. Ternyata banyak hal yang tidak ada lagi disini.

Arini tersenyum. Ternyata hal se-sepele itu terasa menyenangkan saat dikenang.

Ia menerawang sebentar. Apakah Arkan sudah makan siang? Apakah ia makan sendirian? Atau bersama teman lainnya?

Arini segera mengambil ponselnya dan mencoba untuk mengirim pesan pada Arkan untuk menanyakan apakah ia sudah makan atau belum. Tapi ia mengurungkan niatnya karena takut menganggu urusan kesibukan Arkan.

Ia kemudian mengerutkan keningnya, buat apa takut menganggu jika dulu saja ia menganggu Arkan tanpa malu. Lagipula kan ia hanya mengirim pesan, bukan telpon. Jadi tidak akan terlalu mengusiknya.

Arini menyakinkan dirinya untuk mengirim pesannya. Tapi kemudian ia menggeleng lagi. Rasa ragu kembali hinggap. Perlukah ia menanyakan hal itu? Mereka 'kan hanya teman, sepertinya tidak perlu menanyakan perihal sudah makan atau belum.

Ah sudahlah, ia akhirnya mengirim pesan itu.

Arini
arkan |
dah makan belum? |

Hanya pesan sesingkat itu, tapi Arini gugup bukan main saat mengirimnya. Padahal mereka sahabat, tapi saat berjauhan seperti ini rasanya kaku dan canggung.

Sambil menunggu jawaban pesan dari Arkan, ia membuka lagi berkas-berkas yang belum sempat terbaca olehnya. Setelah membaca sekilas, Arini mendapat kesimpulan jika perusahaan barunya akan merilis produk kecantikan baru yang mengusung tema wangi khas indonesia.

Tok tok tok!

Seseorang mengetuk sekat ruangan Arini. Ia pun menoleh dan melihat ada perempuan bermata sipit yang minta izin masuk ke ruangannya. Ia pun memperbolehkan orang itu masuk.

"Maaf sebelumnya. Ini benar mbak Arini?" tanya perempuan itu.

Arini mengangguk membenarkan.

"Baiklah. Saya Kiara dari divisi Produksi dan Inovasi, saya mau menyerahkan detail bahan-bahan dan manfaat produk yang akan kita rilis sebentar lagi. Saya harap anda dapat memasarkannya sesuai yang tertera disitu. Terimakasih," Kiara tersenyum lalu segera pergi.

Arini's Story : JogjakartaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin