Kadang emosi pun, selalu lebih bisa menguasai Bang Chan dibanding pikiran rasional, juga rasa cintanya pada seseorang yang ia cintai. Sehingga tidak peduli itu siapa, dia bisa saja melukainya kalau marah.

•••

Langkah Lea yang sebelumnya sangat cepat, perlahan melambat, begitu ia tiba di depan sel yang mengurung Bang Chan sementara di kantor Polisi. Matanya perlahan berkaca-kaca, lututnya langsung tertekuk begitu ia benar-benar berdiri di depan jeruji besi yang mengurung Bang Chan.

Changbin yang datang mengantar Lea, hanya bisa berdiri diam dengan jarak beberapa langkah darinya. Matanya menatap sendu Lea yang tengah berlutut.

Suara tangisan tak lama keluar dari mulut Lea tanpa bisa ia tahan. Sangat keras, layaknya anak kecil yang baru ditinggal Ibunya. Tangan kanannya mencengkeram erat salah satu jeruji, untuk menopang tubuhnya yang lemas.

Bang Chan hanya diam menatap Lea. Dia masih mempertahankan posisi berdirinya, tanpa berniat sedikit pun untuk ikut berlutut di depan wanita itu.

Lea ingin bicara, ia ingin mengatakan banyak hal pada Bang Chan, tapi yang keluar malah selalu tangisan.

"Aku udah bilang..." tapi Lea tetap berusaha mengeluarkan suaranya, selain suara tangisan, meskipun harus susah payah. "Aku udah bilang jangan lakuin... jangan lakuin... tapi kenapa kamu tetap gak mau dengerin?"

"Aku larang karena aku sayang sama kamu... aku salah! Aku salah gak tegas cegah kamu buat lakuin itu. Iya... aku salah. Aku yang salah..." Changbin langsung mendekati Lea, dan berusaha menenangkannya saat ia semakin histeris.

"Kenapa lo ngomong gitu? Itu bukan salah lo, Lea..." kata Changbin pelan.

"Salah aku... salah aku... harusnya aku lebih tegas ke Bang Chan. Kalau aku bisa lebih tegas gak akan kayak gini jadinya. Bang Chan... maafin aku..."

Bang Chan membuang mukanya sejenak, untuk mengusap pipinya yang tiba-tiba dihujani air matanya. Ia akhirnya ikut berlutut di depan Lea, dan melingkupi jari-jemari Lea yang melingkar di jeruji dengan tangannya.

"Ini bukan salah kamu, kenapa kamu nyalahin diri kamu sendiri sih. Aku yang emang salah. Itu udah jelas, semua orang juga bakal bilang gitu. Kamu udah berusaha buat ngingetin aku, tapi aku gak mau dengerkan? Karena kamu tau, itu hal yang bikin aku seneng." Isakan Lea terhenti saat melihat Bang Chan yang tersenyum lebar, dan tidak menunjukkan rasa sedih maupun menyesal.

"Aku seneng ngelakuin itu, dan aku gak masalah sekarang di penjara. Emang udah seharusnya. Yang penting kesenangan aku udah tersalur."

Lea mengerjapkan matanya, dengan tangisan yang perlahan mereda. Meskipun air matanya masih berjatuhan, dan masih sesenggukan.

"Bohong, kamu mungkin seneng waktu itu, tapi pasti sekarang kamu nyeselkan?"

Bang Chan menggelengkan kepalanya. "Sekarang aku baik-baik aja, yang penting semua orang yang gak aku inginkan hidup di dunia ini, udah mati semua."

Changbin seketika merinding mendengar perkataan Bang Chan, namun mencoba menutupinya.

Lea tertawa kecil. "Bohong. Kamu pikir aku gak kenal kamu huh?"

Bang Chan mendengus. "Mending sekarang kamu pulang." Suruh Bang Chan dengan nada dingin, tapi Lea menggelengkan kepalanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Who is Christopher? | Bang Chan ✅Where stories live. Discover now