Gempa tersentak dari lamunannya lalu menatap Halilintar dengan air wajah terkejut, "ahh.. maaf kak, aku tidak apa-apa."

Halilintar menyeritkan alisnya ragu. Ia menatap Gempa selidik, "kau yakin? Kau nampak ketakutan tadi saat melamun? Apa karena perasaan buruk yang kau bilang kemarin."

Gempa terdiam sejenak, nampak berfikir. Lalu ia menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum lembut pada Halilintar, "tidak kok. Bukan apa-apa. Maaf ya membuat kak Hali khawatir."

Gempa mengacak-acak rambut Halilintar lembut.

"Daripada mengkhawatirkanku, kenapa kak Hali tidak bergabung dengan mereka dan membuatkan aku sesuatu juga? Seperti gelang contohnya?"

Halililintar melihat kearah Gempa dengan raut wajah yang kaget namun ia pun menyeringai jahil terhadap permintaan Gempa, "oh? Jadi kau ingin aku membuatkanmu gelang nih? Modus ceritanya?"

Wajah Gempa langsung memereah disaat mendengar perkataan Halilintar, "bu-bukannya modus! Ahh sudahlah pergi saja sana!" Seru Gempa dengan gugup sembari mendorong tubuh Halilintar menjauh.

Halilintar terkekeh geli, "iya, iya, akan kubuatkan gelang khusus untukmu jadi tunggu disini ya?"

Dikecupnya lembut pipi kanan Gempa oleh Halilintar lalu ia berjalan pergi dari situ.

"K-Kak Hali!" Gempa berseru sedikit lantang sembari menatap Halilintar yang kini berhenti melangkah dan menatap kearahnya. Ia tersenyum tipis sembari membungkukkan badannya sedikit.

"Terimakasih."

Angin berhilir, menerpa wajah keduanya. Matahari pun sudah hampir terbenam sepenuhnya tepat dibelakang badan Halilintar, menambah suasana disana.

Halilintar tersenyum dengan lembut lalu ia mengangguk kecil.

'Aku harap hari ini tidak akan pernah berlalu.' Batin Gempa terlihat sedih.

Namun sayangnya, hari-hari indah seperti itu harus berlalu.

=ooo=

Gempa membuka kedua matanya lebar-lebar disaat ingatan itu datang secara tiba-tiba menuju pikirannya. Ingatan disaat ia masih bisa bersenang-senang bersama dengan semua saudaranya.

Sekarang ia ingat semuanya.

Ia ingat tentang semua perasaan yang dirasakannya yang kini menjadi kenyataan.

Gempa bernafas dengan terengah-engah sembari menatap kearah bawah, memandang dimana sekarang saudara-saudara kini sedang berusaha mati-matian dalam melawan Reverse. Bahkan ia bisa melihat Taufan dan Solar sudah terluka parah. Bahkan Halilintar pun disekitar wajahnya dan tangan kanannya sudah bersimbah darah.

Ia tidak bisa membiarkan hal ini terus menerus.

Jika tidak, ia akan kehilangan semuanya. Hal yang berharga untuknya.

Ia harus melindungi mereka.

Mereka sudah bertarung demi dirinya. Sekarang giliran dirinya yang bertarung demi mereka.

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now