Gempa bangun terduduk dari tanah dan menepuk bahu Ice pelan sembari menggelengkan kepalanya, "jangan begitu Ice. Kasihan Blaze, nanti mukanya berubah jadi kaya teflon."

Ice mengangkat kedua bahunya cuek, "biar saja kak. Lagipula bagus dong kalau nanti jadi teflon. Kak Gempa kan butuh teflon pengganti didapur."

"Oh iya, benar juga ya. Kenapa aku tidak kepikiran?"

"Khalian bedhua jahhad!"

"Ah akhirnya ketemu juga! Lihat kan kak? Mesin buatanku berjalan dengan sempurna!"

Muncullah Solar dan Halilintar yang terlihat berjalan menghampiri mereka dengan dua ekspresi yang berbeda. Halilintar kini berwajah masam, sudah muak mendengar Solar yang terlalu hype dalam menjelaskan mesin baru yang dibuatnya. Sementara Solar kini berwajah cerah dengan mata berbinar disaat tau bahwa mesin yang buatnya berhasil melacak keberadaan Gempa. Mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit tentang betapa hebat dirinya membuat mesin tersebut.

"Sudah selesai menjelaskannya? Telingaku panas tau mendengar celotehanmu itu. Lagipula bukankah alat itu digunakan untuk mencari harta? Kenapa kau malah gunakan itu untuk mencari Gempa?" Halilintar melirik sinis pada Solar.

Sambil membusungkan dadanya, Solar berkata dengan bangga, "kak Gempa kan harta yang berharga kak. Jadi pastilah aku pakai mesin ini! Buktinya, kak Gempa ketemu kan?"

Halilintar memutar kedua bola matanya malas. Tidak menanggapi omongan Solar. Namun dalam hatinya, ia setuju dengan pernyataan itu.

"Hahaha! Kak Hali dan Solar kalah cepat dengan kita!" Taufan memposisikan dirinya duduk diatas tanah lalu memeluk lengan kanan Gempa erat, "kami duluan yang menemukan Gempa disini~"

Ice yang melihat hal tersebut tanpa sadar mendorong kepala Blaze lebih dalam lagi ke tanah sembari menatap Taufan dengan tajam. Aura hitam pekat mulai muncul dari tubuhnya. Namun Taufan tidak mempedulikannya.

"Icheeee! Lephaskhan akhuu!"

Teriakan Blaze tidak dihiraukan oleh Ice. Gempa menyadari hal itu.

"Sudah dong Ice, kasihan Blaze. Dilepas ya?" Bujuk Gempa memelas.

Mau, tidak mau, akhirnya Ice melepaskan kepala Blaze dari genggamannya. Terlihat Blaze dengan segera mengangkat kepalanya sembari terengah-engah, meraup banyak udara dengan rakus. "Ice jahat! Aku hampir mati kehabisan nafas tau!"

Ice mendengus kasar dan melirik kearah lain, "dih, gitu aja protes."

"Aku heran kenapa kamu masih saja betah menghadapi mereka, Gempa? Memangnya tidak lelah?" Halilintar memposisikan dirinya duduk disamping kanan Gempa sehabis mendorong Taufan jauh dari sana. Dengan kasar dan paksaan tentunya. Gempa tertawa geli saat mendengar komentar tersebut.

"Lelah sih sebenarnya," jawab Gempa melirik kearah para Trio Troublemaker sembari tersenyum miring, "apalagi kalau yang susah diatur." Ujarnya sarkas.

Sementara yang menjadi topik pembicaraan itu hanya cengengesan saja, tidak merasa bersalah.

Lalu Gempa mengulas senyum tipis, "tapi bagaimana pun juga, aku tetap sayang dengan kalian. Karena kalian adalah keluarga yang berharga."

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now