Kyline tidak terkejut ketika tiba-tiba dirinya tidak lagi berada di dalam academy, ia sedikit tau tentang kekuatan iblis yang bisa memindahkan seseorang hanya dengan menatap matanya saja.

Kyline masih terdiam menatap iblis di hadapannya tanpa menoleh kanan dan kiri untuk melihat dirinya sedang berada dimana.

"Sehebat itu kah kekuatan Guardianmu hingga kau bisa setenang ini? Atau kau menganggap remeh diriku?"

Kyline akui aura iblis dihadapannya tidak main-main, ia bertaruh di hadapannya ini merupakan iblis bangsawan dari Kerajaan Napela.

"Kau ingin aku menangis dan berteriak minta tolong, begitu?" Kyline menaikan sebelah alisnya menatap iblis dihadapannya.

"Keberanianmu itu patut dipuji Tuan Putri." Iblis itu langsung membekap mulutnya, lalu ia menyeringai menatap Kyline. "Ahh salah, maksud saya Tuan Putri yang tidak diinginkan." Iblis itu menekan kata-kata terakhirnya.

Kyline tersenyum geli memandang iblis di hadapannya. "Iblis sepertimu tidak pantas berbicara seperti itu di hadapanku, iblis tetaplah iblis, makhluk hina yang paling rendah."

Iblis itu tertawa dengan sangat keras, lalu tersenyum miring menatap Kyline. "Aku salah menilaimu rupanya gadis kecil, ku pikir sikapmu akan sama lembutnya dengan Ratu Lavender, Cih."

Iblis itu meludah tepat di bawah kaki Kyline. Sedangkan Kyline masih bergeming menatap iblis di hadapannya dengan dingin.

Kyline seperti tidak ada harga dirinya untuk saat ini di hadapan iblis itu, ia tidak pernah mencari masalah pada siapapun, tapi makhluk hina itu selalu berusaha membunuhnya seakan-akan ia adalah parasit yang harus dimusnahkan.

Kyline mengepalkan tangannya erat, lalu ketika ia ingin melempar sesuatu dari tangannya, tiba-tiba sepasang tangan melingkar dipundaknya.

Kyline mendongak menatap siapa pemilik tangan itu. "Ais?"

Aistan tersenyum tipis memandang Kyline. "Apa sayang?"

Tadi ketika Aistan ingin menemui Kyline di academy, ia terkejut karena tidak mencium aroma Kyline sama sekali di sekitar academy.

Aistan bersyukur sudah menandai Kyline ketika menciumnya, jadi ia bisa tau dimana keberadaan Kyline, betapa terkejutnya ia mengetahui Kyline berada di wilayah kaum iblis bangsawan Altaro.

Iblis bermarga Altaro itu berdecih menatap sepasang insan di hadapannya. "Ku pikir kau akan memanggil Guardianmu, Tuan Putri?"

Aistan tidak memperdulikan perkataan iblis itu, karena sedari tadi ia sedang memandangi Kyline yang menatap iblis di depannya dengan kemarahan yang sangat ketara.

"Istirahat sebentar ya, kamu pasti capek." Lantas Aistan mengusap kepala Kyline dengan lembut, sontak Kyline mengalihkan pandangannya ke arah Aistan. Belum sempat sepatah katapun keluar dari bibir Kyline dengan tiba-tiba Kyline sudah tidak sadarkan diri.

Segera Aistan dekap Kyline di pelukannya, lalu memandang dingin iblis dihadapannya. Tiba-tiba sulur-sulur tanaman merambat ke arah iblis itu, mengikat seluruh tubuhnya di depan pohon.

Iblis itu berusaha melepaskan diri dengan berbagai macam kekuatannya, dari mulai berteleportasi hingga ingin membaca sebuah mantra tapi tidak bisa. "Ke-kekuatan apa ini?" Iblis itu mengeluarkan taringnya memandang Aistan dengan bengis. Berbanding terbalik dengan ucapannya yang terpatah-patah.

Aistan tersenyum miring, lalu berjalan mendekat ke arah iblis itu setelah menidurkan tubuh Kyline di bawah pohon. "Kemana keberanianmu yang tadi Memaki-maki Ratuku?"

"Ratumu? Siapa kau?"

Aistan tersenyum geli. "Bangsawan Altaro yang ku kenal tidak selemah ini."

Aistan mencekik iblis di hadapannya dengan kukunya yang semakin memanjang lalu menacap ke leher iblis itu.
"AHKK!!"

"Mylord, Maafkan kelancangan sepupu hamba yang tidak tau siapa gerangan yang diculiknya." Seorang wanita dengan pakaian terbukanya berjalan mendekat ke arah Aistan, pandangannya beralih memandang prihatin ke arah sepupunya.

"Kau pikir aku peduli?"

Aistan semakin mencengkram leher iblis di hadapannya dengan kuku-kukunya yang panjang.

Crashh!!

"UHKK!"

Iblis itu berhenti bersuara ketika dengan tangan kosongnya Aistan memotong kepala iblis itu hingga lepas dari tubuhnya.

"Berani berbuat, berani bertanggung jawab, Kaum-mu berani mengusik Ratuku." Aistan meninggalkan iblis yang sudah tidak bernyawa itu, ia berjalan ke arah Kyline yang masih terlelap.

"Akan saya peringatkan mereka semua, your majesty." Wanita itu membungkuk hormat ke arah Aistan hingga belahan dadanya terlihat.

Aistan tidak menghiraukan perkataan wanita itu, ia menggendong Kyline lalu membaca mantra dengan pelan, seketika mereka sudah berpindah tempat.

Wanita itu tersenyum miris menatap kepergian Rajanya. Ia telat datang lalu menyaksikan kematian salah satu kaumnya yang tragis.

Aistan menurunkan Kyline lalu memeluk pinggangnya erat, ia mengusap kepala Kyline dengan lembut. "Nyenyak tidurnya Putri tidur?"

Kyline mengerjapkan matanya, ia melepaskan tangan Aistan yang berada dipinggangnya. "Mana iblis yang tadi?" Kyline menatap Aistan dengan tajam.

Aistan tersenyum geli. "Udah mati."

Kyline terhenyak mendengar perkataan Aistan. Ia tidak menyangka Aistan membunuh iblis itu untuk dirinya.

Aistan terkekeh pelan lalu menarik pinggang Kyline, didekapnya kepala Kyline ke dadanya. Jemari Aistan mengusap lembut kepala Kyline yang sangat dingin. "Nggak usah dipikirin omongan sampah iblis rendahan itu."

Meskipun Kyline tidak merasakan debaran lelaki dipelukannya tidak secepat debaran aneh miliknya yang sesekali muncul seperti sekarang, karena kini mulai mengusik dirinya.

Kyline tidak memungkiri.

Ia merasa nyaman.

Sangat nyaman dipelukan lelaki ini.

••••

Gimana-gimana?

Ayo kawan yang budiman Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa, biar author slalu inget buat lanjutin ceritanya🤞🏻

Me And My GuardianDonde viven las historias. Descúbrelo ahora