Jujur, aku masih kesal bila diingatkan dengan topik itu, rasanya ingin marah. Aku berusaha tampak santai, dan berkata, "tentu saja dia tidak baik-baik saja, tapi aku akan berusaha membuatnya lebih baik."

"Ya, dia beruntung dapetin kamu."

"Mungkin aku juga. Baiklah, aku balik dulu ya, bye Mi..."

Harusnya Mia tidak ebrsikap seperti itu, disaat aku sudah tidak lagi seorang diri. Aku merasa, dia lebih sering datang mendekatiku setelah aku menikah dengan Keira, dibanding dulu saat aku masih mengejar-ngejar dirinya. Dan itu membuatku, tidak nyaman.

KEIRA POV

Pukul tiga sore, Alex tiba di rumah untuk menjemputku. Aku kira dia bakal mampir nongkorng dulu bareng temen-temennya, tapi kurasa setelah kelasnya selesai dia langsung ke sini. Tumben, nurut.

"Aku kira kamu bakal jemputnya nanti malam," bisikku saat Alex berdiri di sampingku. Dia melirikku, lalu masuk ke rumah nemuin mama.

Sialan, aku dicuekin.

"Lho, Alex udah pulang?" mama, dengan senyum lebarnya menyambut kedatangan menantu yang baginya paling tampan dan gagah itu. aku mencebik melihat ekspresi mamaku yang jauh lebih lembut ketimbang saat bersamaku.

Alex tersenyum menanggapi, lalu lanjut ngobrol sambil duduk di ruang keluarga.

Mereka yang asik-asikan, sedangkan aku hanya diam, tidak minat untuk masuk ke obrolan mama tentang hubungan pernikahan, dan semcamnya, yang anehnya Alex bisa mengimbangi obrolan mama.

"Kalian pulang nanti malam aja, makan malam di sini, ya?" kata mama.

"Tadi, Keira suruh cepet-cepet pulang, giliran Alex udah dateng aja suruh pulang nanti. Ini yang anak mama siapa, sih?"

Mama melirikku, "Kamu ini, mana ada mama nyuruh kamu cepet pulang?" katanya dengan nada kesal. Aku tersenyum saja, tanpa berniat melanjutkan debat.

"Nak Alex pulang nanti saja ya abis makan malam," lanjut mama.

"Aduh ma, maunya Alex sih gitu, tapi banyak tugas yang harus Alex selesaikan di rumah, jadi lain kali saja ya makan malamnya. Lagian, Keira udah janji mau bikinin Alex sesuatu yang enak, tadi."

Aku melotot ke Alex.

Aku? Janji? Sejak kapaaaan?

Dan sialnya, Alex malah tersenyum penuh arti ke arahku. Yakin seratus persen ini dia bakal punya rencana untuk membuatku menderita malam ini. aku kira dia udah berubah kemarin, ternyata aku salah. Alex tetaplah Alex yang nyebelin.

ALEX POV

Aku hampir tertawa melihat bulat dan lebarnya mata Keira ketika melotot. Niatku memang mengerjai saja, tapi sepertinya bila dia beneran kusuruh masaka pasti seru, aku kan tahu dia nggak bisa masak. Bisa bayangin gimana uring-uringannya dia nanti. Atau bahkan sekrang dia sudah uring-uringan sendiri.

Bibir tipisnya mengerucut setelah mendengar permintaanku. Wajahnya terlihat kesal. Demi Tuhan, aku tak tahan ingin tertawa melihat wajahnya yang lucu.

Lucu, Alex? Damn! Suara itu...

Tak lama, kamipun berpamitan untuk pulang. Keira masuk lebih dulu ke mobil, kulihat wajahnya benar-benar kesal. Aku pun masuk setelah sedikit bicara dengan mama Keira sebelum pulang.

"Sudah kuduga!" kata Keira, tepat setelah aku menutup pintu mobil. Aku menoleh ke arahnya.

"Apa?" tanyaku, sambil menahan senyum.

"Kamu mana mungkin tidak memanfaatkan sesuatu yang sekiranya menguntungkan untukmu," ucapnya dengan nada jengkel.

Aku tertawa. Tidak bisa lagi menahan rasa geli yang menggeltik perutku.

"Anggap itu sebagai bentuk terimakasihmu padaku, karena udah nurutin kamu hari ini, Kei."

"Sekali lahir jadi orang nyebelin, selamanya tetep nyebelin ya, emang."

"Well, aku masih Alex yang dulu Keira. Untuk informasi saja," aku menaikan sebelah alisku. Menampilkan smirk andalan Alex Wijaya.

Keira memutar mata dan mendengus melihat ekspresiku.

"Menyebalkan. Aku nggak bisa masak. Untuk informasi saja," ucapnya mengikuti kalimatku. Nadanya semakin jengkel ketika aku tak bisa menghentikan senyum puas merekah di bibirku.

Aku mendekat, sedikit membungkuk aku mencondongkan wajahku kesamping wajahnya yang terlihat menegang.

"Jangan coba bohong, Sayang," bisikku. Lalu melajukan mobil meninggalkan halaman keluraga Keira. bibirku tak hentinya tersnyesum, sedangkan Keira, kulirik dari ekor mataku, dia diam membeku setelah mendengar kalimatku barusan.

Ahh, bagaimana bisa aku sebahagia ini saat melihat ekspresi wajahnya yang kesal mau pun bingung dan tegang seperti tadi? Sepertinya, aku harus memasukkan kegiatan ini ke dalam list favoritku; menggoda Keira.

"Emang mau dimasakin apa nanti?" tanya Keira akhirnya, setelah banyak menit berlalu dengan diam.

Aku melirikna.

"Emang kamu bisa masak berapa menu? Gayanya nawarin masak apa."

"Alex! Ihhh, kamu tuh, ini kalau aku nggak nyadar kamu lagi nyetir udah kucekik kamu, tuh."

"Ih, dosa, masa suami mau dicekik. Disayang, dong..."

"Aleeex..."

"Hahaha..."

To be continue.

selamat membaca teman-teman.

Please kasih kritik dan sarannya ya teman-teman. Saya butuh masukan biar ceritanya nggak monoton dan ngebosenin^^ vote-comment masih terus saya tunggu.

Thanks a lot, buat yang udah comment dan voting di part sebelumnya

Unbelievable DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang