Part 11

41.4K 1.9K 36
                                    

PART 11

"Kau tak perlu berlaku lebih untuk membuat orang menyukaimu."—Temperature of Love

KEIRA POV

Rasanya pengen nangis, teriak sekencang-kencangnya, dan namparin semua orang yang berani fitnah aku, nyebari hal-hal yang enggak bener. Ini kalau aku laporin penyebaran hoax bisa dipenjara ini mereka. Sialan!

Pulang dari kampus, aku benar-benar malas melakukan apapun. Aku hanya ingin mandi, lalu tidur. Bodo amat sama makan malam nanti mau makan apa, pikir nanti. Sekarang kepalaku hampir meledak, dengan semua kalimat menjijikkan yang terus terngiang di dalam otakku.

Kujatuhkan tubuhku ke atas tempat tidur, memeluk bantal lalu memejamkan mata. Namun, bayangan saat Alex datang menutup telingaku, lalu membawaku pergi membuatku kembali membuka mata, mengingat bagaiman bisa kita berdua saling menyemangati seperti itu? karena kupikir, Alex bakal enggak peduli dan ambil pusing dengan semua itu, namun ternyata dia peduli dan sama marahnya denganku. Bagaimana jika tidak ada Alex, atau bagaimana jadinya jika Alex tidak peduli padaku? Apa aku akan sanggup datang ke kampus, atau aku akan sanggup melanjutkan hidup?

Hidupku yang tadi normal, biasa saja, tidak banyak di kenal orang sekarang hampir seisi kampus mengetahui namaku, membicarakanku. Benar-benar, popularitas seorang Alex tak bisa dianggap remeh.

"Nikmatilah hari-hari barumu, Kei," ucapku, pada diri sendiri.

ALEX POV

Kosong. Sepi. Itu yang kudapati saat aku masuk ke rumah, bahkan salamku tidak ada yang menjawab. Diam-diam aku mencari-cari sosok Keira, bukan mama atau papa, melainkan Keira, sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya di hidupku. Kulangkahkan kaki menuju kamar di lantai atas, kubuka pintu dan di sana, kudapati Keira tidur pulas sambil meringkuk memeluk bantal, bukan guling. Pelan, aku mendekatinya perlahan, meletakkan tasku dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara sekecil apapun.

Wajah itu tampak tenang dalam tidurnya, entah apa yang dilihatnya dalam tidur, sampai di jam yang sesore ini dia masih pulas dengan napas yang sangat teratur, sungguh damai.

"Mungkin dia lelah," gumamku, membenarkan selimutnya lalu pergi ke luar kamar.

Di dapur aku sama sekali tak menemukan apapun, bahkan sebutir telur pun nihil.

"Haruskah aku ke supermartket? Tapi beli apa? Ya masa sayur?"

"Bangunin Keira aja kali ya? Tapi kan dia lagi capek." Aku terus bermonolog, bingung mau melakukan apa. Akhirmya kuputuskan untuk membuat kopi dan membawanya ke depan tv, lebih baik aku santai sambil nonton film.

KEIRA POV

Aku terlonjak, kaget saat sadar aku benar-benar tertidur. Kualihkan pandanganku ke jendela kamar, dan langit sudah sangat gelap. Ya tuhan, berapa lama aku tidur?

Aku turun dari tempat tidur, dan mendapati tas Alex di sofa kamar.

"Jadi dia sudah pulang? kenapa enggak bangunin, dasar..." aku turun ke lantai satu, samar-samar aku mendengar suara tv, yakin pasti itu Alex.

"Tega banget nggak bangunin," kataku tiba-tiba setelah sampai di ruang keluarga, Alex melirikku, lalu kembali fokus ke layar tv.

"Gimana mau bangunin kalau tidurnya pules, sampai ngiler gitu," ucap Alex tanpa melihatku, terang saja aku langsung menendang kakinya, dan dia mengaduh. Seperti anak kecil.

"Sakit, Kei!" teriaknya, dan aku cukup mengedikan bahu membalasnya.

Aku duduk di sofa sebelahnya, ikut nonton film fantasi yang di tonton Alex, tanpa niat. Aku diam tanpa bicara apapun.

Unbelievable DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang