Part 7

44.7K 2K 18
                                    

Keira-

Aku melebarkan kedua mataku. Melotot saat Alex mengatakan kalimat, 'kita tidur di kamar'.

Hei!!! Ini aku, lagi di rumah berdua aja sama Alex, dan dia bilang kita tidur? Oh oke, aku tahu jika itu adalah sesuatu hal yang wajar untuk semua manusia. Tapi, tidur kali ini sangat-sangat berbahaya jika aku dan Alex berada di satu kamar, satu ranjang, dan..., tanpa ada seorang pun di rumah besar ini kecuali kita.

Ahaaaa..., aku tidak mau membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Terakhir kali aku tidur bersamanya itu kemarin, pas di rumahku. Dan, saat aku membuka mata, aku dalam keadaan memeluk tubuh Alex seperti guling.

Nggak! Aku nggak mau! Tanpa sadar aku menggeleng-gelengkan kepalaku saat bayangan itu muncul. Ya Tuhan..., kenapa hidupku jadi tak setenang dulu?

"Kei, lo baik-baik aja kan?" aku melihat Alex yang sedang mengerutkan dahinya bingung padaku.

"Eh? Iya, gue baik kok. Cepetan dihabisin Mie-nya, abis itu lo yang bagian nyuci," ucapku sebelum meminum habis air putihku dan pergi tanpa menghabiskan makananku.

"Eh, eh! Lo mau kemana?" cegah Alex.

Aku melihat ke arahnya, dengan tatapan malas.

"Tidur," jawabku sambil lalu.

"Hei! Makanan lo aja belum abis! Kei, gue gak mau ya kalau disuruh-suruh nyuci!" teriak Alex, dan aku tak ingin mendengarkannya, memilih untuk tetap menaiki tangga.

"Keira Wijaya!"

"Apaan sih? Tinggal nyuci mangkuk dua aja protes!" aku berhenti di tiga anak tangga terakhir sebelum sampai di lantai dua.

"Gue gak mau!"

"Yaudah ah, terserah lo!" aku mengibaskan tanganku ke arahnya, "dan lagi! Jangan manggil gue Keira Wijaya! Gue belum setuju ganti nama keluarga gue pakai nama Wijaya!" aku mendelik, sedikit melotot sebelum meneruskan langkah ke kamar.

"Tanpa lo setujui pun, nama lo udah ganti sejak lo tanda tangan surat nikah." kata Alex dengan nada di buat tinggi.

"ALEX! Lo diem, atau lo mau gue ancurin kamar lo." ancamku.

"Kamar gue, kamar lo juga kali Kei. Kan, lo sama gue udah jadi kita sekarang." Kulihat Alex menyeringai, sebelum akhirnya lanjut menyumpit mienya.

Padahal aku lapar, dan melihat mie yang kutinggalkan di sebelah mangkuk Alex, aku sedikit merasa menyesal dan ingin kembali turun, tapi gengsi. Akhirnya kulanjutkan langkah ke kamar.

***

Alex-

Selesai mencuci peralatan makanku dan Keira tadi, aku langsung melangkah ke arah kamar.

Sebenarnya aku masih kesel banget sama tuh cewek, seumur-umur gak ada cewek yang tega nyuruh-nyuruh aku kaya tadi kecuali mama. Hancur sudah reputasiku gara-gara cewek jadi-jadian itu.

Aku membuka pintu kamarku, dan aku langsung memicingkan mataku ke arah ranjang.

"Kenapa ada pembatas kain di antara tempat tidurku? Dikira jendela apa, pakai dikasih gorden segala," batinku.

Aku menggeleng pelan. Tak habis pikir dengan kelakuan aneh Keira. Dasar cewek aneh!

"Ini apaan sih pakai beginian? Ganggu tau!" ucapku melirik Keira yang pura-pura tidur.

Aku tahu dia lagi pura-pura, kelihatan jelas banget dari napasnya yang gak teratur. Dasar gak bakat akting.

"Kei, bangun gak?" aku menarik-narik ujung kakinya.

Unbelievable DestinyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora