Part 10

39.5K 1.8K 9
                                    

PART 10

"Hidup memang tentang berjuang keras, untuk bisa bertahan setiap harinya."—My ID is Gangngam Beauty

ALEX POV

Aku mengikuti Keira yang lebih dulu berjalan di depanku, tidak tahu menagapa aku mau saja menurutinya mencari makan, karena sebenarnya aku sedang tidak ingin makan apapun setelah mendengar semua omong kosong di kampus tadi.

"Jalan kaki aja, ya?" Keira berhenti, menoleh ke arahku, aku mengangguk mengiyakan, lagipula aku juga malas jika harus ngeluarin mobil dari tempat parkir sedangkan nanti jam 11 aku ada kelas, dan ini sudah jam 10 lewat 30 menit? Gila, setengah jam lagi aku ada kelas dan di sini aku malah nurutin Keira nyari makan. Wah, hebat Alex, hebat!

"Lex, lo mau jadi bodyguard gue atau apa sih? Deketan napa?"

"Bilang aja lo mau dijejerin sama gue!"

"Dih!"

Aku terkekeh dengan sikap cuek Keira, tanpa banyak protes aku mempercepat langkahku dan menyamai langkahnya, dia melirikku, lalu mencebik, dan aku hanya balas meliriknya.

Sampai di depan, Keira langsung menuju ke salah satu ruko yang berjejeran tak jauh dari area gedung kampus, dan kalian tahu apa yang dipilihnya? Bakso! Gila, bisa kali yang lebih kenyangan dikit.

"Lo mau makan bakso?" tanyaku.

"Em!" angguknya, "Gue mau bakso yang super pedes saat ini," lanjutnya dan langsung masuk untuk memesan semangkuk bakso. Dia melihatku.

"Lo bakso nggak?"

Ingin kujawab enggak, tapi aku dah terlanjur berjanji dengan diri sendiri untuk nemenin dia saat ini, lagi pula di sini sedang tidak sepi, jadi akan semakin aneh bila aku mengatakan tidak. Yakin seratus persen oran-orang akan semakin bicara buruk tentang Keira bila aku menolak makan di sini.

"Ya iyalah, masa mau nonton lo doang gue di sini," jawabku dan langsung mendahuluinya mencari tempat duduk.

KEIRA POV

Alex duduk di depanku, dia hanya diam sibuk dengan ponselnya sembari menunggu bakso pesanan kami datang. Aku juga sedang tidak ingin bicara banyak saat ini, jadi kuputuskan untuk menyibukkan diri dengan sendok dan garpu di depanku.

"Lo enggak capek mainin sendok itu terus? Gue yakin kalau mereka bisa bicara mereka bakal teriak marah-marah." Aku menatap Alex yang ternyata sudah meletakkan ponselnya di meja, dan duduk memerhatikanku.

Aku menarik sebelah sudut bibirku, lalu meletakkan sepasang sendok dan garpu itu, tepat sebelum akhirnya kuangkat kembali karena bakso yang kutunggu akhirnya tersaji di depan kami.

"Wah... gue nggak tau kalau selera lo sesederhana ini, jadi gue nggak perlu khawatir kantong jebol kalau lagi makan di luar sama lo." Kata Alex, dan aku mendelik ke arahnya sebelum akhirnya aku tersenyum.

"Kaya gue mau aja diajak makan diluar sama lo," balasku

"Sialan,"

"Saus?" tawarku, dan dia mengangguk, segera kuberikan botol saus padanya, dan dia ganti memberiku botol kecap padaku, tak lupa aku menaruh lima sendok penuh sambal ke mangkuk.

"Lex,"

"Hm,"

"Besok kan libur, gue maksudnya, anter gue main ke rumah mama papa, ya?" kataku sambil menyendok kuah bakso. Alex menatapku, diam sejenak, lalu berkata,

"Besok aku ada kelas pagi, tapi siang udah kelar, jadi ke sananya siang aja ya?"

Aku meletakkan sendok, beralih bertopang dagu memerhatikan Alex yang bicara padaku di sela-sela kunyahan makanannya.

Unbelievable DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang