"Gema sama Gemi mau kado apa buat ulang tahun nanti?" tanya Ayah lewat video call saat makan malam.

"Nggak mau apa-apa Yah," kata Gemi. "Maunya Ayah pulang rayain bareng di sini."

Aku mengarahkan ponselku ke Gema. "Ayo ngomong ke Ayah."

"Hai, anak Ayah mau apa?"

"Mau Ayah berhenti ngekang kami," jawab Gema. "Dan kami nggak selalu harus juara satu biar bisa dianggap juara bagi Ayah."

"Ayah i—"

"Ayah nggak perlu ngebanding-bandingin kami bertiga. Ayah jangan kekang keinginan Bang Naga. Ayah jangan larang Bang Naga masak. Ayah jangan egois. Ayah jangan selalu maksa Ibu. Ayah harusnya sayang Ibu. Ayah ja ...." Mata Gema sudah terlihat barkaca-kaca.

Panggilan video ini terputus karena gangguan sinyal.

"Gema," Ibu mengusap pundak anaknya itu.

Gema diam, memperhatikan piring nasinya yang belum habis.

"Jangan kayak gitu ke ayahmu," ungkap Ibu.

Gema menoleh ke Ibu. "Kenapa Ibu nurut terus ke Ayah sih?!"

"Ibu ha—"

"Ayah kan tanya apa yang aku pengin Bu. Ya itu semua yang aku pengin. Aku nggak pengin hadiah macam-macam. Aku nggak pengin apa-apa kecuali dia ubah sifatnya," ujar Gema.

Gema kemudian berdiri dan pergi ke kamarnya. Saat aku ingin menyusul, Gemi menahanku.

"Aku aja yang susul Gema, Bang."

Saat Gemi sudah pergi. Aku mengikuti dan memperhatikan mereka berdua di kamar Gema yang pintunya terbuka sempit. Gema dan Gemi duduk bersebelahan. Gema tampak emosi, lalu Gemi menarik satu tangan kembarannya dan dia mengelusnya pelan.

"Kamu udah bentak Ibu. Kamu harus minta maaf," kata Gemi. "Ibu nggak ada maksud bela sifat Ayah yang nggak kamu suka itu. Ibu cuma pengin kamu bisa kontrol emosi kamu ke Ayah."

"Lo nggak nyadar apa, Ibu itu selalu takut sama Ayah. Ayah itu udah jadi monster tahu!"

"Ayah bukan monster. Ayah hanya ingin kita berusaha sekeras mungkin untuk jadi yang terbaik. Ayah pengin kita nggak mudah puas sama apa yang kita capai, Gema. Kamu mungkin berpikir juara dua udah bagus. Kalau Ayah memakluminya, kamu bakal puas di situ. Ayah pengin kamu lakuin lebih. Ya, cara dia emang kayak gitu. Tapi itulah Ayah kita."

"Ya, mungkin lo bener," kata Gema.

"Ya, mungkin lo bener," kata Gema

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita bisa lalui ini bersama. Sama Bang Naga juga," ujar Gemi yang dihadiahi anggukan oleh Gema.

Dadaku menghangat melihat mereka berdua akur seperti itu. Ini yang ingin kulihat dari adik-adikku. Mereka melalui masalah bersama, bukan terpisah karena perbedaan pendapat. Indahnya kalau kami semua saling memahami.

Naga, Jangan Bucin!「SUDAH TERBIT」Where stories live. Discover now