"Emmm... itu---" kalimat Tara terpotong.

"Apa? Itu apa? Bagus ya lo chatingan sama cowok ketemuan lagi, tanpa sepengetahuan gue iya?" tanya Arga masih berusaha menahan emosinya.

"Bu-bukan gitu Ga, gu-gue---" lagi-lagi kalimat Tara terpotong.

"Gue apa, hm? Inget ya, Ra, kita tuh udah di jodohin, lo sekarang udah jadi milik gue dan lo nggak boleh chatan atau pun ketemuan sama cowok selain gue! Ngerti?" ucapnya dengan posesif.

"I-iya gue paham, Ga, tapi gue nggak berduaan kok sama Kak Daniel. Kan ada Tata sama Bella di sana terus juga ada temen nya Kak Daniel, jadi lo nggak usah khawatir," jelas Tara.

"Terserah! Pokoknya gue tetep nggak izinin lo pergi!" titah Arga.

"Dih, kok gitu sih? Gue cuman mau kumpul aja kok sama mereka, please boleh ya? ya? ya?!" pinta Tara memohon dengan menyatukan telapak tangannya yang di angkat ke udara.

"I said no." Jawaban Arga membuat Tara mendecak kesal.

Tapi bukan Tara namanya yang mudah menyerah begitu saja, gadis itu masih punya seribu cara untuk bisa pergi keluar, ia akan terus berusaha membujuk Arga.

"Ihh boleh dong, Arga kan ganteng, wangi, keren, calon suaminya Tara yang pede abis---upss" Tara menutup mulutnya rapat-rapat setelah mendapat tatapan tajam dari Arga

"Eee--- enggak ehehe becanda, calon suami aku yang paling ganteng. Boleh yaaa, sekali ini aja please boleh yaaa?!" bujuk Tara dengan wajah memelas sambil memeluk lengan pria itu.

Arga yang tidak tahan dengan tingkah calon istrinya itu yang selalu membuatnya tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Akhirnya Arga pun mengalah dan mengizinkan Tara pergi. Daripada Arga khilaf karena melihat Tara yang mengerucutkan bibirnya membuat Arga gemas ingin menciumnya.

"Hmm, yaudah iya, gue izinin lo pergi tapi--" Kalimat Arga terpotong karena Tara langsung memeluk Arga dengan senyum sumringah.

"What? Tara? Meluk gue?" batin Arga syok.

Arga tersenyum, lalu membalas pelukan Tara dan mengusap lembut puncak kepala gadisnya.

"Timakaaciii calon suamikuu!" ucap Tara sambil tersenyum manis, ia mendongakkan kepalanya menatap Arga yang juga tengah menatapnya.

Beberapa detik kemudian Tara melepaskan pelukannya.

"Tapi inget! lo nggak boleh deket-deket sama si Kudanil itu, lo udah punya gue inget, Ra!" tegas Arga memberi peringatan pada gadisnya.

"Iya-iya bawel deh, btw namanya Kak Daniel bukan Kudanil!" protes Tara.

"Terserah gue lah, kan mulut gue," kata Arga tak mau kalah.

Tara memutar bola matanya malas.

"Hmmm yaya, udah sana pulang, gue mau siap-siap pergi." Tara mendorong lengan Arga menyuruh pria itu pulang.

"Oh gitu, jadi gue di usir nih? OKE!" Arga merajuk.

"Ihh! Baperan banget sih lo, udah sana gue udah telat nih." Tara melirik alorji miliknya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

"Yaudah gue anterin aja yuk," tawar Arga.

"Nggak, nggak usah nanti gue dijemput sama Tata kok," alibi Tara berusaha menolak dengan lembut.

"Hmm yaudah iya, tapi inget jangan deket-deket sama si Kudanil, awas aja lo sampe deket-deket!" peringat Arga.

"IYAAAA CALON SUAMIKU YANG PALING GANTENG, IYAAA!" seru Tara, membuat Arga terkekeh geli.

ARGATARA [NEW VERSION]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें