17- Kenyataannya pahit

1.4K 207 25
                                    

Sore itu Saeron berkali kali tidur bangun tidur bangun karena untuk beberapa alasan dia khawatir, salah satunya karena sejak semalem panik katanya disuruh Mamanya pulang, Renjun sama sekali belum ngabarin. Bener bener nggak ngabarin, dichatin pun nggak dibales. Saeron mau nelfon juga ragu karena nggak biasanya Renjun kayak gini, mungkin pernah sekali itupun karena ada ada event eksmus jadinya sibuk.

Otaknya nyuruh positif thinking mungkin lagi sibuk mengingat semalem Mamanya nyuruh pulang cepet, nggak biasanya juga karena Mama Renjun nggak pernah yang namanya nyuruh pulang kalo udah sama Saeron.

Ah persetan, akhirnya Saeron beraniin diri nelfon Renjun.

TAPI DI REJECT.

Biasanya kalo direject Renjun bakal ngechat konfirmasi kenapa nggak bisa telfon, tapi sampai lima menit nggak ada apa apa.

Kemudian Saeron coba telfon lagi.

Kali ini nggak direject, tapi hapenya dimatiin.

Nggak, pasti ada yang nggak beres.

Saeron :
- Jaem
- Lagi sama Renjun nggak? Dari semalem gak bisa dihubungin

Langsung di read, tapi kemudian typing lamaaaaa banget, kemudian online lagi, typing lagi. Sampe berkali kali Saeron jadi makin waswas.

Jaemin :
- Duh Sae anu mm gimana ya jelasinnya
- Lo mending kerumah gue deh, pake baju yg rapi kalo bisa
- Secepatnya ya

Pesannya di read doang sama Saeron, tanpa mikir dua kali cewek itu buru buru cuci muka dan ganti baju rapih, sesuai apa yang Jaemin bilang.

Nggak Saeron nggak mau mikir yang aneh aneh dulu. Walaupun dia jadi deg degan sampe perutnya sakit.

Nggak sampai 15 menit, wajah Saeron udah terlihat dicelah gerbang depan rumah Jaemin yang nggak jauh dari rumahnya itu.


Pikiran Saeron makin kacau begitu Jaemin berpakaian serba hitam berdiri dihalaman rumahnya, bersama keempat teman satu geng Renjun. Semuanya keliatan tegang, sampai nggak ada yang Sadar Saeron udah ada disana.

Nggak mungkin kan Renjun meninggal...?

ENGGAK LAH

Saeron refleks menggeleng kuat-kuat. Lalu menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

"Halo...?" panggil Saeron akhirnya.

Semua yang disana menoleh tak santai.

Jaemin mengulum bibir, lalu menggaruk tengkuk canggung. "Anu, Sae. Lo tadi nanyain Renjun kan?" tanyanya basa basi.

Saeron mengangguk sambil menatapi keempat orang itu bergantian. "Iya. By the way, kalian habis takziah...?"

"Enggak Sae, belum. Ini kita baru mau berangkat. Berhubung lo ngehubungin gue tadi, mungkin sekalian aja lo diajak," jelas Jaemin agak ragu, terlihat raut takut dan tegang diwajahnya.

Saeron mengernyit. "Hah? Siapa yang meninggal?" tanyanya dengan perasaan jauh lebih teraduk daripada tadi.

Hening, sangat kentara keraguan diawajah Jaemin. Ini sangat aneh dimata Saeron, Jaemin nggak pernah memasang wajah itu.

"Jaem?" panggil Saeron tak sabar.

"Pacarnya Renjun, Sae. Pacarnya Renjun yang meninggal, semalem kecelakaan," jelas Jaemin akhirnya. Ikut frustasi.

Kedua alis Saeron refleks menyatu kuat kuat, seiring dengan jantungnya yang langsung berdetak lebih cepat. Cewek itu berusaha mikiir jernih dan mencoba buat nggak langsung menelan mentah omongan Jaemin itu.

Sofa • Renjun × SaeronHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin