"Ih. Abang Rean, main nyamber aja. Tapi, iya juga sih, enggak semua bisa dibeli. Kalau akhlak bisa dibeli Mami udah beli akhlak buat Abang Angga."

Angga hanya bisa mengurut dadanya, enggak bisa marah sama Dinar, "astaghfirullah."

"Udah ah, Dinar capek ... Abang, dadah!"

"Hm. Bye sweatheart."

Tut.

*****

"Kang Juan!" Kinan memanggil Juan saat melewati kamarnya.

"Kenapa, Neng?"

"Itu siapa?" tanya Kinan, matanya melirik ke kamar sebelahnya.

Reflek Juan ikut melirik, "siapa? yang mana? Ada dua soalnya."

"Yang itu, pokoknya. Mau ngapain dia?" Kinan enggan menyebut nama Angga.

"Yang mana atuh? Yang rambutnya belah pinggir, apa belah—"

"Yang ganteng," terang Kinan.

"Yang ganteng 'kan cuma Akang, heu."

"Bilangin Teh Ona, lho! Ih, serius itu mau ngapain mereka?"

Juan berbisik pada Kinan, "penghuni baru kamar sebelah."

Kinan melotot, "Akang, pilih Kinan atau penghuni baru itu, cepet jawab enggak usah mikir!"

Belum sempat Juan menjawab pertanyaan Kinan yang membuat wajah dia seperti orang bingung tanya alamat, sosok makhluk sekelas jin iprit itu muncul dari ambang pintu sebelah kamarnya.

"MAU NGAPAIN LO DI KOSAN GUE?" bentak Kinan.

Anggara yang lupa-lupa ingat dengan wajah itu sempat bengong persekian detik.

"HEH, JAWAB!"

Anggara masih ragu, apakah dia ... "Kinan?"

Mendengar suara cewek berteriak tepat di samping kamar Angga, Rean langsung menghampiri Angga. Dan, betapa terkejudnya ia saat melihat sosok yang sangat ia kenal. "Kinan?"

Kinan bersedekap, menatap sinis pada Angga dan Rean, "jadi elo yang ngasih tahu Gara kalau gue kost di sini? Iya?!"

Rean bingung, "hah?"

Kinan berdecak, "ck! kenapa, Gar? Lo masih belum bisa lupain gue? Sampe-sampe lo nyari tahu banget tentang gue ... dan akhirnya lo mau ngekost di samping kamar gue. Iya? Hah ... "

"Tung—" belum sempat Angga bicara, Kinan sudah memotong ucapannya lagi.

"Sori ya, Anggara Nathanael ... gue, udah punya pacar. Jadi, please ... jangan ganggu hidup gue," ucap Kinan.

Blam. Kinan langsung menutup pintu kamarnya, membuat Anggara sontak menganga. Saat ia ingin menghampiri Kinan, Rean langsung menarik tangannya. "Enggak usah diladenin. Dia cuma enggak mau ketiban sial lagi pacaran sama lo." Ungkap Rean.

"Sial apaan anjir! Pacaran sama orang ganteng kok sial?" ungkap Anggara kesal.

Rean menghela napas, ia memilih untuk tidak meladeni Anggara. Rean kini berjalan keluar mencari udara segar, ah— bukan, lebih tepatnya Rean ingin membakar rokoknya. Lalu, bagaimana dengan Anggara?

"I want you, Kinan."

*****

Kinan benar-benar tidak percaya kalau Anggara sekarang berada di samping kamarnya. Mati-matian ia menghindar dari sosok cowok titisan dakjal itu, mulai dari makan malam perusahaan tempat Ayahnya bekerja— hingga tempat hiburan malam di Bandung yang Kinan yakini tempat Anggara mencari mangsa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Shit Neighbor!Where stories live. Discover now