"Soobin beruntung punya Ibu baik sepertimu. Aku sebagai Ayah kandungnya pun ikut bangga," imbuhnya. Yuni seketika tercengang dan menatap Namjoon dengan segera.

"Ayah kandung?" tanyanya dengan raut wajah bingung.

"Ibunya Soobin dulu adalah istriku. Karena suatu alasan, aku meninggalkannya dan aku bahkan tidak tahu jika istriku telah berpulang."

"Owh, begitu," imbuh Yuni.

"Maukah kamu menjadi Ibu Soobin seututuhnya? Susah untuk mencari wanita baik dan juga penyayang sepertimu," imbuh Namjoon. Pernyataannya barusan membuat Yuni seketika tercengang.

"Maaf, Ahjussi, tapi aku sudah menikah!" tolak Yuni.

"Menikah? Lalu dimana suamimu? Kenapa di membiarkan istrinya terlantar?" tanya Namjoon. Yuni seketika terlihat sendu dan menunduk sedih.

"Saat ini dia sedang lupa. Namun, jika nanti dia sudah mengingatku, pasti dia akan mencariku. Kalau pun di tidak mencariku, maka aku juga tidak akan meninggalkannya," Air mata itu pun jatuh membasahi pipi Yuni yang teringat Seokjin.

"Siapa nama suamimu itu?" tanya Namjoon kembali.

"Mengapa anda ingin tahu privasiku? Maaf," tolak Yuni.

"Aku hanya ingin bersama putraku, aku membutuhkanmu sebagai Ibu untuknya."

"Anda bisa menjadi Ayah baginya, tidak harus menikahiku, bukan?" ucap Yuni yang terlihat tidak menyukai pertanyaan Namjoon yang terlalu mendalam.

Yuni segera masuk ke kamarnya menyusul Soobin untuk tidur. Malam yang panjang, dan penuh dengan drama.

***

Pagi ini, Namjoon telah lebih dulu menyiapkan sarapan. Tak lama Yuni dan Soobin pun bangun dan keluar dari kamarnya.

"Kenapa kalian belum membersihkan diri? Baju kalian terlihat kotor," kata Namjoon sambil membawa beberapa piring berisi makanan di tangannya.

"Soobin tidak bawa baju untuk ganti," jawab Yuni sambil membelai rambut Soobin. Ia pun langsung terkejud saat mendapati darah yang sudah mengering di bagian belakang kepalanya.

"Soobin-aa, kepalamu kenapa?" tanya Yuni.

"Tidak apa-apa, Bu. Tidak perlu khawatir," ujar Soobin sambil menggenggam erat tangan Yuni.

"Bagaimana kalau kita cek ke rumah sakit?" tawar Namjoon.

"Tidak perlu repot-repot, Tuan."

Soobin pun hanya menyimak kedua orang dewasa ini berbicara. Tampak Soobin memikirkan sesuatu yang lebih dalam melihat percakapan keduanya.

Setelah nya ketiga orang ini melanjutkannya dengan sarapan pagi yang telah tersedia di atas meja. Ada telur dadar gulung, sup ikan, nasi putih, minyak wijen, tuna segar, dan bihun rebus. Ketiganya menyantap makanan dengan lahapnya.

Selesai sarapan, Yuni membantu Namjoon membersihkan dapur. Yuni mencuci piring, sedangkan Namjoon membersihkan kompor. Pemandangan ini cukup membuat Soobin diam dan memperhatian keduanya yang begitu dekat. Entah apa yang dipikirkan Soobin, bocah jenius itu memiliki pemikiran dewasa melebihi umurnya.

"Aku akan pergi ke Mall untuk mencari pakaian untuk kalian," ujar Namjoon.

"Tidak perlu, Ahjussi. Kami sudah banyak merepotkan anda," tolak Yuni.

"Tidak ada yang repot kok. Aku justru senang, anggap saja kalau kita ini keluarga," ungkap Namjoon sambil tersenyum manis menatap Yuni. Raut wajah bahagia Namjoon dan Yuni tampak menjadi suatu response yang terbaca oleh Soobin.

***

Pria berbadan tegap itu kemudian pergi untuk membelikan pakaian untuk Yuni dan Soobin, sebab tas mereka tertinggal di tempat semalam.

"Soobin, kenapa kepalamu bisa terluka?" tanya Yuni, sembari membersihkan luka darah di kepala Soobin dengan kain basah.

"Bu," panggil Soobin.

"Ada apa, Nak?" tanya Yuni.

"Tempat ini adalah tempat terbaik. Tidak ada yang akan menyakitimu, membuatmu menangis, dan pemilik rumah ini juga sangat menghargaimu. Tidak seperti Ayahku, kenapa Ibu tidak menikah saja dengan pria itu? 'Kan aku bisa punya Ayah dan Ibu yang lengkap," ujar Soobin seketika. Pernyataannya barusan membuat Yuni mematung. Ia tidak tahu mengaoa Soobin bisa berkata demikian dan ia pun tak memiliki jawabannya.

"Soobin, kenapa kamu bicara begitu?" tanya Yuni.

"Aku cuma mau punya keluarga. Ada Ayah, Ibu, dan kita berjalan-jalan di taman bersama, saling bergandengan tangan. Bisakah Ibu mengabulkannya sebelum aku mati?"

'Deg'

"Bagaimana bisa kamu bicara begitu, Soobin? Itu kata-kata yang tidak boleh diucapkan,"

Air mata Yuni langsung menetes mendengar perkataan Soobin yang tidak masuk akal tersebut. Entah mengapa Soobin yang masih berusia empat tahun bisa memiliki pemikiran dewasa bahkan dengan gaya bicara yang melebihi umurnya.

Bersambung....

Part berikutnya akan lebih menguras air mata, sabar yak🤗

Part berikutnya akan lebih menguras air mata, sabar yak🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ahjussi - [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang