That Man and That Woman

PART 15: THE DRUG

Markas LICHT di Jakarta, 12 Tahun lalu...

"Ha! Apa yang aku bilang? Mereka akan memilih kita!" Ucap Nina penuh semangat saat berjalan melewati lorong dari markas LICHT menuju ruangan utama pemimpin LICHT di Indonesia.

Semenjak berakhirnya perang dunia kedua dan LICHT dinyatakan hilang oleh orang-orang yang tidak mengetahui kebenarannya, organisasi LICHT sudah melebarkan sayap mereka ke berbagai belahan dunia. Dengan menjadikan Belanda sebagai markas induk dan Jakarta menjadi induk kedua setelahnya, dikarenakan LICHT dibangun atas mimpi Kartini dan diwujudkan oleh sahabatnya, Stella.

Tidak ada yang tau pasti dimana markas LICHT berada, kecuali para agen LICHT sendiri. Bisa jadi berada di pusat keramaian kota, di daerah yang tidak terlalu padat manusia atau bisa saja tempat-tempat yang mungkin tidak akan pernah bisa ditinggali manusia. Markas LICHT di Jakarta masuk dalam kategori ketiga. Setiap kali ada klien mereka yang ingin bertemu secara langsung, mereka akan membawa klien tersebut ke markas menggunakan mobil khusus dengan kedap suara dank aca mobil yang gelap, sehingga klien tidak akan ada yang tau arah markas LICHT.

Mereka kemudian akan diarahkan langsung ke ruang pimpinan LICHT dan menunggu agen yang telah ditunjuk. Metode persetujuan akan berbeda jika klien mereka tidak ingin bertemu di markas, hanya melalui perantara dan agen yang ditunjuk. Jika klien datang langsung ke markas maka tidak dibutuhkan perantara sama sekali karena telah diwakilkan oleh pimpinan tersebut.

Kali ini Alea ditemani oleh Nina dan Talia menuju ruangan pimpinan mereka, Nova. Di LICHT tidak ada penggunaan kata Ibu, mbak dan sebagainya yang menunjukkan senior atau junior. Semua dipandang rata di LICHT, sehingga hanya memanggil nama panggilan sudah cukup tanpa menggunakan title.

"Aku baca file mereka dan mereka adalah pasangan yang tersohor di Amerika bahkan sepertinya hamper seluruh dunia tau siapa mereka. Pendapatan mereka bisa sampai triliunan per-tahun. Aku yakin gaji kita akan sangat tinggi Al" Ucap Nina dengan nada yang sumringah.

"Biasanya semakin tinggi gaji, maka semakin bahaya juga level penjagaannya" Balas Talia serius.

"Oh? Kamu bilang apa? Aku tidak bisa mendengarmu" Balas Nina malas sembari menutup kedua telinganya dan menjauh dari Talia.

Talia hanya menyipitkan matanya kesal tapi tidak berkata apa-apa, namun Alea yang bersuara, "Aku sama sekali tidak mempermasalahkan tingkat bahaya yang akan aku hadapi, aku hanya tertarik dengan keterangan tambahan yang tertera di file yang aku terima"

Nina yang berada di depan kedua sahabatnya meletakkan kedua tangannya kebelakang dan mulai berbicara, "Kejadian waktu itu sudah disembunyikan dengan baik sehingga tidak tersebar luas kemana-mana. Harus aku katakan, insiden 5 tahun lalu bisa ditutup dengan bersih meskipun memakan korban. Ha ha"

Nada sarkas Nina yang sedikit menggema membuat Talia menoleh ke arah Alea dan ketika mendapati Alea diam, ia menambahkan, "Jika semua orang tau mengenai kasus penculikan yang kita alami, kamu tau kita tidak akan berakhir di LICHT. Apa yang terjadi 5 tahun lalu adalah sebuah kejadian gelap yang kita alami dan juga yang menjadi korban. Jika kasus penculikan itu dipublikasikan dan seluruh dunia tau..." Talia terdiam sebentar karena sedang berusaha memikirkan kata-kata yang pantas.

"Ok ok aku tau apa yang mau kamu omongkan. Aku paham. Meskipun kejam dan tidak adil bagi para korban, kita masih tetap melaksanakannya bukan?" Potong Nina.

"Bukankah karena alasan itu kita masuk LICHT?" Balas Alea yang sekarang memandang Nina.

Mendapati tatapan Alea yang penuh tekad, membuat Nina memalingkan wajahnya dan berucap lirih, "Yahhh..."

Tidak terasa obrolan mereka telah mengantar mereka bertiga ke depan pintu ruangan Nova. Nina yang berada di depan langsung membuka pintu. Dibalik pintu tersebut, mereka bertiga melihat Nova yang mendongak dari mejanya dan menyuruh mereka bertiga masuk, sebelum akhirnya pandangan mereka jatuh kepada pasangan yang sedang duduk di depan Nova.