PART 11: MEMORY OF THE PAST

3.3K 139 7
                                    


            Sejauh yang Alea bisa ingat ketika dirinya sibuk mempersiapkan diri untuk ujian masuk SMP, ia sama sekali tidak mengira dirinya yang baru pulang dari tempat bimbingan belajar bisa diculik begitu saja.

Ia sama sekali tidak akan melupakan hari dimana jalan hidupnya bisa berubah secara menyeluruh dari anak kecil yang beranjak remaja sampai menjadi seorang remaja yang telah dibekali ilmu untuk memburu dan membunuh.

Alea masih berumur 11 tahun ketika penculikan itu terjadi. Ia masih bisa mengingat dengan jelas bau menyengat yang menusuk indra penciumannya dan perasaan terombang-ambing disekitarnya, ia berpikir saat itu kepalanya hanya terasa pusing dan tidak ada suara yang bisa ia keluarkan dari mulutnya. Saat ia berusaha menggerakkan kedua tangan dan kakinya, ia merasa seperti batu karena ia menyadari bahwa situasi yang ia alami saat itu adalah rasa ketakutan terbesarnya.

Kelumpuhan total.

Dia bisa membuka mata dan mengawasi situasinya saat itu. Ruangan itu tidak bisa dikatakan gelap, satu-satunya cahaya yang bisa ia lihat adalah cahaya dari jendela berbentuk bulat yang membawa masuk cahaya matahari. Hanya dari situ saja sumber cahaya yang bisa ia lihat masuk untuk menerangi keadaan ruangan tempat ia disekap. Jika ia berusaha melihat ke arah pojok ruangan ia sama sekali tidak akan bisa melihat apa yang diletakkan disitu.

Tidak ada seorang anak yang tidak takut ketika menghadapi kenyataan bahwa dirinya dibawa ketempat asing dan jauh dari keluarga mereka. Termasuk Alea.

Alea memejamkan matanya dan baru menyadari keberadaan seseorang disampingnya, ketika ia bisa mendengar dengan samar suara seseorang yang bersenandung pelan.

Ia berusaha menoleh, namun ia sama sekali tidak bisa menggerakkan kepalanya untuk melihat kesamping. Badannya benar-benar lumpuh total sehingga hanya meninggalkan indra penglihatan dan indra pendengarannya saja. Ia tau bahwa pendengarannya masih bermasalah karena ia bisa mendengar suara dengingan, seperti berusaha menyesuaikan diri dengan keadaannya sekarang.

"Hei."

Suara perempuan yang seumuran dengannya memasuki telinga Alea. Ia mencoba untuk menggerakkan lehernya, namun Alea hanya bisa mendengarkan, tanpa bisa melihat anak perempuan yang duduk disampingnya.

"Kamu tidak perlu bergerak. Cukup mendengar saja."

Berusaha mengangguk, tapi ia hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memberi tanda kepada anak perempuan disampingnya bahwa ia bisa mendengar suaranya meskipun masih memiliki dengingan ditelinganya.

Seolah mengerti maksud dari kerjapan mata Alea, anak perempuan itu berkata, "Jangan panik. Kelumpuhanmu hanya akan bertahan beberapa menit, setelah itu kamu bisa menggerakkan badanmu dan mengeluarkan suara."

Alea mengerjapkan matanya lagi tanda paham. Setelah mengatakan hal tersebut, anak perempuan itu kembali terdiam seolah-olah memberikan Alea waktu untuk memulihkan kondisinya.

Alea masih berusaha mengatur pikirannya yang kalut ketika mendengar anak perempuan itu mengeluarkan suara lagi. "Ada 5 orang anak perempuan diruangan ini termasuk kamu dan aku. Sepertinya mereka seumuran dengan kita."

Perasaan terombang-ambing kembali dirasakan oleh Alea karena sekali lagi ia merasakan badannya bergerak secara perlahan ke arah kiri dan kanan seolah-olah ia berada di laut.

Tiba-tiba saja pupil mata Alea membulat ketika menyadari ruangan tempat ia disekap. Ia semula mengira dirinya berada di sebuah ruangan kosong dengan satu jendela bundar tunggal yang bertengger di dinding kayu ruangan itu. Ia merasakan badannya terombang-ambing karena ia mengira kepalanya merasakan pusing yang membuatnya berhalusinasi bahwa ia seperti diombang-ambing diatas laut. Itu semua bukan ilusi dia semata namun sebuah kenyataan dimana ia diculik dan disekap didalam kapal bersama 5 anak perempuan lainnya dan saat ini mereka jelas-jelas jauh dari tempat tinggal mereka.

That Man and That WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang