CHAPTER 01 NADIN ARKA GLAVIRA

38 6 1
                                    


I Won't Have Step Mother!!

Bukankah, sebuah kenangan yang sudah berlalu itu harus dilupakan? Agar tidak menjalar ke seluruh tubuh ketika membiarkannya? Tapi, kenapa baginya sangat sulit?. Jika kalian mengatakan ia harus hati-hati, maka kalian telat. Bahkan, sebelum ia membiarkan kenangan tetap ada pun sakit itu sudah menjalar terlebih dahulu kedalam tubuhnya. Sangat sulit memang menepikan kenangan, terlebih kenangan itu sangat pahit. Bayangkan saja, ketika seseorang sedang dalam masa pubertasnya harus merasakan sebuah perpisahan yang amat sangat pahit, jika kalian menjadi dirinya pun kalian pasti akan melakukan hal yang sama.

Namun, kini gadis itu sudah mencoba berdamai dengan masa lalunya,, walaupun kadang kenangan pahit sering muncul dalam pikirannya ketika ia merasa sepi. Lagipula, bukankah sangat lelah jika terus bermusuhan dengan masa lalu yang juga terlalu egois karena terus menerus muncul dan tidak mau pergi.

Jalanan Jakarta mulai ramai dan padat, padahal ini masih pagi. Untungnya, ia membawa mobil bukan motor, jadi dirinya terbebas dari polusi udara, walaupun tak menampik bahwa ia tetap akan melawan kemacetan ini.

"kamu kalau jalan hati-hati dong, Kalau ketabrak gimana? Mamah kan khawatir"

Pandangan nadin beralih, yang awalnya terfokus pada rambu lalu lintas kini berganti pada sosok wanita paruh baya bersama seorang gadis kecil yang ia tebak usianya masih enam tahun. Wanita itu sangat khawatir pada anaknya, terlihat sekali dari gurat wajahnya yang sarat akan ketakutan. Melihat kemesraan yang dilakukan ibu dan anak itu sangat menyinggung hatinya, bagaimana tidak? Ia tak punya ibu, ibunya telah lama pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjakan umur dua belas tahun

Ia terhenyak, saat sadar lampu rambu lalu lintas sudah berubah hijau di tambah dengan suara klakson mobil dan motor yang keras, buru-buru ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sambil melajukan mobil, ia putar lagu dari callum scott yang berjudul you're the reason, sangat cocok dengan suasana hatinya saat ini, karena tiba-tiba saja bayangan sosok kekasihnya muncul dalam benaknya, bayangan dimana saat ia sangat membutuhkan lelaki itu untuk memguatkan hatinya yang sedang rapuh, namun kekasihnya justru meninggalkannya dengan alasan yang menurutnya sangat konyol.

Lagi-lagi luka itu kembali merobek ketenangannya, air mata pun tak dapat di bending lagi, ia menangis lagi entah untuk keberapa kalinya. Luka memang penjahat terbesar yang sulit dilawan

"Miss u so bad, yud" bohong, jika dirinya mengatakan ia tak merindukan kekasihnya, karena seberapapun ia membenci keputusan kekasihnya itu, tetap saja cintanya terlalu dalam, sehingga ia tak bisa membencinya terlalu besar.

Nadin tersentak, kesedihannya mendadak hilang saat tiba-tiba mobil sedan putih menabrak mobilnya dan menyebabkan bagian mobil depannya penyok sedikit. Emosinya naik, ia pun segera keluar dari mobilnya dan menemui si pengemudi ugal-ugalan itu.

Kaca mobil itu ia ketuk-ketuk berkali-kali, tak perduli jika si pengemudinya risih, lagipula ini salah pengemudi ini. Suruh siapa ia menabrak mopbilnya?

Satu detik, Dua detik, Tiga, Empat, sampai hitungan ke epuluh tak ada sahutan dari dalam, iam mulai geram sendiri

Senyum nadin merekah saat pintu mobil terbuka, dan seorang laki-laki dengan berpakaian putih abu-abu keluar dari mobil dengan langkah tegap, namun tatapannya berubah tajam, nadin sempat mengerutkan dahi

" lo gak punya sopan santun yah? Kalau kaca mobil gue pecah gimana?!"

Satu kata yang terlintas dalam pikiran nadin adalah " aneh". Bukankah dirinya yang salah, kenapa ia yang di marahi?. Dasar cowo, gak pernah mau ngerasa salah!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GoneWhere stories live. Discover now