10

14 2 1
                                    

Ting Tong~

Rena membuka pintu, menyambut gadis cantik yang datang ke rumahnya dengan senyum paling ramah yang ia bisa. Lalu mengajaknya masuk ke ruang tamu. Chaeryeong sedikit melongo melihat rumah Rena. Desain arsitektur rumah dan interiornya ditata sangat indah. Membuat rumah yang besar makin terlihat megah. Seperti rumah lama Chaeryeong.

Rena membawa Chaeryeong duduk lesehan di karpet. Di antara mereka terdapat meja kaca yang cukup lebar. Telah tersusun dua lusin buku di tiap ujung meja. Rena mempersiapkan bukunya sejak semalam.

"Kita mulai dari mana?" Rena membuka percakapan.

"Terserah kau," kata Chaeryeong lebih mirip bisikan.

"Santai saja, tidak usah tegang begitu denganku," ucap Rena. Sebisa mungkin meyakinkan Chaeryeong bahwa Rena bersungguh-sungguh ingin jadi temannya.

Chaeryeong duduk tegak dengan gurat tidak nyaman terlukis di wajahnya. Ia masih merasa tegang berada dekat dengan orang asing. 

 Rena mencari-cari buku Fisika. "Kalau tidak salah kau paling lemah di fisika kan? Kita mulai dari itu dulu kalau begitu."

Chaeryeong mengangguk paham. Dua setengah jam kemudian mereka habiskan dengan duduk di karpet empuk, membicarakan mulai dari teori archimedes sampai gerak parabola. 

Chaeryeong benar-benar lemah di fisika. Rena sampai perlu mengulang materi dasar. Jangan salah paham, Rena bukannya keberatan ya. Chaeryeong malah membuat Rena gemas. Dia tidak begitu paham jadi rasa penasarannya tinggi. Di luar dugaan ternyata ia antusias belajar. Rena jadi suka mengajarinya.

Sesekali di sela-sela belajar Rena ke dapur mengambil minum dan membawa sebungkus kacang panggang. Jadi mereka belajar sambil mulut mengunyah kacang.

"Ehm, Ren, orang tuamu di mana?" tanya Chaeryeong. Ia tidak merasakan presensi mereka sama sekali sejak datang tadi.

Rena menelan makanannya. "Pergi reuni kuliah sampai nanti malam," jawabnya.

"Oooo..."

Terdengar bunyi sedikit nyaring saat Rena meregangkan badannya. Pundak, tangan, kaki semuanya pegal. Maklum, mereka duduk lesehan sudah lama sekali. Bahkan bokongnya juga ikut pegal.

"Chae, bagaimana kalau kita istirahat sebentar? Aku lelah duduk terus, apa kakimu tidak sakit?" tanya Rena.

"Sejujurnya..."

?

"Kakiku kesemutan sampai sedikit mati rasa."

"ASTAGA KENAPA TIDAK BILANG DARI TADI?!" 

Daritadi wajah Chaeryeong memang terlihat tidak nyaman. Rena kira Chaeryeong hanya belum membiasakan diri belajar bersama Rena. Ternyata karena kakinya.

Rena segera memutari meja. Berjongkok di depan Chaeryeong dan meluruskan kakinya. Mereka berdua sibuk memijat kaki.

"Kenapa tidak bilang tadi?" tanya Rena sedikit menahan tawa.

"A--Aku takut mengganggumu mengajar. Tadi kau fokus sekali."

"Aish kau ini. Harusnya kau bilang saja tidak apa."

Setelah mengutak-atik kaki Chaeryeong, Rena membantunya berdiri dan mengajaknya sedikit berjalan-jalan agar peredaran darahnya lancar.

Ketika berjalan-jalan foto di atas perapian menarik perhatiannya. Foto itu memiliki bingkai emas dan berukuran cukup besar. Membuatnya menjadi objek paling menonjol di dinding. Foto keluarga yang terlihat sangat harmonis.

"Itu orang tuamu?" Chaeryeong menunjuk foto tersebut.

"Hm? Iya tapi itu foto waktu aku SMP. Sekarang mereka terlihat lebih berumur."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Catatan Tentang Rena; Hwang Hyunjin (Discontinued)Where stories live. Discover now