1

11 2 0
                                    

Apa tujuan hidupmu?

Setiap orang lahir, tumbuh menjadi balita, anak-anak, remaja kemudian dewasa. Pada titik tertentu mereka akan menemukan tujuan hidup mereka. Dihadapkan pada pilihan-pilihan tentang apa mimpi mereka. Kemudian menjalani hidup sesuai jalan yang mereka pilih. Namun terkadang, ada orang yang tak bisa memilih tujuan serta impian mereka.

Bagi Hwang Hyunjin, pilihan serta tujuan hidup tidaklah penting. Sejak lahir seluruh garis kehidupannya telah ditentukan oleh berbagai pihak. Entah keluarga besarnya, orang tuanya, pihak sekolah maupun publik. Semuanya telah dipersiapkan Hyunjin sampai-sampai ia tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana masa depannya nanti.

Ayahnya, Hwang Minhyun adalah pengusaha paling berpengaruh di Korea Selatan. Namanya tersohor hingga ke luar negeri. Keluarga besarnya sangat membangga-banggakan Minhyun. Istrinya sendiri merupakan pemilik pabrik kosmetik ternama di negeri yang sama. Bisnis seolah mendarah daging dalam silsilah keluarga mereka. Hampir semua orang beranggapan Hyunjin pasti mengikuti jejak orang tuanya, apalagi dia anak laki-laki tunggal.

"Bagaimana pelatihanmu di Jepang?" tanya ibu Hyunjin, Nayoung. 

Dengan mata terpejam setengah tertidur Hyunjin menjawab, "Seperti sebelumnya."

Nayoung tersenyum puas. "Bagus. Belajarlah dengan giat."

Hyunjin menyandarkan kepalanya ke kuris mobil. Kembali mencoba tidur tetapi mamanya berkata, "Jangan tidur kita sudah hampir sampai."

Hyunjin kembali menegakkan badannya sembari menahan kantuk. Yang dipikirkannya ketika sampai rumah adalah langsung cuci kaki, tangan lalu tidur. Betapa nikmatnya istirahat usai penerbangan dari Jepang. Badannya serasa remuk semua.

Mobil yang Hyunjin naiki berhenti di depan rumah dengan pagar beton setinggi hampir 2 meter. Dari dalam rumah megah tersebut keluar beberapa pelayan menyambut nyonya besar dan tuan muda mereka. 

Salah seorang membukakan pintu mobil untuk Nayoung dan Hyunjin. Beberapa lainnya mengambil koper di bagasi yang akan mereka pindahkan ke kamar Hyunjin. 

"Selamat datang kembali tuan. Apa anda ingin mandi sehabis ini?" tanya seorang pelayan.

"Hm," Hyunjin berdehem. 

"Baik saya akan menyiapkan air panas."

Nayoung menyerahkan tas jinjingnya itu pada pelayan lain. Pelayan itu pelayan baru. Tangannya agak bergetar begitu menerima tas sang nyonya besar. Tas itu merupakan edisi terbatas yang dibeli di Eropa, harganya setara dengan gajinya selama setahun.

Rumah super megah di kawasan elit Gangnam, pelayan di mana-mana, mobil dan segala barang mewah, kehidupan keluarga Hwang diselimuti kekayaan materi.

Hyunjin membuka pintu dengan gagang emas--yang membedakan kamarnya dengan ruangan lain di rumah ini. Setelah dibuka, ruangan sebesar 5x7 meter tertata rapi menyambutnya. Tidak ada satu barangpun yang berubah letaknya sejak ia tinggal sebulan lalu. Baguslah, para pelayan mendengarkannya untuk tidak memindahkan apapun.

Hyunjin melepas jaketnya lalu melemparnya asal ke sofa. Kopernya juga tergeletak begitu saja di pinggir sofa. 

"Air panasnya sudah siap tuan," kata seorang pelayan yang keluar dari kamar mandi dalam.

Hyunjin mengangguk. "Keluarlah aku mau istirahat."

Pelayan itu keluar. Niatnya Hyunjin minimal Hyunjin mau cuci kaki dan tangan dulu sebelum tidur. Tapi melihat kasur tertata rapi dan bantal-bantal yang mengembang empuk, Hyunjin tergoda untuk membaringkan badannya di sana.

Ia tahu bajunya masih kotor. Tapi berbaring sebentar tidak ada salahnya. Mandinya ditunda dulu.

Baru beberapa detik memejamkan mata, suara bising truk di luar membuat Hyunjin kembali bangun. Kerutan dahinya menandakan ia sangat terganggu. 

Catatan Tentang Rena; Hwang Hyunjin (Discontinued)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu