Chapter 2/2 [End]

844 111 24
                                        

Sudah berapa lama, ya?

Kang Seulgi baru terpikir untuk menanyakan hal itu sekarang pada dirinya sendiri, ketika ia dan Park Jimin berakhir duduk di halte bus depan minimarket dan pria itu hanya bisa menunduk dalam diam sambil sesekali menguap lalu mengusap-usap mukanya malas. Kusut sekali.

Benar. Lima tahun sampai sekarang.

"Kau masih makan keripik saat lapar?"

Park Jimin menguap lagi.

Dia pikir Park Jimin sudah berubah ceria kembali-seperti kemarin-kemarin. Walaupun Kang Seulgi tetap akan membencinya sampai mati. Tapi, ternyata Park Jimin yang dia lihat masih Park Jimin yang sama seperti lima tahun yang lalu.

Yang muram, kurang tidur, tidak terawat, malas.

Park Jimin yang jauh lebih dia benci lagi daripada apapun.

"Kau kan bisa pesan Jjangmyeon atau apa. Kenapa harus Ramyeon instan?"

"Aku tidak sempat."

"Tapi, kau sempat keluar untuk membeli Doritos?"

"Rumahku dekat sini."

Hah, lihatlah si keras kepala Park Jimin. Seulgi tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dekat mana minimarket Jungkook dengan ponsel Jimin sendiri? Park Jimin hanya tidak cukup peduli dengan hidupnya.

"Bagaimana kalau lambungmu terganggu lagi?"

"Tidak akan."

"Tahu darimana??"

"Jangan pedulikan aku!"

Seulgi tertegun sendiri. Benar... Kenapa juga dia-masih-harus peduli? Hidup payah Park Jimin bukan urusannya-lagi. Lima tahun adalah jurang pembatas yang cukup besar untuk mereka berdua, untuk bersikap sesuai batasan posisi masing-masing.

Orang asing.

"Maaf." Seulgi segera berdiri dan mengambil plastik belanjaannya. "Kurasa ini karena kebiasaan lama. Lakukan saja apa yang kau mau, aku tidak akan mengganggu lagi. Tidak perlu mengganti uangku. Dah..."

Greb.

Park Jimin segera menarik Kang Seulgi untuk duduk kembali. Dikeluarkannya sebuah mp3 player dari saku jaket abu longgarnya itu, dan memasangkan sebelah headsetnya ke telinga Seulgi. Alunan musik dalam tempo lambat segera memenuhi telinganya.

Everybody loves the things you do
From the way you talk, to the way you move
Everybody here is watching you, cause you feel like home
You are like dream come true

"Apa kebiasaan lamamu itu adalah peduli padaku?"

Seulgi menoleh ke arah Jimin. Kepala pria itu tertutup masih hoodie , tapi Seulgi tahu Jimin sedang memandang lurus ke depan.

But if by chance you are here alone, can I have a moment before I go?
Cause I've been by myself all night long
Hoping you're someone I used to know

"Kau tidak mau tanya kenapa?" Jimin bertanya lagi.

You look like a movie, you sound like a song
My God, this reminds me of when we were young

"Kenapa?"

Jimin menoleh ke arah Seulgi, membalas tatapan wanita itu. "Untuk buku-buku itu, atau untuk kembalinya aku ke Seoul?"

Seulgi menggigit bibir. "Kau bebas menjawabnya."

"Itu adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan, dan saat dimana aku merasa paling dekat denganmu." Jimin tersenyum tipis, tapi Seulgi bisa menangkap kemuramannya disana. "Kembali ke Seoul juga sama."

BUFMU || seulmin•Where stories live. Discover now