Hah?

264 15 0
                                    

Jeno tak pulang ke rumah beberapa bulan terakhir karena sibuk dengan tur dunia The Dream Show. Jeno memang mendapat kabar dari mamanya kalau Jeni sekarang tak berani keluar dari rumah kecuali ia benar-benar dijaga Manager-nim atau mama Lee. Jeno penasaran apa yang membuat Jeni seakan terlihat depresi. Seusai turnya yang terakhir, ia memutuskan pulang ke rumah.

"Mama, Jeno pulang." ucapnya ceria ketika masuk ke rumah. Kakinya langsung diputari oleh kucing kesayangannya, Bongshik.

"Bongshik kangen papa ya sayang? Mama Jeni di mana?" Jeno yang kebetulan saat itu memakai masker dengan beraninya menggendong Bongshik.

"Jeni di kamarnya. Dia jarang keluar rumah sekarang. Dia juga susah makan." jawab Mama Lee.

Tanpa banyak bertanya Jeno langsung masuk ke kamarnya yang juga kamar Jeni itu. Jeno tersenyum ketika melihat Jeni yang kini duduk dengan memeluk lututnya. Jeno meletakkan Bongshik di dekat Jeni dan membiarkan kucing itu mengelus Jeni. Jeno juga mendekat dan mengusap rambut Jeni perlahan.

"Jeni, kakak pulang." nada bicara Jeno terdengar begitu lembut.

Jeni hanya memandang Jeno sebentar lalu tertunduk lagi. Jeni benar-benar pemurung hari ini.

"Engga kangen sama kakak ya?" tanya Jeno putus asa.

Mendengar pertanyaan Jeno yang demikian, Jeni langsung menangis dan memeluk Jeno. Jeno paham dia akan seperti itu saat dipancing. Ia membalas pelukannya dengan lembut lalu mengusap punggungnya agar Jeni tenang.

"Kangen? Hm?" Jeno bertanya lagi.

Jeni mengangguk.

"Kamu kenapa? Kok murung terus? Kamu kurus banget astaga sayang, kamu malas makan?" tanya Jeno khawatir.

"Napsu makanku hilang. Beberapa hari ini aku muntah. Aku takut ketemu orang-orang asing." jawabnya dengan tubuh yang agak tergetar ketakutan.

"Ada yang mau diceritain ke aku selama aku kemarin tur? Apapun itu." Jeno menyelipkan rambut saudarinya itu ke belakang telinga.

"Aku sering ngerasa lemas banget. Pusing, mual, demam gantian terus. Kadang kalau pusing sama demam, bisa sampai mimisan. Makan juga engga bisa habis, separuhnya dimuntahin." Jeni menjelaskannya.

"Udah ke dokter bareng mama atau managernim?" tanya Jeno lagi.

Jeni menggeleng. Seusai menggeleng, ada darah segar yang mengalir di hidung Jeni. Tubuhnya melemas di pelukan Jeno. Jeni setengah sadar.

"Mamaaa adek mimisan." Panggil Jeno dengan suara menahan tangis. "Jangan tidur, Jen. Tetep sadar sampai mama dateng ya?"

Mama Lee membawa es yang dimasukkan kedalam kain kompres. Jeno menaruhnya di dekat hidung Jeni agar pendarahannya berhenti. Jeno membaringkan adiknya agar ia nyaman jika tidur. Jeno terus berusaha membuat Jeni terjaga hingga semua baik-baik saja.

"Jeni pusing banget ya? Besok ke dokter, aku bakal anter pake mobil aku." Jeno memakaikan selimut pada Jeni.

Jeni mengangguk lemah.

Jeno membaringkan tubuhnya di samping Jeni dan merelakan dirinya tak dilapisi selimut. Ia cukup lelah melewati tur dunianya.

***

Jeno benar mengantar Jeni ke rumah sakit untuk Check up. Mama Lee mendampinginya karena kemungkinan Jeno akan dipanggil kembali ke kantor sewaktu-waktu. Masih pagi, tetapi antrean medical check up dan regiatrasi sudah cukup panjang. Jeno sampai tertidur lagi saat menemani Jeni mengantre.

"Berapa nomor lagi?" tanya Jeno.

"Mungkin sepuluh." jawab Jeni ketika melihat nomor antreannya.

Star TwinWhere stories live. Discover now