Home

1K 53 0
                                    

Setelah kejadian Renjun tak fokus dalam latihan, semua kegiatan terpaksa dihentikan. Jeni meminta untuk dirinya dipulangkan saja ke rumahnya agar masalah tak semakin runyam. Oleh sebab itu, Jeno merasa ada yang salah dengan Jeni dan Renjun saat itu. Keadaan mereka saat ini, pasti saling berkaitan.

"Aku pulang saja, tak enak jika aku berlama disini karena mungkin aku mengganggu kalian." Pamit Jeni ketika sang ketua, Taeyong memperingatkan Renjun.

"Jangan lupa kembali ke sini." Renjun tampak sedih.

"Tentu, tapi tidak dalam waktu dekat. Terima kasih." Jeni membungkuk sebelum ia berbalik dan menghilang dari balik pintu.

***

Selama di bus, Jeni tak bisa melepaskan ingatannya soal wajah pria mungil yang ia temui di dorm. Ketika ingat orang itu, Jeni merasa tergetar hatinya. Tapi Jeni yakin, ini belum saat yang tepat untuk jatuh cinta. Jeni melamun selama perjalanannya ke rumah orang tua.

Ketika tiba di rumah, sambutan hangat diterima oleh Jeni dari Ayah dan Ibunya. Bagaimana tidak? Sosok Lee Jeni tak pernah pulang ke rumah selama 14 tahun lamanya. Jika saja Jeni pergi ke Korea untuk liburan, sejak dulu ia memilih untuk tidur di hotel saja.

"Eomma... Appa... Aku rindu kalian." kata Jeni ketika memeluk ayah dan ibunya.

"Kami juga merindukanmu sayang. Kemana saja kamu dua tahun ini? Kenapa tidak ke Korea saat libur panjangmu?" tanya Eomma Lee.

"Euh... Itu... Soal universitas. Aku kuliah di Indonesia. Jadwal liburku sangat singkat dan aku tak sempat mengambil libur karena urusan tugas." jawab Jeni jujur.

"Kamu kuliah? Ah, kenapa kakakmu tak mau seperti dirimu. Jeno tak mau kuliah hanya karena urusan pekerjaan." keluh Appa Lee.

"Dia anak laki-laki appa. Tak masalah jika ia lebih memilih untuk bekerja." jawab Jeni.

"Ah... Benar juga." Gumam Appa Lee.

"Ayo, istirahat di dalam. Mama baru saja memasak makan malam." kata Mama Lee.

Jeni masuk ke dalam rumah yang sudah lama tak ia singgahi. Air matanya seakan langsung meleleh dari pelupuk matanya ketika masuk ke area ruang depan. Banyak pigura fotonya ketika masih kecil. Jeni melepas sepatunya sebelum masuk ke ruang yang dulunya adalah kamarnya dan Jeno.

Banyak perubahan yang terjadi di dalam sana. Dulu, tempat tidur yang mereka pakai adalah double springbed. Dimana tempat itu sering dijadikan bahan perebutan dua saudara kembar itu.

Melihat penjuru kamar, Jeni merasakan de javu masa kecilnya bersama Jeno. Dimana kala itu mereka sering berkejaran di dalam kamar. Saat itu, Jeno sudah dikenal dengan munculnya Ia di iklan susu.

***
"Jeno sayang... Jangan kejar adikmu seperti itu. Nanti Jeni bisa jatuh." Mama Lee memperingatkan Jeno untuk tidak mengejar Jeni.

GUBRAKK

Jeni jatuh tersungkur dan langsung menangis.  Lutut dan dahinya berdarah karena tergores lantai kayu. Jeno datang menghampiri Jeni dan langsung memeluknya.

"Mianhae... Ddeongmal mianhae Jeni~yaaa" Jeno masih agak cadel.

***

Tangannya seketika memegang dahinya yang dulu berdarah. Bekasnya masih ada sampai sekarang. Ia ingat bagaimana ia meminta pergi dari rumah karena marah dengan Jeno selepas kejadian itu.

***

"Jeno nakal mama... Jeni engga mau ketemu Jeno lagi. Jeni mau ikut paman aja." kata Jeni ketika pamannya yang tinggal di Indonesia berkunjung.

Star TwinWhere stories live. Discover now