"Sepertinya Jisoo diculik?"
"Mwo?"
"Aku berhasil melacak keberadaannya. Dan lokasinya berada jauh dari keramaian."
"Tunggu. Kenapa kau yakin Jisoo diculik. Dan bagaimana caramu melacaknya."
"Pesan yang Jisoo kirim tidak seperti tulisan Jisoo biasanya. Orang tuanya Jisoo juga berkata Jisoo tidak pulang ke rumah sejak tadi malam, tidak sama seperti yang dikatakan Lisa. Lalu liontionnya—maksudku pelacak yang ku letakkan di liontinnya menunjukkan lokasi Jisoo sekarang berada."
"Di mana kau sekarang?"
"Di ruang kerja Kangjoon-hyung."
"Aku harus mencari Hanna terlebih dahulu," ucap Taehyung lalu menutup teleponnya dan bergegas pergi. Terjawab sudah rasa khawatir berlebihan yang Taehyung rasakan sejak tadi. Ternyata memang ada yang tidak beres terjadi. Kini ia hanya bisa berdoa semoga firasatnya tentang Hanna sedang dalam bahaya tidak benar terjadi.
Sesampai di rumah Hanna, Taehyung langsung bergegas menuju kamar Hanna. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati kamar itu kosong tak berpenghuni. Taehyung masuk ke dalam kamar mandi dan ke ruang penyimpanan pakaian. Namun, Hanna tetap tidak ditemukan.
"Apa yang kau cari?" suara pria di ambang pintu mengejutkannya.
Taehyung yang sekarang penuh dengan emosi berjalan ke arah Jaehyun. Mencengkram kerah kemejanya dan berteriak di depan wajahnya. "Di mana kau sembunyikan Hanna, brengsek."
"Apa maksudmu?"
Satu kepalan tinju melayang dan menghantam wajah Jaehyun, "Tidak usah berkelit lagi sialan. Aku tahu semua kebusukanmu, cepat katakan di mana kau sembunyikan Hanna."
Jaehyun menyeka sudut bibirnya yang berdarah, "Tcihh. Kau bilang kau tahu semua kebusukanku? Apa kau yakin semua kebusukan itu milikku?"
Taehyung kembali mencengkram kerah Jaehyun. Emosinya telah membuncah tinggi. "Apa maksudmu hah? Semua kebusukan itu jelas milikmu."
"Haha. Tidak. Itu tidak benar." Taehyung kembali menonjok Jaehyun, bahkan kali ini pukulannya membuat Jaehyun sampai tersungkur.
Ponsel Taehyung berdering. Nama Jimin tertera di sana. Namun, Taehyung mengabaikannya, ia belum puas menghajar bajingan di depannya ini. Saat kepalan tangannya melayang untuk pukulan yang ketiga, Jaehyun menangkisnya dan berucap, "Kau salah orang bung. Selama ini kau sudah tertipu."
"Apa?"
"Jika kau tidak percaya. Coba saja angkat panggilan di ponselmu itu."
Taehyung menggapai ponsel yang sebelumnya ia lempar di atas kasur, "Halo Jimin," ucapnya terengah-engah.
"Kita sudah tertipu Tae."
***
Hanna mulai merasa takut saat si pria semakin mendekat. Jemarinya mulai bergetar, begitupun dengan kakinya. Ia berusaha melihat sosok yang mendekat itu. Namun tak terjamah. "Ah. Sudah bangun rupanya." Suara pria itu terdengar familiar di telinganya. Hanna mendengar suara tarikan napas Jisoo yang mungkin juga merasa terkejut seperti dirinya. Pria itu menyalakan satu-satunya lampu di ruangan yang mirip gudang itu. Lampu yang tidak begitu terang, namun cukup jelas untuk memperlihatkan wajah si penculik mereka berdua.
Wajah itu adalah wajah dr. Lee Kangjoon.
Hanna dapat melihat dengan jelas ekspresi terkejut dan raut ketakutan Jisoo sekarang. Lalu ia juga dapat melihat jelas dr. Lee yang kini sedang menarik sebuah kursi. Ia sengaja menyeret kursi itu hingga menghasilkan gesekan antar besi dengan lantai semen. Suaranya cukup mengilukan telinga. Lalu ia meletakkan kursi itu di tengah-tengah mereka berdua. Kemudian duduk diatasnya dan kembali menyenteri wajah Hanna dan Jisoo bergantian.
YOU ARE READING
MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]
FanfictionROMANCE-FANTASY Kim Taehyung x Kim Sejeong Tidak ada yang pasti, nyata dan palsu. Semua hanya ilusi dan manipulasi. Kau takkan mempercayainya sampai melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jika tak bisa, maka kau cukup berusaha mengingat kembali mem...
42# Random memory
Start from the beginning
![MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/174688110-64-k916353.jpg)