42# Random memory

Start from the beginning
                                        

"Benarkah?"

"Nde. Memangnya kenapa oppa?"

"Ah. Tidak  apa-apa. Terimakasih infonya Lisa. Bye."

"Bye."

Jimin langsung terdiam setelah menutup teleponnya. Pikirannya mulai menerka-nerka berbagai hal. Rumah ibunya? bukankah tadi malam aku mengantarnya ke asramanya? apa karena ini alasannya tidak ingin ku antar sampai depan pintu? kenapa? kenapa harus menutupinya dariku jika hanya ke rumah ibunya?

"Apa katanya?" Taehyung mulai bertanya karena penasaran melihat Jimin yang tiba-tiba terdiam.

"Jisoo sedang di rumah ibunya."

"Oh. Yasudah kalau begitu kau tak perlu khawatir berlebihan Jim. Nanti dia pasti akan menghubungimu."

"Hm. Semoga."

***

Suara tetesan air mulai terdengar. Bau besi berkarat mulai tercium, dan suara wanita memanggilnya, "Eonnie. Eonnie. Hanna-eonnie." Hanna pun perlahan membuka matanya. Ruangan tanpa penerangan. Gelap. Hanya sedikit cahaya yang masuk dari celah-celah ventilasi. Apa yang terjadi? aku di mana?

"Auw." Hanna meringis sakit di area lehernya dan sedikit pusing di kepalanya.

"Eonnie. kau baik-baik saja?" tanya seorang wanita yang berjarak kurang lebih dua meter di depannya. Hanna menyipitkan matanya, "Jisoo?"

"Iya ini aku Jisoo."

"Apa yang kau lakukan, kenapa tanganmu—" terhenti karena baru menyadari bahwa kondisinya sama seperti Jisoo. Duduk dengan tangan terikat di belakang sebuah tiang. "Kenapa kita berdua ada di sini?"

"Aku tidak tahu. Saat aku bangun, aku sudah seperti ini. Bagaimana ini eonnie?" ucap Jisoo sambil menangis. "Ruangan ini sangat gelap dan kotor. Aku takut."

"Tenanglah Jisoo. Jangan takut." Hanna berusaha menekan rasa takutnya agar Jisoo tidak menjadi lebih ketakutan lagi. Hanna mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Seingatnya ia sedang tidur di kamarnya tadi malam, lalu seseorang menyuntikkan obat bius dan sekilas bayangan pria. "Sepertinya, aku tahu siapa yang membawa kita ke sini?"

"Siapa?" tanya Jisoo.

Tiba-tiba suara pintu dibuka terdengar. Seorang pria dengan Hoodie Hitam, celana hitam dan masker hitam masuk menghampiri mereka. Jantung Hanna berdetak kencang. Suara engsel pintu yang menjerit saat ditutup kembali menambah kesan menakutkan dari sosok pria yang masuk barusan. Hanna berusaha mengenali sosok yang sedang berjalan ke arahnya sekarang, namun usahanya sia-sia karena minimnya cahaya dan betapa tertutupnya wajah pria itu. Seketika silau menerpa matanya saat sang pria mengarahkan senter kepadanya dan kepada Jisoo.

"Ah. Sudah bangun rupanya," ucap sang pria.

***


Taehyung berusaha menghubungi Hanna beberapa kali. Namun hasilnya masih sama. Belum ada satu pun pesannya yang dibaca apalagi dibalas. Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Itu artinya sudah lebih dari setengah hari pesan-pesan dan teleponnya diabaikan oleh Hanna. Taehyung mulai khawatir. Padahal dengan kerennya pagi tadi ia menasihati Jimin untuk tidak khawatir. Justru sekarang dirinyalah yang khawatir berlebihan.

"Apa aku datangi saja rumahnya?" Tiba-tiba ponselnya berdering. Taehyung dengan sigap meraihnya, berharap Hanna yang memanggil. Namun, nyatanya bukan Hanna melainkan Jimin.

"Ada apa?"

"Jisoo tidak ada di rumah ibunya."

"Lalu?"

MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now