❆ day 6: "i cooked for us! or tried to cook ..."

Start from the beginning
                                    

"Aku akan membuat omelet yang enak untuk acara ini," ucap gadis itu dengan seringaian jenaka seolah sedang dalam wawancara dengan host.

[Name] melakukan banyak tingkah sampai-sampai dia tidak sengaja menumpahkan gula dan garam ke lantai. Gadis itu mendengkus, sedikit membungkukkan tubuhnya untuk mengambil wadah gula dan garam yang jatuh.

Namun, siapa sangka, hal tersebut membuat adonannya telur yang sudah dia kocok ala-ala chef gadungan terjatuh dan isinya berceceran di lantai.

"Ah, sial!"

Segera saja dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. [Name] mengutuki kebodohannya sendiri karena tanpa sengaja memekik keras. Bisa saja Karma bangun saat mendengar suaranya.

Sang gadis menjulurkan kepalanya, mengamati keadaan pintu kamar dan tangga. Nihil, Karma sama sekali belum bangun. [Name] bisa mengelus dada dengan perasaan lega.

Atensinya kembali tertuju pada kekacauan yang dibuatnya. Gadis itu berkacak pinggang. Mungkin fokus memasak adalah keputusan yang baik kali ini.

Iris [eyes color]nya membulat tatkala melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia mendesah frustrasi sebelum bergegas membuat adonan lain.

Namun, karena keadaan [Name] yang dirundung kepanikan, cangkang telur yang dia pecahkan ikut masuk dalam mangkok. Gadis itu harus bekerja dua kali. Memecahkan telur kemudian memilah-milah cangkang telur dalam adonan omeletnya untuk dibuang.

Di sisi lain, Akabane Karma terbangun dari tidur lelapnya. Usai melakukan ritual pagi ala nihonjin--membasuh wajah dan menggosok gigi, laki-laki itu melirik ranjang kosong.

Keningnya mengerut, tanda heran dengan pemandangan yang tersaji di depan matanya. "Tidak biasanya [Name]-chan bangun pagi."

Perlahan laki-laki itu membuka pintu. Saat di luar, ia sudah disambut dengan suara ribut-ribut di dapur. Hendak menghampiri, tapi ketika memijak anak tangga terbawah ia berhenti.

Iris mercury-nya menangkap sosok [Fullname] yang sedang berkutat dengan pekerjaan dapur. Seringaian tampak terulas di bibirnya, ia memutuskan mengamati gerak-gerik gadis itu lebih lama di dekat tangga.

Sang gadis menyalakan kompor dan nyaris menumpahkan adonan omelet dengan telur terakhir ketika api besar menyambutnya. [Name] mengutuki kompor tersebut lalu menuangkan omelet dalam wajan.

Sejenak dia melirik betapa kacaunya dapur Karma karena dirinya. Gula dan garam bertaburan di lantai, telur berhamburan dan membuat lantai menjadi lengket dan licin. Ditambah lagi beberapa omelet yang gosong karena gadis itu terlalu sibuk membersihkan kekacauan yang ada.

[Name] meniriskan omeletnya ke atas piring. Setelah itu, dia bergegas mengambil puding yang telah dingin dalam lemari es. Gadis itu menambahkan potongan stroberi dan susu lagi pada puding tersebut lalu garnish asal-asalan di omeletnya.

Dua buah tangan menelusup di antara pinggang [Name], menariknya ke dalam dekapan, membuat sang gadis terkesikap di tempatnya. Dia dapat merasakan embusan napas dari ceruk lehernya. Gawat, Karma sudah bangun.

"A-ahaha, kau sudah bangun, ya?"

[Name] tertawa renyah sambil berpura-pura menata makanan yang dibuatnya. Apa-apaan dengan posisi mereka ini!? Gadis itu menggeliat, mencoba melepaskan dekapan sahabatnya sembari mempertahankan senyum paksanya. Karma meniup tengkuk sang gadis, membuat roma gadis itu merinding seketika.

"Hm? Apa yang sedang kau lakukan? Memberantakan dapurku?" tanya Karma dengan suara berat tepat di telinganya, membuat kaki [Name] melemas seperti jeli.

"I--I cooked for us! Or tried to cook ..."

[Name] terkekeh pelan di akhir kalimatnya, matanya memancarkan binar rasa bersalah karena telah memporak-porandakan dapur milik Karma.

Tawaan pelan meluncur dari bibir laki-laki itu, membuat [Name] menjadi sedikit lega karena Karma kelihatannya tidak marah dengan apa yang telah diperbuatnya.

"Aku mengerti. Baiklah, ini waktunya untukmu membersihkan diri. Aku akan membereskan kekacauan yang kau buat."

"Tapi--"

Kecupan ringan di tengkuk [Name] membuat gadis itu membatu di tempatnya. Bibir lembut milik Karma bertemu dengan tengkuknya secara tiba-tiba, membuat gadis itu tidak mampu berkata-kata lagi. Semburat merah di wajahnya tampak menggila berkat hal tersebut.

"Pergilah."

[Name] meminta maaf kemudian bergegas ke kamar mandi. Dia enggan menoleh pada Karma yang kini menyunggingkan senyum manis. Jantungnya terasa menggila dan gadis itu tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Usai keduanya menyelesaikan tugas mereka masing-masing, [Name] dan Karma duduk bersebelahan di kotatsu seperti biasa. Gadis itu serasa menghadapi dewan juri yang hendak menilai masakannya.

Karma memegang sendok di tangannya kemudian mencicipi omelet yang [Name] buat dengan susah payah. Ketika mengunyah omelet tersebut dan menelannya, laki-laki itu hanya mengangguk.

"Rasanya sedikit hambar dan agak kurang matang. Kau masih harus belajar, [Name]-chan."

Sang gadis mengangguk ketika mendengar komentar sahabatnya. Kini Karma beralih pada puding susu stroberi. Mengambil sedikit dengan sendok kemudian melahapnya.

"Kau tidak menyaringnya setelah memasak adonan pudingnya? Aku masih merasakan serat kasar stroberi di dalamnya," komentar Karma dengan tawaan pelan di akhir kalimatnya. "Ah, ini juga terlalu manis. Berapa banyak gula dan susu yang kau masukkan? Kau mau membuatku diabetes?"

[Name] menunduk dengan wajah memerah kemudian membuang muka. "Berisik. Setidaknya aku membuatnya sepenuh hati."

Gadis itu melirik sahabatnya yang kini mengulas senyuman manis. Entah kenapa akhir-akhir ini sahabatnya itu sering tersenyum seperti itu. Sedang kejatuhan durian atau apa, [Name] tidak tahu.

Yang pasti tingkah Karma tersebut membuat rona merah di wajah sang gadis semakin mendominasi area wajahnya. Ditambah lagi saat Karma menepuk-nepuk puncak kepalanya dengan lembut.

"Terima kasih banyak untuk kerja kerasmu untukku, [Name]-chan."

--oOo--

Words count: 1305 words.

10 days before christmas ◇ akabane karma ◇Where stories live. Discover now