prolog

8.7K 853 161
                                    

Gundukan salju sudah terbentuk di sekitar trotoar jalan. Hawa dingin mendominasi area sekitar sampai orang-orang mengenakan pakaian hangat dan syal mereka ketika berada di luar ruangan.

Sepasang muda-mudi lengkap dengan pakaian hangat mereka tampak berjalan di antara lautan manusia. Layaknya jam kerja, bulan Desember pun rasanya tidak berpengaruh pada kesibukan orang Jepang.

"Tidak biasanya kau repot-repot mengajakku naik kereta sampai ke sini hanya untuk bermain game."

Gadis yang helaian [hair color]nya tertutupi oleh topi rajut berwarna putih itu membuka mulut, memecah keheningan di antara keduanya.

Sang laki-laki mengeluarkan deheman khas kemudian menoleh pada gadis yang lebih pendek darinya itu sembari menyeringai.

"Aku ingin menantangmu, [Name]-chan."

Refleks langkah kaki [Name] terhenti setelah si laki-laki mengakhiri kalimatnya. Terpaku di tempat sambil mencerna kembali apa yang baru saja sahabatnya itu katakan.

Menantang? Dalam hal bermain game? Kau bercanda?

Iris [eyes color] milik gadis itu membulat. Matanya menangkap seringaian yang masih belum luntur dari wajah memesona laki-laki itu.

"Kau sedang mengejek kemampuanku dalam bermain game, Akabane-san?" ucap [Name] sambil bersidekap dada lalu mengekori Karma dari belakang punggungnya.

Jika boleh sedikit sombong, [Fullname] adalah salah satu gamers terbaik di kelasnya dulu. Terbaik kedua setelah Kanzaki Yukiko.

Kemampuan keduanya dalam memainkan beragam jenis game tidak dapat dianggap remeh dan Akabane Karma tentu saja mengetahui hal tersebut.

Namun, bukan Akabane Karma namanya jika tidak dapat mengalahkan lawannya dalam kesempatan kedua. Usai dikalahkan [Name] untuk pertama kalinya dan belajar dari kekalahan, Karma dapat mengalahkan gadis itu setelahnya.

Tentu saja, sang gadis menganggap hal tersebut hanyalah keberuntungan, mengingat kemampuannya sudah di level yang berbeda dari sahabatnya itu.

"Anggap saja begitu agar semangatmu untuk mengalahkanku semakin besar. Namun, yang harus kau tahu, aku tidak akan segan kali ini."

Seringaian Karma masih belum hilang dari wajahnya, bahkan saat keduanya telah menginjakkan kaki dalam area Taito HEY, salah satu arcade terbaik di Tokyo.

"Oh, ya ..." Karma menjeda kalimatnya sebelum membisikkan sesuatu di dekat telinga sang kawan baik. "... seperti biasa, taruhan."

[Name] dibuat terpaku di tempat untuk yang kedua kalinya. Kata-kata tersebut sangat tidak asing bagi sang gadis.

Dia dan Karma sudah sering melakukan taruhan--entah dalam game atau apapun itu. Sebagian besar Karma-lah yang menjadi pemenang. Namun, dalam bidang keahliannya kali ini, [Name] tidak akan kalah begitu saja.

"Baik! Jika aku mencetak lebih banyak skor darimu, kau turuti segala permintaanku selama sepuluh hari!" pekik [Name] dengan penuh semangat.

Sepuluh hari adalah waktu yang cukup bagi [Name] untuk menjadikan Karma sebagai pembantunya di rumah selama kedua orang tuanya dinas ke luar kota. Membersihkan rumah, membawakan kantung belanja, terlebih memasakkan makanan.

Ah, Karma akan sangat membantu sloth macam sahabatnya ini.

Karma tampak menimang-nimang permintaan sang gadis dengan hati-hati kemudian mengangguk. Iris [eyes color] milik [Name] berbinar-binar karenanya.

"Lalu, apa yang kau minta jika kau mencetak lebih banyak skor dariku?" tanya [Name] pada Karma yang kini menukar uang dengan koin untuk bermain game.

Karma mengulum bibirnya, menyembunyikan seringai licik dari wajahnya. Tanpa menoleh pada sahabatnya, Karma segera duduk di depan mesin arcade.

"Aku ingin kau tinggal bersamaku selama sepuluh hari, [Name]-chan. Ah, tentu saja melakukan apapun yang kumau juga termasuk di dalamnya. Tidak beda jauh dari yang kau inginkan ketika menang, 'kan?"

[Name] yang telah duduk di sebelah laki-laki itu membatu. Tidak adakah permintaan yang lebih gila dari hal tersebut?

Bayangkan saja. Satu laki-laki dan satu perempuan. Tinggal dalam satu atap. Apa yang akan dilakukan? Apa kata tetangga?

Sang gadis yang kepalanya dipenuhi pikiran yang aneh-aneh menoleh patah-patah pada sahabatnya. Senyuman bak iblis telah berhasil menghasut manusia untuk jatuh ke dalam dosa terukir di wajah Karma dengan apiknya.

Memang hebat. Provokasi Akabane Karma memang bukan kaleng-kaleng sehingga domba malang seperti [Name] dapat jatuh dalam buaian kata-katanya untuk menerima tantangan berhadiah kesialan ini.

"Kupikir aku sudah salah menerima tantangan ini ..." gumam [Name] nyaris tidak terdengar.

Pikirannya sudah menggambarkan hal yang mantap-mantap jika keduanya berada dalam satu atap sehingga membuat gadis itu tidak fokus.

Bahkan, ketika game dimulai, [Name] langsung kewalahan dan kehilangan banyak skor di awal permainan saking tidak fokusnya.

Sampai di akhir permainan, papan skor menampilkan nama-nama pemain yang memainkan game tersebut. [Name] berada di posisi kedua, sedangkan Karma berada di posisi pertama.

Itu artinya Akabane Karma menang telak dan mendapatkan hadiahnya.

[Fullname]--dengan sangat terpaksa harus tinggal satu atap dengan Akabane Karma selama sepuluh hari ke depan.

--oOo--

Words count: 726 words.

10 days before christmas ◇ akabane karma ◇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang