%

3.6K 345 18
                                    


"A aduh pak! Jangan keras-keras dong sama cewek!" Kesal Hele pada bodyguard rumah riChonlomerat.

'Main usir aja_-'  Hele, lalu beranjak dari rumah Chenle dengan kesal.
.

Lama Hele berjalan-jalan di lingkungan China itu.
Bosan melanda..
Bergelud dengan pikirannya..
'Chenle kok kayak gitu sih?
H~ aku merindukkan Chenle.
Apa yang sebenarnya terjadi!?'

'Tiba-tiba ada pintu doraemon!
Eh! Malah jatuh kesini!' 
Kemudian menghela nafasnya kasar. Hele ingin menangis tapi 'ia tegar'!
Bukan Hele namanya kalau tidak berusaha tetap tegar tapi, egois?

Hele terduduk di sebuah bangku yang ada di taman kota. Menunggu sesuatu. Mungkin akan ada kisi-kisi. Atau berharap ini cuma mimpi numpang lewat.

"Hele!! Disini kau rupanya." Teriak seseorang dari kejauhan. Orang gilakah? Tapi bagaimana ia bisa tau nama Hele?

Orang yang berteriak itu berjalan semakin dekat, ternyata itu mamanya. Tapi versi China, soalnya pakek berbahasa mandarin.
Bukan Mama lagu EXO yang serem itu, mama=ibu maksudnya.

'H~ benarkah ini kehidupanku jika tinggal di China?!' 
Hele menyimpulkannya, pasrah.
Hele kemudian berdiri dari duduknya.

"Ya ma.."
Hele membalas teriakkan mamanya yang malu maluin,, tapi Hele sudah biasa dengan mama Korean versnya. Jadi sudah kebal.

Kemudian Hele tersenyum sedikit dipaksakan kepada mamanya, mulai menerima keadaan.

"Ah~ Hele.."
"Kamu baru saja pindah kota, sudah suka keluyuran. Besok hari pertama kamu sekolah disini loh! Ayo pulang! Kebiasaan!"
Oceh ibunya Hele, kebiasaan.

Baru pindahan ternyata. Pas banget pintu doraemon itu memilih waktu untuk membawanya kemari.

"Iya ma. Yuk pulang!" Hele menurut, selain itu Hele juga penasaran dimana dan gimana sih rumahnya di sini.

.

Pagi-pagi Hele bangun untuk berangkat ke sekolah. Seragam yang berbeda. Rumahnya? Ya.. cuma beda desain.

Hele berangkat kesekolah diantar mamanya..
Hari pertama, manja dulu kali.

.


Raut wajah Hele pasrah...

Apa selanjutnya??

Perkenalan? hari pertama sekolah?

Orang baru/orang lama ya?

Chenle?

Bagaimana semua ini akan berakhir?!

Kurang lebih itulah yang dilamunkan Hele menuju sekolah.

.

Sampai di sekolah.

Kelas..

Yang benar saja. Dugaan Hele benar, disana ada Chenle dipojokan sedang tidur kayaknya.

Setelah perkenalan siswa baru, 'Hele'.

"Ya nak Hele..
Duduk di samping Chenle nak, disana tidak memiliki penghuni dari dua tahun yang lalu.. sebelah sana."
Tunjuk wali kelas di meja kosong samping Chenle.

Murid-murid terlihat melemparkan pandangannya ke Chenle, yang memberikan tatapan sinis kepada wali kelasnya itu. Eh digituin si wali kelas malah nyelonong keluar dari kelas, tak mengatakan apapun lagi.

Hele hanya menyaksikan.
'Sudah diatur rupanya, tuhan apakah kau yang menyusun semuanya?'

Hele kemudian berjalan menuju meja yang ditunjuk wali kelasnya tadi. Hele merasakan jantungnya berdebaran.

'Ampun! Chenle hangul sama Chenle mandarin sama tampannya! Untung gak natap gue sama sekali!'

'Bisa mati ditempat gw..'
Dari pada banyak bercekcok dengan pikirannya, Hele memutuskan untuk duduk langsung saja.

Walaupun sebenarnya Hele sering duduk bersama Chenle dalam dunia--ya anggaplah dunia koreanya. Tapi kali ini rasanya itu jauh berbeda.

Tatapan Chenle dingin dan tajam. Duduknyapun santai, mungkin karena murid lebih berkuasa? Chenle yang ia kenal adalah Chenle yang selalu ramah padanya dan selalu siap alat dan bahan untuk menggoda Hele. Aw

.

Kelas pun selesai.

Semuanya berjalan dengan ngeri.. Hele bagaikan patung diborgol!

Chenle sangat pelit dalam memberi respon. Bahkan selama jam istirahat ia hanya terdubar di bangkunya, dengan earphone di telinganya sambil memejamkan mata. Tapi tetap saja, Chenle selalu terlihat tampan.

Usai merapikan peralatannya, Hele melirik manusia disampingnya itu.

'Andai aku bisa memutar kembali waktu, aku.. merindukanmu Chenle.'  batin Hele hampa.

Kemudian berdiri dari bangkunya hendak pulang.

"Hey kau?! Hele kan? Tolong plis bangunin Chenle ya?! Aku bosen, tidurnya awet, kayak kebo tapi cakep kok. Yaudah makasih Bye!" Ujar seorang murid lelaki manis bernama Hwang Renjun, menepuk pundak Hele sebelum benar-benar pergi meninggalkan kelas.

Hele tertawa pelan, kayak kebo?

Kembali kepermintaan Renjun, membangunkan Chenle.

Bulu kuduk Hele tiba-tiba berdiri.. Mungkin karena kesan Chenle yang keliatan seram sekarang? Dan kelas sudah sepi!--horor.

Hele meneguk ludah.

Pelan-pelan Hele mencoba menyentuh pundak Chenle.

Kena! Tangannya mendarat dengan aman.

1 detik. Belum terasa

.

2 detik. Mulai dag dig dug serr..

.

3 detik..

Chenle membuka matanya spontan. Katanya awet! Lah kok langsung respon?

Hele merasakan tubuhnya bergetar, panas/dingin seketika.

'Selamatkan aku!~
Chenle, sumpah gue bukan maling kemaren dirumah lu!'

'Jangan tindas gue! Jangan lapor ke pakpol!'  Batin Hele tidak-tidak.

Chenle melirik Hele sebantar.
"Ck~' Chenle berdecak, kesal.

'Serem swear!!' 
Hele tertunduk kaku.

Kemudian Chenle mengambil tasnya. Iya tasnya! karena mungkin dia tidak mengeluarkan isinya saat jam pelajaran berlangsung.

Terus ngapain sekolah? Orang tua Chenle memaksanya, biar pandai bersosial katanya~

Hele masih tertunduk.
Chenle menggeleng heran kemudian berlalu sebelum tubuhnya menyinggung tubuh kertas Hele.

"Ak!" Pekik Hele.
Hele tak jadi jatoh.

Tangan Chenle dengan sigap, cepat, terpercaya melesat menangkap tubuh Hele.

Tak bersuara.
Mereka bertukar pandang, saling mendalami satu sama lain.
Getaran mengalir dalam tubuh Chenle.

'Apa!?' Batin Chenle merasakan sesuatu, anehnya baru ia rasakan sejak berada diperut ibu.

Sekejap kemudian Chenle menarik pelan tubuh Hele yang sudah dalam kemiringan -45 derajat itu.

Tangan Hele refleks menyentuh dada Chenle. Berdebar, Hele bisa merasakannya.


'1%?!'  ~Hele.

.

.

.

Cuma pengen mencurahkan segala haluku disini :)

Battery Of Love | Zhong ChenleWhere stories live. Discover now