:)

2.1K 234 3
                                    


"Hele apa yang kau lakukan?!" Chenle sedikit membentak, karena tiba-tiba Hele meraba-raba tubuhnya tanpa izin. Kurang ajr.

"Maaf." Hele menunduk dan mempersilahkan Chenle untuk keluar.

Diliriknya pintu yang sudah tertutup rapat oleh Chenle-nya. Sepertinya Chenle sedikit kesal. Atau memang kesal.

"Huft..'
Hele mengatur nafas lega. Itu tadi menegangkan. Memang harus nekat. Galak bener.

Sekarang Hele sudah paham--
Angka persen itu, angka yang menunjukan seberapa besar perasaannya pada Hele, mungkin.

Dan Hele bisa mengecek daya itu, dengan menyentuh dada Chenle. Memang kurang masuk akal.
Tapi nyatanya Hele mulai masuk, ia tidak mempedulikan lagi setidak masuk akalnya kejadian yang tiba-tiba terjadi padanya ini.

Kabar baiknya angka itu menjadi 3%. Hele tersenyum puas akan pencapaiannya. :V walaupun belum seberapa.

Angka segitu tuh setidaknya orang yang bernama Hele di anggap ada.
.

Minggu...

Hele pergi pagi-pagi untuk menganggur ke rumah tetangga barunya.

'Ting tong.

Tok tok tok.'

'Di buka aja gih?' Hele memutar kenop pintu itu perlahan.

Belum sempat terbuka sepenuhnya. Tangan Hele di cegat oleh tangan seseorang,, Chenle.

Hele seketika membeku.
Meneguk ludahnya kasar. Bagaimana kalau Chenle membentak Hele lagi? Kan apes. Hele takut.

"Mau apa?" Datar--dingin anehnya--menohok.

Perlahan Hele memberanikan diri untuk memutar badan. Lalu tersenyum gugup kepada Chenle. Takut menatap manik mata Chenle yang memperhatikannya intens. Hele menunduk.

"Ee.. maaf, tolong jangan bentak aku.. Aku akan pergi sekarang." Ucap Hele hampir tak bersuara.

'Hh~' Chenle menarik tangan Hele membawanya masuk kedalam rumahnya.

"Duduk disini dan makanlah." Chenle memberikan Hele sekresek roti yang tadi ia beli.

Hele menggigit bibir bawahnya ragu. Lalu menunjukan ekspresi 'mengapa?'.

"Ibumu yang menyuruhku. Ibumu lupa meninggalkan bekal."

"O oh, hanya aku?"

"Aku sudah." Jawab Chenle datar lalu beranjak menuju kamarnya.

Hele kecewa.. biasanya mereka sarapan bersama.

"Tunggu ch, Chenle. Aku tidak akan memakannya."

Chenle berdecak,, lalu berbalik menghampiri Hele.
Membukakan salah satu roti tersebut.

"Kau harus memakannya. A!" Dengan sabar Chenle harus menyuapi Hele 'kalau tidak, apa yang akan dimakan Orang ini nanti?'

'Berhasil' Hele tersenyum.
"Emm tapi kau harus makan juga!"

"Aku bilang aku sudah makan."

"Yaudah, kau simpan saja ini, aku bisa mencari makanan dirumah nanti."

"Ok ok" Chenle akhirnya menuruti Hele. Sudah Chenle bilang ibunya Hele tak meninggalkan bekal termasuk makanan sama sekali.

"Sudah,,, Habiskan itu." Suruh Chenle sambil memberikan sekresek berisi roti itu kepada Hele.

"Emm kamu mau pergi?" Tanya Hele.

Setelah Chenle pikirkan lagi,, sebaiknya ia menunggu Hele memakan makanannya.
"Tidak."
"Ayo makanlah."

Hele tersenyum senang, sambil mengunyah rotinya. 'Sabar sekali Chenle!' >,<

'Sepertinya malah aku yang semakin jatuh cinta. Andai aku memiliki daya luv maka aku sudah mencapai seribu persen, mungkin. Emm apa aku periksa daya Luvnya ya?' Batin Hele. Hele menyebutnya 'daya Luv'.

Setelah Hele menghabiskan beberapa roti. Ia menghampiri Chenle yang sibuk dengan HPnya.

'Tapi gimana cara nyentuhnya? Masa kayak kemarin, toh aku malah dibenci jadinya.' :(

Merasa ditatap terus, Chenle kemudian menoleh ke Hele.

"Sudah selesai?"
"Kau boleh pulang."

Waduh kaya kolah ajha. Chenle kemudian berdiri dari duduknya hendak meninggalkan Hele.

"E'emm.. " cegah Hele didepan Chenle, dengan ragu merentangkan tanganya yang salah satunya membawa kresek berisi banyak roti. Tanpa sengaja Hele mengeluarkan ekspresi yang membuat Chenle gemas.

"Terimakasih sarapannya."
Ucap Hele tersenyum puppy, kemudian ngedeket kearah Chenle.

Lalu menepuk sedikit dada Chenle, dengan ragu. Berdetak. Hele bisa merasakannya. Woahh.

Dan angka persen itu muncul lagi. "11%?!" Ceplos Hele hampir mencuat.

"A apa?"
"Apa 11%?? " Chenle ikut panik melihat ekspresi Hele.

"Ah tidak. Itu aku baru ingat daya HP ku 11% aku harus mengisinya ulang. Trimakasih. Daa.."
Hele menunjukan eyesmile-nya sebentar, lalu perlahan keluar dari rumah Chenle, meninggalkan Chenle yang keheranan.

Sebuah peningkatan drastis bukan?! Berarti setidaknya dia sudah mempedulikan keberadaan Hele. Hele tak henti-hentinya tersenyum pagi itu. Dan mungkin Chenle juga.

.

.

.



:| '~'

Battery Of Love | Zhong ChenleWhere stories live. Discover now