Halilintar membelakakan matanya lebar sembari termangu setelah mendengar perkataan Gempa. Matanya terasa panas dan berkaca-kaca. Perkataan dan senyuman yang ia rindukan sejak lama kini ia dapatkan kembali. Didekapnya kembali Gempa semakin erat sembari berbisik lembut, "terimakasih, Gempa. Aku juga sayang padamu."

Gempa terlihat terkekeh kecil dan memeluk balik Halilintar dengan erat. Namun pelukan itu tidak berlangsung lama.

"Ekhem!!!"

Mereka berdua langsung melepaskan pelukan itu dan menatap ketiga orang yang kini sedang berada diambang pintu masuk dapur. Halilintar menatap mereka dengan perasaan yang kesal.

"Ngapain kalian kesini? Mengganggu saja." Ketus Halilintar yang menatap tajam kearah para trio troublemaker.

"Oh gitu! Mentang-mentang tadi lagi mesra-mesraan berdua, kita langsung dicap pengganggu huh." Taufan menatap tajam Halilintar sembari bersingkap dada, diikuti oleh Thorn dan juga Blaze.

"Iya nih kak Hali curang! Kita juga kan ingin dapat pelukan dari kak Gempa!" Thorn menggembungkan pipinya kesal dan langsung berlari kearah Gempa, memeluknya dari depan dengan erat.

"Thorn rindu dengan kak Gempa!!" seru Thorn dengan senyuman senang.

Blaze pun mulai menyusul dan memeluk Gempa dari samping kanan erat. Sementara Taufan memeluk Gempa dari samping kiri. Mereka bertiga tersenyum senang saat Gempa memeluk kembali mereka dengan erat.

"K-Kak Taufan, Thorn dan.. Blaze kan?" Ucap Gempa mencoba mengingat-ingat kembali mengenai saudara-saudaranya.

"Yayyy kak Gempa sudah ingat nama kita!!" Seru Blaze yang semakin erat memeluk Gempa.

"Hei, hei! Jangan memeluknya terlalu erat! Kalian membuatnya sesak nafas!" Halilintar bersingkap dada sembari menatap ketiganya tajam. Namun hal itu tidak mereka hiraukan.

"Oh iya! kak Gempa, Thorn punya hadiah untuk kakak!" Thorn melepaskan pelukannya dan memberikan senyuman cerah pada Gempa.

Gempa memiringkan kepalanya dan menatap Thorn dengan tatapan bingung, "ha-hadiah?"

Thorn menganggukkan kepalanya dengan semangat. Ia mendekatkan kedua tangannya kearah kepala Gempa, dan disaat itulah dirasakannya sesuatu yang melilit ke sekeliling kepala Gempa—sebuah mahkota yang terbuat dari akar tumbuhan dengan bunga matahari sebagai hiasannya. Thorn tersenyum puas melihat hal tersebut.

"Kak Gempa memang sangat cocok sekali dengan bunga matahari! Thorn suka!"

Taufan, Blaze dan Halilintar memandang Gempa dengan tatapan yang takjub dan kagum. Pasalnya Gempa ini memang sudah terkategorikan cantik dan juga manis untuk seukuran laki-laki. Namun sekarang kecantikannya dan kemanisannya bertambah disaat memakai mahkota tersebut, apalagi Gempa kini tengah menatap mereka dengan tatapan bingung dan polos yang malah menambah keimutan dirinya.

'Ah… malaikat.' Batin ketiganya terpesona kecuali Thorn yang tersenyum bangga dengan hadiah yang diberinya.

Thorn menelangkup wajah Gempa dengan lembut dan tersenyum halus, "kak… kak Gempa jangan tinggalkan Thorn lagi ya..? Thorn sayang kak Gempa, jadi Thorn tidak ingin kehilangan kak Gempa. Mungkin Thorn tidak bisa berbuat apa-apa yang berguna untuk kak Gempa, tetapi Thorn bisa menjadi pundak untuk kak Gempa bersandar disaat kakak sedih ataupun tersakiti. Jadi Thorn mohon, jangan tinggalkan Thorn… kak Gempa tidak sendirian, Thorn ada untuk kak Gempa…"

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now