Tidak akan pernah ia biarkan siapapun menyakiti Gempa nya lagi.
=ooo=
Halilintar terbangun dengan Gempa yang sudah tidak berada disampingnya. Hal itu membuat Halilintar panik. Ia segera beranjak dari ranjang Gempa dan melirik kearah jam yang kini menunjukkan pukul lima dini hari.
"Gempa…?! Gempa, dimana kau?!" Seru Halilintar yang mulai cemas.
Ia berlari kearah kamar mandi dan membukanya kasar. Namun Gempa tidak ada disana. Lalu ia pun mulai melangkah keluar dari kamar itu dan mencari keseluruh penjuru rumah hingga ia mendengar sebuah suara dari arah dapur. Dengan cepat Halilintar pun berlari kearah dapur dengan wajah yang takut. Dalam hatinya ia berharap semoga Gempa tidak melakukan hal nekat lagi yang bisa mencelakakan dirinya.
"Gempa?!"
Gempa yang dipanggil secara tiba-tiba itu langsung tersentak kaget dan menatap Halilintar dengan mata yang membelakak terkejut. "A-Apa kak? Ke-Kenapa berseru seperti itu?"
Didapur terlihat Gempa yang kini sedang memakai celemek sembari memegang sebuah teflon ditangan kanannya. Hal itu membuat Halilintar melongo bingung bercampur lega karena ternyata Gempa baik-baik saja dan tidak mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri lagi.
"K-Kau sedang apa disini Gempa? Dan teflon itu akan kau apakan?" Halilintar berjalan menghampiri Gempa yang kelihatannya sangat bingung sembari melihat kearah teflon yang ia bulak-balikkan.
"A-Aku ingin masak sarapan..." Gumam Gempa pelan, takut jika Halilintar akan marah.
"Masak? Kau ingin masak? Kenapa tiba-tiba?" Halilintar menatap Gempa dengan heran.
Gempa menundukkan kepalanya gugup, matanya melirik ke kiri dan ke kenan. "I-Itu kak.. A-Aku ingat… biasanya aku masak… untuk kalian kan? K-Karena itu aku… i-ingin masak.. Gak boleh ya…?"
Halilintar menghembuskan nafasnya pelan dan tersenyum tipis, "tentu saja boleh. Tapi kenapa kau tidak membangunkanku? Kan aku bisa membantumu. Lagipula jangan menghilang tiba-tiba seperti itu ya? Kau membuatku panik saja."
Gempa melirik kearah Halilintar sembari membuat raut wajah bersalah, "ma-maaf… aku tidak bermaksud.. t-tapi aku baik-baik saja kan?"
"Iya, tapi tetap saja hal itu membuatku takut.." Halilintar menarik Gempa kedalam pelukannya. "Bagaimana kalau kau mencoba..untuk pergi lagi dan..aku tidak sempat menyelamatkanmu...? Aku takut hal itu terjadi…"
Gempa menatap kearah dada bidang Halilintar dalam diam. Lalu ia pun berbisik pelan, "t-tadinya… aku ingin.." Jujur Gempa pada Halilintar.
Hal itu membuat Halilintar terkejut. Ia memandang Gempa dengan tatapan yang tidak percaya dan sedih. "K-Kenapa Gempa? Kenapa kau mau—-"
"Tapi aku m-membatalkan niatku! A-Aku… Aku teringat kak Hali..." Ucap Gempa memotong perkataan Halilintar.
"Aku ingat...semua perkataan kak Hali!" Mata Gempa berbinar bulat sembari membentangkan kedua tangannya lebar. "K-Kak Hali akan terus bersamaku kan? D-Dan kak Hali tidak akan membiarkanku sendiri kan? Karena itu aku t-tidak akan mencoba untuk pergi! A-Aku juga tidak ingin membuat kak H-Hali sedih lagi. Dan…"
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Gempa memperlihatkan senyuman yang lebar dan terlihat senang, ia menatap Halilintar dalam-dalam. "Dan... Lagipula aku s-sayang kak Hali!"
YOU ARE READING
Puppet and String (Re-publish)
General FictionKarena sebuah kesalahan yang fatal, para Boboiboy bersaudara harus berusaha mempertahankan hidup Gempa. Bisakah mereka melakukannya atau malah memperparah keadaan? Boneka dan Jaring. Mereka saling mempersatukan, namun juga saling menghancurkan. . ...
The Devil Within
Start from the beginning
