“E-Ehh?!! Ke-Kenapa harus?!”
“Ya sebagai bukti kalau kau serius memegang janjimu itu!”
“Harus ya kak?” Tanya Gempa gugup yang dibalas dengan anggukkan mantap dari Halilintar, membuat Gempa semakin salah tingkah.
“Dulu saat masih kecil, kau malah sering mencium pipiku tanpa malu-malu. Lalu sekarang kenapa tidak bisa?”
“Yaa itu kan waktu kecil! Sekarang kan Gempa sudah besar!”
Halilintar mengangkat kedua bahunya cuek, “menurutku sama saja.”
Gempa memandang Halilintar dengan perasaan malu berat. Mukanya sudah memerah layaknya kepiting rebus. Ia memainkan jarinya canggung. Lalu dengan cepat Gempa mendekati wajah Halilintar dan mencium pipi kirinya lembut. Hal itu diam-diam membuat Halilintar menyeringai senang.
“Nah begitu dong. Kan aku jadi lebih percaya dengan janjimu.”
Gempa melirik kakaknya itu sedikit kesal, “Gempa mana mungkin melanggar janji yang Gempa buat sendiri. Harusnya kakak lebih percaya lagi pada Gempa lah!”
Halilintar memandang Gempa dengan lembut. Ia menunjukkan jari kelingkingnya pada Gempa dan tersenyum tipis, “Janji?”
Gempa menghela nafas kecil lalu menganggukkan kepala nya sembari mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking kakaknya itu. Dirinya tersenyum lebar pada Halilintar.
“Iya janji!”
=ooo=
“Kau sudah berjanji padaku, Gempa… Kau sendiri yang bilang kalau kau tidak akan melanggar janji yang kau buat itu… Jadi tolong kembalilah… Jangan tinggalkan aku sendirian..” Bisik Halilintar lembut. Ia perlahan membuka matanya yang sudah berlinang air mata lalu menatap tepat kearah mata Reverse.
Reverse diam tidak berkutik. Badannya terlihat kaku karena tindakan Halilintar yang nekat itu. Hingga ia tiba-tiba merasakan sakit di mata bagian kiri yang ternyata netra merah darahnya pada bagian mata itu perlahan berubah menjadi netra berwarna coklat keemasan.
Dengan kuat, Reverse mendorong tubuh Halilintar menjauh. Ia menutup mata kirinya itu erat dan mengerang kesakitan. Air mata mengalir dari kedua pelupuk matanya. Namun netra emasnya bukan mengeluarkan air mata biasa, melainkan air mata bercampur darah. Reverse melangkah mundur hingga ia jatuh terduduk ditanah. Sarung tangan tanah dan juga golemnya langsung hilang ke dalam tanah.
“Bodoh!! Bodoh!! Kau bodoh!! Setelah apa yang mereka perbuat padamu, sekarang kau malah ingin kembali pada mereka?!! Jangan main-main denganku, Gempa!! Aku disini berusaha melindungimu dan membalaskan dendammu!! Mereka ini sudah menyakitimu!!” Seru Reverse pada dirinya sendiri dengan marah seakan berbicara pada orang lain.
Halilintar beserta saudara-saudaranya yang lain melihat hal itu dengan pandangan yang tidak percaya. Mereka bisa melihatnya. Netra emas yang mereka rindukan. Netra emas yang selalu memancarkan kehangatan. Gempa kembali... Gempanya kembali..
“Kak Gempa!! Kak Gempa kembalilah!! Thorn rindu dengan kak Gempa.. Thorn rindu pelukan dan kehangatan kak Gempa… jadi Thorn mohon.. Kembalilah, kak…” Teriak Thorn dengan tiba-tiba disela isakannya.
“Iya kak! Kembali pada kami!! Kalau kakak tidak ada, nanti siapa yang akan jadi tameng kejahilan aku, Thorn dan kak Taufan?! Tidak seru kalau tidak ada yang menghentikan kami!” Teriak Blaze yang ikut mencoba untuk menyadarkan Gempa kembali.
YOU ARE READING
Puppet and String (Re-publish)
General FictionKarena sebuah kesalahan yang fatal, para Boboiboy bersaudara harus berusaha mempertahankan hidup Gempa. Bisakah mereka melakukannya atau malah memperparah keadaan? Boneka dan Jaring. Mereka saling mempersatukan, namun juga saling menghancurkan. . ...
The Truth
Start from the beginning
