The Monster Inside

Magsimula sa umpisa
                                        

"Benar itu! Jangan kau berani mengklaim kak Gempa semudah itu! Kami akan mengalahkanmu dan merebut kak Gempa kami kembali!!" Lanjut Blaze menghardik marah pada Reverse sembari menunjuk-nunjuk padanya seperti menyalahkan.

Senyuman lebar Reverse pun memudar saat mendengar kata-kata mereka. Ia menundukkan kepalanya dalam diam, pandangannya mulai menggelap.

"Monster ya...? Kau bilang aku monster..?"

Reverse tertawa kecil. Ia memeluk tubuhnya sendiri dan tetap tertawa. Hingga tawaannya yang kecil mulai mengeras. Ia tertawa keras sembari menutup wajahnya dengan satu tangannya yang berlubang. Matanya membelakak melebar sementara iris matanya mengkilat merah tajam, pandangannya mulai tidak fokus.

"Apa kau tau darimana monster itu muncul huh...? Tidak tau kan..? Karena ketidaktahuan kalianlah yang membuat kalian semua, manusia-manusia hina membenci para monster ini!!" Reverse memandang mereka satu per satu dari ruang jari-jari tangannya. Ia tersenyum lebar, bahkan terlebih lebar.

"Biar kuberitau sesuatu..." Reverse menyipitkan matanya dan memandang mereka semua dengan pandangan sinis. "Seharusnya kalian bukan takut kepada para monster ini... takutlah kepada mereka yang sudah menciptakan kami!"

Dengan itu Reverse menumbukkan kedua tangannya ke tanah yang membuat tanah sekitar mulai bergoncang. Tangan Reverse kini telah diselumbungi oleh tangan tanah yang biasa Gempa gunakan lalu dibelakangnya muncul golem tanah yang besarnya dua kali lipat dari golem tanah yang biasa Gempa buat. Reverse tertawa keras melihatnya.

"Sekarang coba lawan dan kalahkan aku jika kalian benar-benar ingin mendapatkan Gempa kembali~"

Tanpa aba-aba dan perencanaan, seluruh Boboiboy bersaudara kecuali Halilintar dan Taufan mulai bergerak menyerang Reverse bertubi-tubi tanpa ampun. Reverse dengan senang hati melayani setiap serangan dengan mudah.

"Ochobot, tolong kau jaga kak Hali sebentar. Aku harus menyerang dan membantu yang lain juga..." Ujar Taufan yang memandang tajam kearah Reverse. Dirinya mulai beranjak pergi dari samping Halilintar. Namun tiba-tiba Halilintar memegang tangannya, menahan Taufan untuk pergi.

"Jangan... Kita tidak akan bisa mengalahkannya seperti ini." Gumam Halilintar pelan pada Taufan.

Taufan yang memandang Halilintar menyerit bingung dengan perkataan kakak tertuanya ini.

"Kita tidak punya cara lain, kak! Hanya ini satu-satunya cara untuk—-"

"Masih ada cara lain!" seru Halilintar memotong perkataan Taufan. Halilintar memadang Taufan tajam dan mengeratkan pegangannya pada tangan Taufan.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin, kak?! Kita tidak ada waktu lagi untuk memikirkan cara lainnya!" Ujar Taufan langsung menepis tangan Halilintar darinya. Halilintar menggelengkan kepalanya dan tetap memandang Taufan tajam.

"Bantu aku berdiri dan akan kutunjukkan padamu!"

Taufan melirik Halilintar tajam dan berdecak kesal, "baik! Baik! Jika kakak benar-benar yakin dengan cara sendiri!"

Dengan hati-hati, Taufan membantu Halilintar berdiri dengan benar. Halilintar melepaskan genggaman pada bahu kirinya itu dan mengambil nafas dalam-dalam.

"Kemungkinan ini hanya akan berhasil sekali... jika tidak maka mungkin aku akan..." Halilintar terdiam sebentar lalu menggelengkan kepala nya, tidak melanjutkan perkataannya. Taufan memandang kearah kakaknya itu dan menepuk punggungnya pelan.

"Sebenci-bencinya dan sekesal-kesalnya aku pada kakak karena sudah memukul, meminting dan menyabetku dengan sapu, aku tak akan pernah membiarkan kakak mati dan meninggalkan kami..." Gumam Taufan lirih sembari memandang Halilintar dengan tatapan sedih. Halilintar yang melihat tersebut hanya tersenyum kecil dan mengusap kepala Taufan pelan.

"Tenang.. itu tidak akan pernah terjadi. Aku janji." Ujarnya menenangkan kekhawatiran Taufan. Taufan mau tak mau menganggukkan kepala nya dan tersenyum kecil.

"Aku pegang janjimu kak.."

Halilintar hanya tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya kearah Reverse yang masih bertarung dengan saudara-saudaranya yang lain. Ia melemaskan tubuhnya dan mulai berfokus dengan targetnya itu.

"Gerakan kilat!!"

Dengan kecepatan kilat, Halilintar melesat cepat menghindari dari serangan-serangan Reverse yang dilayangkan sampai akhirnya ia berdiri tepat didepan Reverse. Wajahnya dengan Reverse hanya berjarak beberapa centimeter saja. Dengan seringai liciknya, Halilintar memegang erat kedua lengan Reverse dan menguncinya dengan aliran listrik yang ia keluarkan supaya Reverse tidak bisa menyerangnya secara tiba-tiba.

Reverse yang mendapat perlakuan itu pun terkesiap, terkejut dan memberontak, mencoba melepaskan dirinya. Ia baru saja akan melayangkan serangan lainnya sampai akhirnya Reverse dikejutkan dengan tindakan Halilintar yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Halilintar menempelkan bibirnya tepat pada bibir Reverse dengan terkesan memaksa. Ia melumat bibir itu dengan kasar namun tetap dengan rasa kasih sayang yang ia rasakan terhadap Gempa. Halilintar menekan tekuk leher Reverse dan menekan bibirnya lebih dalam. Digigitnya bibir bawah Reverse dengan sedikit kasar hingga Reverse memekik kecil yang memberikan akses pada Halilintar untuk menerobos lidahnya masuk kedalam mulut Reverse dan mendominasi ciuman mereka.

Sementara Boboiboy bersaudara lainnya, Ochobot juga Fang memandang aksi Halilintar dengan tatapan tidak percaya. Mereka membuka mulutnya lebar-lebar, terkejut melihat aksi yang ada didepannya. Wajah masing-masing pun sudah berubah memerah, kecuali Ochobot tentunya.

Ciuman yang dilakukan Halilintar tidak berlangsung lama. Ia perlahan melepaskan tautan mereka, menciptakan benang saliva yang terbentuk karena cumbuan panas itu. Dipandangnya Reverse yang kini membelakakan matanya dengan pandangan hampa dan kosong. Wajah Reverse merona merah dengan saliva yang mengalir disudut bibirnya.

Halilintar menghembuskan nafasnya pelan lalu menempelkan dahinya pada dahi Reverse—- yang dianggapnya sebagai Gempa dan menutup matanya perlahan. Bisa terlihat air mata mulai mengalir dari pelupuk mata Halilintar. Dengan lembut Halilintar pun berbisik...

"Kembalilah padaku Gempa... Kembalilah pada kami..."

.

.

.

= To Be Continue =

.

.

.

"The truth is, every monster

You have met or will ever meet,

Was once a human being with a soul that was soft

And light as silk.

Someone stole that silk from their soul

And turned them into this.

So when you see a monster next,

Always remember this.

Do not fear the thing before you.

Fear the thing that created it instead."

-Nikita Gill

Puppet and String (Re-publish)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon