Sementara Ice tercengang dengan perlakuan Halilintar yang seperti itu. Ia memegang pipinya yang mulai lembam karena pukulan Halilintar. Matanya menyerit, bergetar menahan tangisan yang sudah tidak bisa ia tahan. Ice meringkukkan badannya, memeluk kedua lututnya erat dan menyembunyikan wajahnya diantara lengannya yang terlipat. Badannya mulai terlihat bergetar dan lambat laun terdengar isakan dari Ice.

"Ma-Maafkan Ice, kak... Ice tidak bermaksud untuk menyakiti kak Gempa.. I-Ice hanya tidak tau menjawab apa saat teman-teman Ice menanyakan hal itu.. Maafkan aku... Ini semua salah Ice... Seharusnya Ice saja yang diculik dan disiksa.. bukan kak Gempa.." isak Ice terpatah-patah.

"Ice sayang kak Gempa... Ice ingin selalu bersama kak Gempa.. tapi akhirnya Ice malah mengacaukan semuanya... Maaf kak... Maaf.."

Thorn merangkak mendekati Ice dan memeluk erat kakaknya dengan tangisan yang masih belum terhenti. Thorn membenamkan wajahnya pada punggung Ice dan berbisik pelan pada Ice bahwa semua itu bukan salah Ice.

Disisi lain Solar mendekati Halilintar dan menyentuh lembut bahu kakak tertuanya itu dan menggelengkan kepalanya, memberi isyarat untuk berhenti. Halilintar menatap kearah Solar dan menghembuskan nafasnya kasar, badan yang tadinya menegang karena amarah kini menjadi lebih tenang. Taufan pun melepaskan pelukannya dan menghembuskan nafas lega.

Halilintar melipat kedua lengannya didepan dada dan mendecak kesal, "jangan kira aku akan memaafkanmu semudah itu, Ice. Tindakanmu benar-benar sudah keterlaluan!!"

Ice tidak menjawab dan tetap terisak, namun dalam hatinya ia setuju dengan pernyataan kakaknya. Dirinya memang tidak bisa dimaafkan karena sudah menyakiti kakaknya Gempa yang sangat dikasihi itu.

"Sudahlah kak, kasihan kak Ice kalau kakak begitu. Pasti kak Ice juga mempunyai alasan tersendiri mengapa ia berbuat seperti itu. Jangan terlalu keras padanya, kak. Lebih baik sekarang kita fokus mencaritau dimana kak Gempa berada." Ujar Solar mencoba untuk membujuk Halilintar agar tidak meluapkan amarahnya lagi terhadap Ice.

"Iya kakak nih, apaan sih! Meninju Ice seperti itu! Perlakuan Ice pada kak Gempa memang keterlaluan, tapi bukan berarti kakak harus menyakiti Ice seperti itu!!" Seru Blaze yang mendelik tajam pada Halilintar yang dibalas dengan tatapan sinis dari Halilintar sendiri.

"Sudah, sudah, jangan bertengkar terus. Mau sampai kapan kalian seperti itu?"

"Ochobot?"

Sebuah robot berwarna kuning pun ikut menimbrung dalam perbincangan mereka. Ia meraih topi milik Gempa dan menelitinya, berharap mendapatkan petunjuk. Ochobot men-scan topi tersebut dan ditemukan sebuah sidik jari yang bukanlah milik Gempa namun orang lain.

"Aku sudah memeriksa dan meneliti gua yang kalian bilang itu. Dan sepertinya aku tau siapa yang sudah menculik Gempa." Ucap Ochobot meletakkan kembali topi Gempa lalu menghampiri keenam Boboiboy disitu.

Ice dengan cepat mengadahkan kepalanya dan menatap Ochobot dengan mata yang masih basah akibat isakan tadi. Sementara yang lainnya langsung fokus memperhatikan Ochobot, suasana dalam ruangan itupun menjadi tegang karena penasaran siapa yang sudah berani menculik dan menyakiti Gempa. Entah kenapa mereka semua langsung memasang kuda-kuda siap bertarung seakan musuh mereka itu ada didepannya. Ochobot hanya sweetdrop melihat hal tersebut.

"Kalian bereaksi seperti akan menghajarku saja.. bukan akulah pelakunya!" Seru Ochobot dengan panik.

Halilintar mendengus kasar, "Cepat katakan saja siapa pelakunya dan biar kami hajar dia secepatnya!"

Puppet and String (Re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang