'Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa?! Apa salahku?! Kumohon jangan! Jangan lakukan! Ice! Kak Hali! Berhenti kumohon! Thorn.. Blaze.. Solar.. jangan sakiti kakak..! Kumohon jangan...Kak Taufan..!' Batin Gempa menjerit-jerit, meminta mohon dan ampun, berharap mereka akan berhenti dan melepaskan dirinya.

Namun semuanya tetap saja sia-sia. Tak ada yang mendengarkannya. Tak ada yang mau menyelamatkannya ataupun melepaskannya. Bahkan saudara-saudaranya sendiripun tidak.

Perlahan air mata mengalir dari sudut mata Gempa. Ia pun hanya menundukkan kepalanya, pasrah.

Hingga akhirnya yang menemani dirinya adalah bau amis dan lautan darah.

Tidak ada teriakan, tidak ada rontaan ataupun jerit memohon.

Hanya sebuah tangisan yang menjadi saksi bisu.

Hei, ilusi itu memang terkadang membunuhmu ya?

=ooo=

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan dengan anak itu, Retak'ka?"

Seorang anak kecil muncul secara tiba-tiba disamping Retak'ka yang kini tengah duduk dan mengamati rumah Boboiboy bersaudara dari monitornya. Retak'ka mengalihkan perhatiannya dari monitor pada anak kecil itu, yang menjadi salah satu pion dalam menjebak Boboiboy bersaudara yang lain. Ia menyeringai kecil dan melipat kedua lengannya didepan dada.

"Hanya sebuah rencana yang simpel namun tentu akan membawa kemenangan yang besar nantinya. Kau akan melihatnya sendiri, Fang."

Dibukanya tudung yang menutupi kepala anak kecil itu, memperlihatkan seorang anak laki-laki dengan wajah oriental yang khas dengan rambut berwarna ungu kehitaman. Fang menghela nafas kecil dan menatap kearah monitor.

"Lalu kenapa kau harus sampai menyiksanya sedemikian rupa? Apa pengaruhnya dengan rencanamu?"

Retak'ka hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan itu, "kau tidak akan mengerti untuk saat ini, Fang. Namun akan kuberitau satu hal."

Mendengar hal itu, Fang menatap Retak'ka dengan bingung. Ia memiringkan kepalanya, bertanya, "Apa itu?"

Retak'ka tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya kepada Fang, membisikkan sesuatu dengan nada yang melagu namun terdengar mengerikan di telinga Fang.

"Bukankah menyenangkan melihat seorang saudara yang dikasihi mengalahkan saudara-saudaranya yang lain sampai mati?"

=ooo=

Suasana dalam ruang keluarga terlihat sangat hening dan suram. Keenam Boboiboy bersaudara kini tengah berkumpul dengan posisi melingkar diruangan itu dengan ekspresi yang bermacam-macam, namun orang-orang tentu bisa katakan bahwa kini mereka tengah sedih dan frustasi.

Ditengah-tengah mereka terletak topi milik Gempa juga sebuah alat perekam yang terdapat rekaman suara Gempa dalam gua. Taufan dan Blaze yang baru kembali tadi, dengan cepat mendengar rekaman itu melalui earphonenya—-tak mau membuat saudaranya yang lain mendengarnya lagi karena mereka tampak takut dan enggan juga untuk mendengar kembali, dan hal itu membuat Taufan dan Blaze menangis dalam diam, tak lupa ekspresi mereka yang tampak menahan amarah juga kekesalan. Blaze membanting alat perekam itu dengan keras ke lantai, matanya mengkilat penuh amarah dan tangannya pun terkepal kuat.

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now