Dengan tenaga terakhirnya, Gempa mencoba meraih knob pintu rumah, berharap ia bisa membukanya dan saudara-saudaranya akan menyelamatkan dirinya. Tetapi percuma. Perlahan matanya pun tertutup dan hal terakhir yang dilihat Gempa adalah tangannya sendiri yang tidak bisa menjangkau pintu rumah untuk dibuka.

'Ice…. Tolong.' Batinnya dengan penuh harap. Tetapi semuanya sudah terlambat.

Gempa sudah tidak sadarkan diri.

Dengan seringai kemenangan, dia mengangkat tubuh Gempa dengan cara bridal style dan membawanya jauh dari rumah Gempa. Rencananya berjalan dengan sempurna. Hanya tinggal melanjutkan ke tahap selanjutnya dan keinginannya pun akan tercapai.

"Jangan khawatir. Setelah ini kau tidak akan pernah lagi merasakan rasa sakit dan kehampaan. Jadilah boneka dan hidup bahagia, Gempa."

Boneka dan jaring.

Mereka saling mempersatukan.

Namun juga saling menghancurkan.

Tergantung dengan pilihanmu.

Kau ingin mempersatukannya?

Atau menghancurkan keduanya?

=ooo=

"Nghn.."

Gempa perlahan membuka matanya, mengadahkan kepalanya sembari melihat ke sekelilingnya, sebuah ruang kosong, seperti gua. Ia meringis akibat dirasakannya sakit disekujur tubuhnya, mungkin efek dengan obat bius yang sebelumnya. Disaat itulah Gempa sadar dan mengingat kembali kejadian sebelumnya. Ia membelakakan matanya lebar dan mencoba menggerakkan tubuhnya namun tidak bisa. Barulah dirinya menyadari bahwa tubuhnya kini sedang terduduk disebuah kursi platinum dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat pada kursi dengan sangat erat, hingga dirinya sangat sulit untuk bergerak.

"Ahh.. kau sudah sadar rupanya. Selamat datang dirumah barumu, Gempa."

"Huh?"

Disudut ruangan berdiri seseorang yang kini tengah memperhatikan dirinya sembari bersingkap dada. Tak lupa seringai jahat diwajahnya. Raut wajah Gempa pun berubah panik disertai dengan rasa takut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tanpa melihat pun, Gempa sudah mengenali suara itu dengan jelas. Suara yang selalui menghantui dan menjadi mimpi buruk bagi dirinya dan juga saudar-saudaranya.

"Re-Retak'ka….?!"

Dengan seringai yang lebar, Retak'ka melangkah menghampiri Gempa dan berdiri tepat dihadapannya dengan gayanya yang angkuh, "akhirnya kita berjumpa kembali, Gempa."

"Ba-Bagaimana mungkin.. k-kami sudah mengalahkanmu hari itu!"

Suara tawa yang terdengar sombong dan jahat menggema dalam ruangan itu. Retak'ka dengan senyuman jahatnya menatap Gempa dengan lekat. Ia menyentuh dagu Gempa dan dengan kasar menahannya agar Gempa bisa menatap dirinya dengan benar dan tepat menatap pada matanya. Sementara Gempa meringis pelan, menatap Retak'ka dengan tatapan yang sinis dan penuh dengan kemarahan walau jujur saja ia pun merasa takut jika mungkin Retak'ka mengambil kuasanya secara paksa dan membunuhnya. Ia tidak ingin hal itu terjadi.

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now