"Ahh tidak usalah. Aku ingin tidur sendiri saja. Lebih nyaman dan tenang."
"Tapi Thorn kan ingin menemani kak Ice! Ayolah kak, biarkan Thorn menemani kak Ice!"
"Tapi aku ingin tidurnya sendirian, Thorn!"
Tanpa disadari Ice, semenjak tadi Halilintar sudah memperhatikan gerak-gerik aneh yang ditunjukan Ice. Ia sudah mencurigai bahwa Ice memang sudah menyembunyikan sesuatu yang berhubungan dengan Gempa. Halilintar harus mengetahui hal itu, dengan cara halus ataupun kasar.
"Nah kita sudah sampai!" seru anak kecil yang memimpin perjalanan mereka. Boboiboy bersaudara pun menghentikan langkahnya dan memandang ke depan dimana disana terdapat sebuah gua yang besar dan nampak gelap didalamnya.
"Ehh? Kak Gempa ada disana? Haruskah kita semua masuk ke gua itu? Thorn takut..." Gumam Thorn yang memeluk erat lengan Solar disampingnya sambil bergidik ngeri.
Halilintar menyeritkan alisnya, bingung dan curiga. Kenapa Gempa bisa ada didalam gua? Semua ha ini benar-benar aneh untuk Halilintar semenjak Gempa menghilang. Apakah ini sebuah jebakan saja?
"Hei bocah, kenapa kau menuntun kita kesini—-eh?" Belum sempat Halilintar mendapat jawabannya, anak kecil yang mengantar mereka kemari malah berlari sambil tertawa riang, memasuki gua yang gelap tersebut. "Hei bocah, tunggu!" Seru Halilintar mencoba menghentikan anak kecil itu namun dia tetap saja berlari dengan riang ke dalam gua hingga menghilang di kegelapan.
"Apa-apaan anak kecil itu? Aneh sekali.." Ujar Solar yang kini memperhatikan sekitar gua, tempat ini lumayan jauh dari perumahan, tidak pernah ia melihat gua disini sebelumnya. Mungkin karena tertutup oleh banyaknya perpohonan disini.
"Kak ayolah kita pulang saja.. Thorn takut. Disini menyeramkan." Thorn mengeratkan pelukan pada lengan Solar dan badannya bergetar takut.
Ice menghela nafas dan menepuk pundak Thorn pelan, "Thorn kita belum boleh pulang. Kita disini itu untuk mencari kak Gempa-"
Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan yang menggema dari dalam gua itu. Seketika pembuluh darah Boboiboy bersaudara disana menjadi dingin saat mendengar jeritan tersebut. Semua ketenangan dan kesabaran mereka hilang begitu saja. Jeritan itu. Suara itu. Tidak salah lagi bahwa itu adalah jeritannya Gempa. Tapi bagaimana mungkin itu Gempa. Jeritan itu terdengar begitu ketakutan, hampir seperti jeritan tersiksa, disusul dengan kepanikan.
Dengan spontan, Boboiboy bersaudara itu dengan cepat berlari memasuki gua itu dengan perasaan yang tak karuan. Cemas. Takut. Amarah. Kegelisahan. Terror. Mereka berlari dengan cepat, hingga bisa didengarnya suara jantung mereka yang berdetak dengan cepat dan keras. Sampai keadaan itu memburuk saat mereka mendengar sebuah jeritan yang sangat keras seperti tadi yang didengar, namun kini diiringi dengan suara tangisan yang tertekan dan sangat tersiksa.
"TOLONG!" Bisa didengar suara Gempa memohon yang tidak pernah dipikirkan oleh mereka bahwa Gempa akan terdengar sangat ketakutan dan tersiksa seperti itu. Jeritan dan suara itu membuat Boboiboy bersaudara belari lebih cepat memasuki gua, kekhawatiran dan ketakutan mereka meningkat saat mendengar Gempa yang meminta tolong. Siapa yang melakukan hal ini hingga Gempa bisa menjerit seperti itu?
"ICE, KAK HALI! SIAPAPUN! TOLONG! KELUARKAN AKU! CUKUP! THORN, SOLAR, BLAZE, TAUFAN! KUMOHON TOLONG AKU! BEBASKAN AKU!"
Sudah cukup! Mereka sudah tidak tahan lagi medengar jeritan itu! Mereka harus menyelamatkan Gempa! Siapapun yang telah menyiksa dan menyakiti Gempa sampai seperti ini harus MATI!
YOU ARE READING
Puppet and String (Re-publish)
General FictionKarena sebuah kesalahan yang fatal, para Boboiboy bersaudara harus berusaha mempertahankan hidup Gempa. Bisakah mereka melakukannya atau malah memperparah keadaan? Boneka dan Jaring. Mereka saling mempersatukan, namun juga saling menghancurkan. . ...
It's Too Late
Start from the beginning
