"Kau tau? Wajah mu jadi tambah mengerikan akibat kantung matamu itu. Apalagi kau tidak pernah tersenyum. Itu sangat mengerikan, kau tau?" Felicya mendongak, dan itu membuat mereka beradu tatapan.

Ternyata sedari tadi, Darin terus memperhatikannya. Feliya melipat kedua bibirnya ke dalam. Ia lalu memunduk malu. Bisa-bisanya dia memberikan ceramah pada Darin.

"Darin, maaf." lirih Felicya.

Darin memegang dagu Felicya dan mengangkat wajah Felicya agar menatapnya.

"Untuk apa kau minta maaf? Seharusnya aku yang-"

"Iya benar. Kau yang seharusnya minta maaf padaku atas insiden kemarin. Karena mu aku hampir saja di lahap si tua bangka itu. Tapi mengingat dirimu yang pastinya tidak akan meminta maaf secara langsung padaku, aku memahaminya. Aku memakluminya Darin. Sikapmu itu sungguh menyebalkan. Tapi aku akan memaafkan mu. Tenang saja. Aku sudah memaafkanmu Darin." cerocos Felicya panjang lebar. Ia tak bermaksud. Hanya saja saat Darin membahas insiden kemarin itu membuatnya kesal.

Cup.

Felicya terbelalak saat Darin malah mencium singkat bibirnya.

"Kau cerewet sekali." protes Darin. Kembali menempelkan bibirnya, kali ini sebuah ciuman dalam dan intens.

Felicya yang larut dalam ciuman Darin, mengalungkan tangannya pada leher pria itu.

Setelah kegiatan pagi yang manis di kamar Darin, Felicya dengan telaten menyiapkan sarapan untuk pria itu. Di meja makan, hanya ada mereka berdua. Felicya yang memang sebagai pelayan berdiri dengan setia di sisi kanan Darin.

"Darin." panggil Felicya.

Darin tak menoleh, tetapi dia mendengarkan sapaan Felicya.

"Aku ingin ijin pulang. Ayahku pasti mengkhawatirkanku. Sejak ke pergianku kemari, aku belum sempat memberinya kabar. Apa aku boleh?" Felicya memilin jarinya, gugup.

"Hmm." gumam Darin menyetujui. Pria itu lantas bangun dari duduknya. Bersiap pergi ke kantor.

"Kau sudah selesai?" tanya Andreas yang baru saja muncul dari arah barat.

"Hmm. Cepat selesaikan sarapanmu, Andreas. Kita ada meeting pagi ini." pesan Darin untuk Andreas. Pria itu lalu bergegas pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Felicya yang melihatnya dongkol. Gadis itu berkacak pinggang melihat kepergian Darin.

"Wahh. Aku tidak tau Darin memiliki berapa kepribadian. Semalam dia sangat baik dan manis terhadapku. Tadi saat di kamar dia juga sangat maniss. Lalu kenapa semenit setelahnya, sifat dinginnya kambali?!"

Andreas menahan tawa saat melihat Felicya menggerutu tentang Darin. Rupaya ada sesuatu yang terjadi kemarin. Apapun itu, pastilah kabar baik. Karena Felicya mengatakan Darin bersikap baik dan manis.

"Kau akan menemui ayahmu hari ini?" tanya Andreas. Pria itu sempat mendengar samar permintaan Felicya pada Darin.

"Hem. Kau ingin kopi atau teh?" Felicya mendekat ke arah Andreas dengan kedua teko kecil yang ada di kedua tangannya.

"Teh saja. Aku tidak terlalu terbiasa minum kopi di pagi hari."

"Baiklah." Felicya menuangkan teh atas permintaan Andreas.

I'm Not Your Obsession [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang